Rabu, 31 Oktober 2018

Pawai anti Amerika dan Inggris di zaman pendudukan Jepang

"Amerika dan Inggeris moesoeh kita!"
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
"Amerika kita setrika, Inggris kita linggis!"
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 1945
Tempat: Jakarta (?)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: 
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Selasa, 30 Oktober 2018

Penggunaan bom peninggalan Jepang sebagai ranjau dalam menghadapi Aksi Polisionil 1

Sekitar Surabaya, 21 Juli 1947: Tentara Belanda membersihkan jalan dari ranjau yang dipasang TNI
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Karawang, 23 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Semarang, 26 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Juli 1947: Bom ranjau yang diamankan Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Cikajang (Garut), 28 Oktober 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Madura, 20 November 1947: Tentara Belanda membersihkan jalan dari ranjau yang dipasang TNI
(klik untuk memperbesar | © de Jong / gahetna)

Waktu: 1947
Tempat: s.d.a.
Tokoh:
Peristiwa: Ketika Jepang meninggalkan Indonesia setelah kalah perang, para pejuang menyita banyak persenjataan mereka, termasuk bom-bom udara yang tidak terpakai. Ketika Belanda menjalankan Aksi Polisionil 1 para pejuang menanam bom-bom ini sebagai ranjau yang siap meledak untuk menahan gerak maju pasukan Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 29 Oktober 2018

Album foto para penguasa daerah di tahun 1860-an: Bupati Bandung, Karawang, dan Majalengka

Bupati Bandung R.A.A. Wiranatakusumah
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Bupati Karawang
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Bupati Majalengka Raden Tumenggung Suraadiningrat beserta istri dan seorang ponggawa
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)

Waktu: 1866 (dua foto bawah), 1867 (foto atas)
Tempat: Bandung, Karawang, Majalengka
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum
Catatan: Foto-foto ini adalah bagian dari sebuah album dengan judul "Cabinet-Portret" dari seri "Portretten van Indonesiƫrs" yang dikeluarkan oleh K. Buwalda di Surabaya di akhir tahun 1860-an.

Minggu, 28 Oktober 2018

Umar, warga Aceh di Padang pemasang ranjau yang menewaskan lima prajurit Belanda, 1947

Umar dalam rekonstruksi
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Mekanisme peledakan yang direkonstruksi Umar
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 23 September 1947
Tempat: Padang
Tokoh: Umar (pejuang)
Peristiwa: Umar adalah seorang warga Aceh yang berjuang melawan Belanda di wilayah Padang semasa Aksi Polisionil 1. Umar berhasil memasang ranjau yang ledakannya menewaskan lima prajurit Belanda. Militer Belanda kemudian menangkap Umar ketika dia diketahui berada di wilayah yang dikuasai Belanda. Militer Belanda mencoba merekonstruksi dan mendokumentasikan bagaimana Umar merakit bom peninggalan Jepang yang menjadi ranjaunya.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Sabtu, 27 Oktober 2018

Album foto para penguasa daerah di tahun 1860-an: Gusti Ngurah Jelantik

(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)

Waktu: 1864
Tempat: Jakarta
Tokoh: Gusti Ngurah Ketut Jelantik (Pangeran Buleleng)
Peristiwa: Gusti Ngurah Ketut Jelantik, bersama pengiringnya dalam kunjungan ke Jakarta menghadap Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele
Fotografer: Woodbury & Page
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum
Catatan: Foto-foto ini adalah bagian dari sebuah album dengan judul "Cabinet-Portret" dari seri "Portretten van Indonesiƫrs" yang dikeluarkan oleh K. Buwalda di Surabaya di akhir tahun 1860-an.


UPDATE 25 Juni 2019
Tambahan foto dari tokoh dan peristiwa yang sama, kali ini dengan dikelilingi oleh para abdi dalem

(klik untuk memperbesar)

Jumat, 26 Oktober 2018

Jenderal Spoor menyambut kontingen perwira Belanda yang sebelumnya diinternir di Jepang, 1946

(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh: Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor (Panglima Tentara Hindia-Belanda; kanan)
Peristiwa: Setelah Hindia-Belanda menyerah kepada Jepang di tahun 1942, Jepang menginternir para perwira dan pembesar Belanda ke Jepang (dan Mancuria). Ketika Jepang menyerah kepada Sekutu tiga tahun kemudian, para perwira ini kembali ke Belanda untuk rehabilitasi. Tidak sampai satu tahun, para perwira ini kembali dikirim ke Indonesia untuk menghadapi para pejuang kemerdekaan. Mereka tiba dengan kapal Johan van Oldenbarnevelt dan dikomandoi oleh Letnan J. Swart (kiri). Jenderal Spoor menyambut kedatangan kontingen ini di Jakarta.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Kamis, 25 Oktober 2018

Album foto para penguasa daerah di tahun 1860-an: Bupati Magelang dan bangsawan Jawa

Bupati Magelang dan istri (Danuningrat III?)
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Seorang bangsawan Jawa dengan serangkai tanda jasa
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)

Waktu: 1866
Tempat: Magelang, Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum
Catatan: Foto-foto ini adalah bagian dari sebuah album dengan judul "Cabinet-Portret" dari seri "Portretten van Indonesiƫrs" yang dikeluarkan oleh K. Buwalda di Surabaya di akhir tahun 1860-an.

Rabu, 24 Oktober 2018

Mural propaganda yang membandingkan peta Indonesia dengan Belanda, 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 1948
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa: Warga Yogyakarta menyaksikan mural yang membandingkan peta Indonesia yang besar dengan peta Belanda di pojok kiri bawah yang kecil.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Selasa, 23 Oktober 2018

Album foto para penguasa daerah di tahun 1860-an: para petinggi Sumenep

Panembahan Sumenep
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Letnan Kolonel Pangeran Arya Suryaningrat
Panglima militer di Sumenep
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Penguasa Sumenep
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)

Waktu: 1866
Tempat: Sumenep
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum
Catatan: Foto-foto ini adalah bagian dari sebuah album dengan judul "Cabinet-Portret" dari seri "Portretten van Indonesiƫrs" yang dikeluarkan oleh K. Buwalda di Surabaya di akhir tahun 1860-an.

Senin, 22 Oktober 2018

Pesawat Catalina sumbangan warga Australia James Fleming untuk TNI-AU, 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 19 Desember 1948
Tempat: lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa: Pesawat Catalina yang tampak di foto adalah sumbangan warga Australia James Fleming yang bersimpati dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia. TNI-AU memberi nomor RI-006 di ekor pesawat ini. Pesawat ini dikenal dengan nama "kucing penyelundup"; boleh jadi karena banyak digunakan untuk main kucing-kucingan dengan kekuatan udara Belanda yang jauh lebih unggul. Ketika Belanda merebut Yogyakarta dalam Aksi Polisionil 2, mereka menyita pesawat ini dan menerbangkannya ke Cililitan. Foto di atas memperlihatkan bagaimana pesawat ini akan digunakan oleh militer Belanda untuk membawa pasukan payung Belanda dari Yogyakarta yang akan diturunkan di Jambi.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Minggu, 21 Oktober 2018

Album foto para penguasa daerah di tahun 1860-an: Sultan Siak dan pemuka Koto Gadang

Sultan Siak
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Seorang pemuka Koto Gadang
(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)

Waktu: 1865
Tempat: Siak, Bukittinggi
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum
Catatan: Foto-foto ini adalah bagian dari sebuah album dengan judul "Cabinet-Portret" dari seri "Portretten van Indonesiƫrs" yang dikeluarkan oleh K. Buwalda di Surabaya di akhir tahun 1860-an.

Sabtu, 20 Oktober 2018

Warga lokal membantu pasukan Belanda mengenyahkan barikade yang dipasang TNI

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: Agustus 1947
Tempat: Madura (dua foto pertama)
Tokoh:
Peristiwa: Warga lokal beramai-ramai mengenyahkan barikade yang dipasang pasukan TNI guna menghambat pergerakan militer Belanda dalam Aksi Polisionil 1. Prajurit Belanda tampak mengawasi, memberi perintah, dan berada tidak jauh dari kendaraan militer mereka.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 19 Oktober 2018

Kamis, 18 Oktober 2018

Batang pohon sebagai barikade penghalang gerak maju pasukan Belanda: berbagai wilayah

PENGANTAR

Sebelum ini kita sudah melihat banyak foto yang menunjukkan bagaimana TNI menghancurkan banyak jembatan untuk menghadang gerak maju militer Belanda di Aksi Polisionil 1. Tindakan TNI yang lain adalah memasang barikade di jalur yang dianggap penting dengan menebang pohon di sekitarnya dan melintangkan batang pohon ini badan jalan. Ini memang tidak bisa menghalangi tentara Belanda secara permanen, tapi paling tidak memperlambat mereka.

Berikut beberapa foto dari berbagai daerah.

Lubuk Pakam, 29 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Lubuk Pakam, 29 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Jawa Tengah, Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © N. Kroeze / gahetna)
Tangerang, September 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: Juli / September 1947
Tempat: Jawa Tengah, Lubuk Pakam, Tangerang
Tokoh:
Peristiwa: Pasukan Belanda mencoba mengenyahkan batang-batang pohon yang ditumbangkan TNI guna menghalang gerak maju militer Belanda saat Aksi Polisionil 1 di berbagai daerah seperti Lubuk Pakam, Tangerang, dan Jawa Tengah.
Fotografer: N. Kroeze (foto nomor 4)
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 17 Oktober 2018

Potret Mangkunegoro IV dalam seragam kolonel, 1866

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1866
Tempat: Surakarta
Tokoh: Mangkunegoro IV (Pangeran Praja Mangkunegaraan 1853-1881)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page (Batavia) / Universiteit Leiden
Catatan:

Selasa, 16 Oktober 2018

Batang pohon sebagai barikade penghalang gerak maju pasukan Belanda: Cilacap, Tegal

PENGANTAR

Sebelum ini kita sudah melihat banyak foto yang menunjukkan bagaimana TNI menghancurkan banyak jembatan untuk menghadang gerak maju militer Belanda di Aksi Polisionil 1. Tindakan TNI yang lain adalah memasang barikade di jalur yang dianggap penting dengan menebang pohon di sekitarnya dan melintangkan batang pohon ini badan jalan. Ini memang tidak bisa menghalangi tentara Belanda secara permanen, tapi paling tidak memperlambat mereka.

Berikut beberapa foto dari berbagai daerah.

Tegal, Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Cilacap, 27 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © Hugo Wilmar / spaarnestad)
Cilacap, 27 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © Hugo Wilmar / spaarnestad)
Cilacap, 10 Oktober 1947: Sisa-sisa barikade yang dikerumuni warga dan anak-anak
(klik untuk memperbesar | © J.C. Taillie / gahetna)

Waktu: Juli & Oktober 1947
Tempat: Cilacap, Tegal
Tokoh:
Peristiwa: Pasukan Belanda mencoba mengenyahkan batang-batang pohon yang ditumbangkan TNI guna menghalang gerak maju militer Belanda saat Aksi Polisionil 1 di sekitar Cilacap dan Tegal.
Fotografer: Hugo Wilmar (foto nomor 2 & 3), J.C. Taillie (foto nomor 4)
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief / Spaarnestad Photo
Catatan:

Senin, 15 Oktober 2018

Ilustrasi yang menggambarkan Amangkurat II mengeksekusi Pangeran Trunojoyo dengan persetujuan VOC

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1680
Tempat: Bantul
Tokoh: Amangkurat II (raja Kasunanan Kartasura 1677-1703); Trunojoyo (bangsawan Madura yang menggabungkan warga Madura, Makassar, dan Surabaya untuk menguasai pesisir Utara Jawa)
Peristiwa: Amangkurat II mengeksekusi Trunojoyo setelah pihak VOC mengalahkan pasukan Trunojoyo dan menyerahkannya kepada Amangkurat II dengan balasan kekuasaan atas pesisir Jawa. Peristiwa ini disaksikan istri Trunojoyo, yaitu Klenting Kuning dan Klenting Wungu, serta Komandan Couper dan Kapten Jonker dari VOC.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 14 Oktober 2018

Batang pohon sebagai barikade penghalang gerak maju pasukan Belanda: Blitar, Malang, Surabaya

PENGANTAR

Sebelum ini kita sudah melihat banyak foto yang menunjukkan bagaimana TNI menghancurkan banyak jembatan untuk menghadang gerak maju militer Belanda di Aksi Polisionil 1. Tindakan TNI yang lain adalah memasang barikade di jalur yang dianggap penting dengan menebang pohon di sekitarnya dan melintangkan batang pohon ini badan jalan. Ini memang tidak bisa menghalangi tentara Belanda secara permanen, tapi paling tidak memperlambat mereka.

Berikut beberapa foto dari berbagai daerah.

Surabaya, 21 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Surabaya, 21 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Surabaya, 21 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Sekitar Wlingi (Blitar), 20 Desember 1948
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Malang, 21 Desember 1948
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: s.d.a.
Tempat: Blitar, Malang, Surabaya
Tokoh:
Peristiwa: Pasukan Belanda mencoba mengenyahkan batang-batang pohon yang ditumbangkan TNI guna menghalang gerak maju militer Belanda saat Aksi Polisionil 1 dan Aksi Polisionil 2 di wilayah Blitar, Malang, dan Surabaya.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Sabtu, 13 Oktober 2018

Ilustrasi yang menggambarkan Amangkurat III mengeksekusi istrinya yang selingkuh

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1703
Tempat: Kartasura
Tokoh: Sunan Mas atau Amangkurat III (raja Kasunanan Kartasura 1703-1705), Pangeran Puger (paman dari Amangkurat III; kelak menjadi raja Kartasura 1704-1719 dengan gelar Pakubuwono I); Raden Ayu Lembah (permaisuri Amangkurat III, anak dari Pangeran Puger); Raden Setiokusumo (anak Pangeran Puger)
Peristiwa: Sejarah raja-raja Jawa tidak terlepas dari skandal. Raden Ayu Lembah berselingkuh dengan seorang bangsawan lain bernama Raden Sukra. Ketika hubungan gelap ini diketahui, Amangkurat III (dipayungi di ilustrasi di atas) memerintahkan eksekusi atas keduanya. Raden Sukra dijerat di depan mata Amangkurat III; Raden Ayu Lembah harus dieksekusi oleh ayahnya sendiri, Pangeran Puger. Semantara para dayang-dayang RA Lembah harus dilucuti pakaiannya dan dilemparkan ke kandang harimau. Hukuman kurungan dijatuhkan ke Raden Setiokusumo (berpakaian kuning di kurungan) yang didakwa hendak meletupkan pemberontakan di alun-alun kerajaan.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 12 Oktober 2018

Batang pohon sebagai barikade penghalang gerak maju pasukan Belanda: Padang

PENGANTAR

Sebelum ini kita sudah melihat banyak foto yang menunjukkan bagaimana TNI menghancurkan banyak jembatan untuk menghadang gerak maju militer Belanda di Aksi Polisionil 1. Tindakan TNI yang lain adalah memasang barikade di jalur yang dianggap penting dengan menebang pohon di sekitarnya dan melintangkan batang pohon ini badan jalan. Ini memang tidak bisa menghalangi tentara Belanda secara permanen, tapi paling tidak memperlambat mereka.

Berikut beberapa foto dari berbagai daerah.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: Juli 1947
Tempat: sekitar Padang
Tokoh:
Peristiwa: Pasukan Belanda mencoba mengenyahkan batang-batang pohon yang ditumbangkan TNI guna menghalang gerak maju militer Belanda saat Aksi Polisionil 1 di sekitar Padang. Pasukan Belanda juga menghadapi rongsokan truk yang dipakai dipasang sebagai barikade.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: