Minggu, 31 Juli 2016

Stasiun Radio Malabar Bandung (2): 1923-1933

Peresmian stasiun Malabar oleh Gubernur Jenderal Dirk Fock, 23 Mei 1923
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Para peserta peresmian stasiun Malabar, 23 Mei 1923
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Ruangan di stasiun Malabar, dengan alat dengar dan bicara, 1933
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Interior stasiun Malabar, 1933
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Waktu: 1923, 1933
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo / Fotoleren
Catatan: Pada saat itu Stasiun Radio Malabar merupakan sebuah sensasi teknologi karena merupakan stasiun komunikas tercanggih dan terkuat di belahan bumi bagian Selatan. Belanda memerlukan sarana ini agar bisa berkomunikasi langsung tanpa kabel dengan Hindia-Belanda. Tidak mengherankan, Jepang menjadikan stasiun ini sebagai target serangan utama di saat Perang Dunia II. Perang kemerdekaan membawa kerusakan berikutnya kepada stasiun ini; yang hingga sekarang hanya tinggal nama dan kenangan.

Sabtu, 30 Juli 2016

Paska-Renville: Pertemuan TNI dan militer Belanda di Lahat, Januari 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
D.ki.k.ka.: Bangun, Nursyirwan, Rasyidi, Rousset, Kasim Hassan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Kolonel Maludin Simbolon dan Kolonel F. Mollinger
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 27 Januari 1948
Tempat: Lahat (Sumatera Selatan)
Tokoh: Deskripsi foto menyebutkan nama-nama sbb:
- Kolonel F. Mollinger (Belanda,duduk di tengah)
- Kolonel Kasim Hassan (TNI, duduk di sebelah kanan)
- Kolonel Simbolon (TNI, duduk di sebelah kiri, merokok)
- Kapten J.A. Mac Naill (AS, pengawas, duduk di ujung kanan)
- Kapten Nursyirwan (TNI, berdiri ketiga dari kanan)
- Kapten Rasyidi (TNI, berdiri kedua dari kanan, brewok)
- Letnan Bangun (TNI, berdiri paling kanan)
- Kapten  J. Rousset (Perancis, pengawas, duduk di ujung kiri bercelana pendek)
Peristiwa: Perwakilan TNI dan militer Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan diawasi pengamat militer dari AS dan Perancis. Ini merupakan tindak lanjut dari hasil perundingan Renville dalam bentuk penentuan garis demarkasi antara wilayah RI dengan wilayah yang dikuasai Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 29 Juli 2016

Stasiun Radio Malabar Bandung (1): 1927-1932

Kompleks stasiun Malabar di tahun 1927
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Bagian dari teknologi komunikasi yang digunakan di stasiun Malabar, 1927
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Bagian dari jaringan antene Malabarm 1932
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Jaringan antene yang menghubungkan stasiun Malabar dengan tempat lain di Jawa, 1934
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
Waktu: 1927, 1934, 1932
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo / Fotoleren
Catatan: Pada saat itu Stasiun Radio Malabar merupakan sebuah sensasi teknologi karena merupakan stasiun komunikas tercanggih dan terkuat di belahan bumi bagian Selatan. Belanda memerlukan sarana ini agar bisa berkomunikasi langsung tanpa kabel dengan Hindia-Belanda. Tidak mengherankan, Jepang menjadikan stasiun ini sebagai target serangan utama di saat Perang Dunia II. Perang kemerdekaan membawa kerusakan berikutnya kepada stasiun ini; yang hingga sekarang hanya tinggal nama dan kenangan.


UPDATE 24 Mei 2018

Foto yang diwarnai dari kompleks stasiun Malabar:
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Kamis, 28 Juli 2016

Aksi Polisionil 1: Pasukan Belanda menemukan atribut komunisme di Pekalongan, 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Agustus 1947
Tempat: Pekalongan
Tokoh:
Peristiwa: Pasukan Belanda menemukan atribut komunisme di pabrik teh yang dibumihanguskan.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 27 Juli 2016

Tokoh di sidang BP-KNIP di Malang 1947: Sutan Sjahrir (2)

(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
Sjahrir di sebelah Mohammad Roem
(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
Waktu: 1947
Tempat: Malang
Tokoh: Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI); Mohammad Roem (Menteri Dalam Negeri RI)
Peristiwa: Sutan Sjahrir di acara Sidang BP-KNIP di Malang 1947, baik saat berbicara maupun ketika berbincang dengan pemerhati luar negeri.
Fotografer: Cas Oorthuys
Sumber / Hak cipta: Fotoleren
Catatan:

Selasa, 26 Juli 2016

Jasad pemberontak PKI Madiun dipertontonkan, 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: September 1948
Tempat: Madiun
Tokoh:
Peristiwa: Jasad seorang pemberontak PKI Madiun, dengan tangan terikat dan punggung terluka, diperlihatkan ke khalayak.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 25 Juli 2016

Tokoh di sidang BP-KNIP di Malang 1947: Sutan Sjahrir (1)

(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
(klik untuk memperbesar | © fotoleren)
Waktu: 1947
Tempat: Malang
Tokoh: Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI)
Peristiwa: Sutan Sjahrir di acara Sidang BP-KNIP di Malang 1947, baik saat berbicara maupun ketika berbincang dengan pemerhati luar negeri.
Fotografer: Cas Oorthuys
Sumber / Hak cipta: Fotoleren
Catatan:

Minggu, 24 Juli 2016

Aksi Polisionil 1: Gerakan pasukan KNIL dan Belanda di Ambarawa, Agustus 1947

Mengintai
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Membidik
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Menyisir perkampungan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Menyisir perkampungan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Menghadapi perkampungan yang dibumihanguskan para pejuang
(klik untuk memperbesar | © P. de Bruijn / gahetna)
Menghadapi perkampungan yang dibumihanguskan para pejuang
(klik untuk memperbesar | © P. de Bruijn / gahetna)
Mencari ranjau yang ditanam para pejuang
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Agustus 1947
Tempat: Ambarawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: P. de Bruijn (nomer 4 dan 5)
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:


UPDATE 13 November 2016
Siap menembakkan mortir
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Sabtu, 23 Juli 2016

Pangeran Jogjakarta GBPH Suryawijaya di Belanda, 1923

(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
(klik untuk memperbesar | © fotoleren/spaarnestad)
GBPH Suryawijaya (kiri) bersama Kanjeng Raden Tumenggung Suryowinoto (kanan)
(klik untuk memperbesar | © Willem van de Poll / fotoleren/spaarnestad)
 Waktu: 1923
Tempat: Belanda
Tokoh: GBPH Suryawijaya (putera Hamengkubuwono VIII dari BRA Rukmi Aningdiya)
Peristiwa: GBPH Suryawijaya berkunjung ke Belanda mewakili Kesultanan Jogjakarta di dalam perayaan 25 tahun bertahtanya Ratu Wilhelmina.
Fotografer: Willem van de Poll (foto ketiga)
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo / Fotoleren
Catatan: GBPH Suryawijaya menulis naskah "Cathetan Tindakan dhateng Nagari Walandi ing Tahun 1923-1924" tentang perjalanannya ke Belanda ini.

Jumat, 22 Juli 2016

Warga lokal yang tidak bersahabat dengan para pejuang kemerdekaan 11: mantan pejuang yang kemudian berpihak pada Belanda

Tidak semua rakyat Hindia Belanda menginginkan kemerdekaan. Dengan berbagai alasan beberapa pihak malah lebih senang hidup di bawah kekuasaan Belanda atau malah memusuhi para pejuang kemerdekaan. Generalisasi tentu tidak bisa disimpulkan terhadap kelompok atau suku tertentu. Tapi foto-foto berikut mudah-mudahan bisa menambah bahan masukan untuk diskusi tentang hal ini.

11. Yang termasuk kelompok berbahaya adalah para pejuang yang tertangkap Belanda, kemudian berhasil dipengaruhi Belanda  untuk membelot dan berbalik arah untuk memihak Belanda dan memusuhi para mantan teman seperjuangan.
Foto di bawah memperlihatkan seorang perwira Belanda (Kolonel J.R. Kraan) memberikan arahan kepada para serdadu baru mantan pejuang yang sekarang berpihak pada Belanda.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: masa perang kemerdekaan
Tempat: Ambulu (Jember)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: 
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Ambulu kemudian, di masa Republik Indonesia Serikat, juga menjadi tempat di mana mantan KNIL melatih para mantan pejuang kemerdekaan di teknik kemiliteran.

Kamis, 21 Juli 2016

Para pencari rezeki pinggir jalan di Bandung, kemungkinan di tahun 1940-an

Sinden dan gamelan wayang golek
(klik untuk memperbesar | © Alphons Louis Marie Antoine Hubert Hustinx / fotomuseum)
Sinden dan gamelan wayang golek
(klik untuk memperbesar | © Alphons Louis Marie Antoine Hubert Hustinx / fotomuseum)
Penjual stroberi (?)
(klik untuk memperbesar | © fotomuseum)
Penjual karangan bunga
(klik untuk memperbesar | © fotomuseum)
Tukang cukur
(klik untuk memperbesar | © fotomuseum)
Waktu: kemungkinan 1940-an
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Alphons Louis Marie Antoine Hubert Hustinx (untuk foto pertama dan kedua?)
Sumber / Hak cipta: Nederlands Fotomuseum
Catatan:

Rabu, 20 Juli 2016

Para pejuang kemerdekaan yang ditahan Belanda di Sabang, 1948

Suasana kamp tahanan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Suasana kamp tahanan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Bermain kartu
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Letda Syamsudin dari Tebing Tinggi, mengasah anggar
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Letnan Aminudin berolahraga
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Aloi (kiri, sersan TNI) membeli sabun di warung yang dikelola Mochtar (kanan, polisi tentara di Tebing Tinggi)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Letnan Aminudin dan Kolonerl Moro
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Berdiri di latar depan d.ki.k.ka.: seorang perwira intel Belanda, Dr. Pirngardi (komandan kamp), Letnan Teungku Muhammad Uthman, Kolonel Moro, Kapten Asma Toedin
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 4 Januari 1948
Tempat: Sabang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: B. Huisman
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:


UPDATE 13 November 2016
Menyiapkan adonan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)