Minggu, 10 Mei 2020

Soekarno dalam karikatur Belanda: 1957 (1)

(klik untuk memperbesar | © AVS)
5 Januari 1957: "Badai melanda Indonesia"
Karikatur ini menggambarkan bagaimana ketidakpuasan daerah telah membuat Aceh, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Tengah meninggalkan Soekarno.

(klik untuk memperbesar | © AVS)
10 Januari 1957
Tampaknya pernah ada perselisihan antara Belanda (diwakili Joseph Luns) dan Inggris (diwakili Harold Macmillan) a.l. terkait penerbangan KLM dari Amsterdam ke Singapura (yang waktu itu masih jajahan Inggris). Amerika (diwakili Dwight Eisenhower) mencoba menengahi sesama anggota NATO ini. Tetapi diam-diam tangan Eisenhower memasok sesuatu ke Indonesia (diwakili Soekarno di balik pintu).

(klik untuk memperbesar | © AVS)
17 Januari 1957: "Penyanyi tenor baru"
Karikatur ini menggambarkan bagaimana Soekarno lantang di panggung dengan memegang pedang kediktatoran, tetapi semuanya diatur oleh Mao Zedong, Nikita Khrushchev, dan Gamal Abdel Nasser.

(klik untuk memperbesar | © AVS)
9 Maret 1957: "Dalang dan wayangnya"
Karikatur ini menggambarkan Soekarno sebagai dalang dengan lakon "Irian" tetapi malah mendapat kemarahan dari wayang Indonesia Timur (tampaknya melambangkan Permesta) dan Sumatra (melambangkan PRRI).
(klik untuk memperbesar | © AVS)
21 November 1957: "Irian ... atau pintu kerangkeng dibuka!"
Karikatur ini menggambarkan Soekarno siap membuka pintu amukan massa, yang begitu terkepas bebas kemungkinan bisa memangsa dirinya sendiri, dan pada ujungnya hanya menguntungkan burung nasar Mao Zedong dan Nikita Khrushchev.

Waktu: 1957
Tempat:
Tokoh: Soekarno (Presiden Republik Indonesia)
Peristiwa:
Karikaturis: Charles Boost (nomor 2), Leendert Jurriaan Jordaan (selain nomor 2)
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar