Sabtu, 31 Agustus 2019

R.A. Kartini dan adik-adiknya mengenakan kimono, 1903

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1903
Tempat: Rembang
Tokoh:
Peristiwa: Kartini berfoto bersama adik-adiknya, Kardinah dan Rukmini, serta adik tirinya, Sumantri. Semuanya mengenakan kimono. Setahun kemudian Kartini wafat.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page | Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 30 Agustus 2019

Jakarta, Oktober 1945: Pembebasan warga Belanda dari kamp tahanan Jepang di Halimun (3)

PENGANTAR

Jakarta di sekitar bulan September dan Oktober 1945 berada di situasi yang tidak menentu. Jepang sudah kalah perang, tetapi bala tentaranya masih berada di mana-mana lengkap dengan persenjataannya. Indonesia sudah menyatakan diri merdeka, tetapi aparat negara dan pemerintahan masih dalam tahap pembentukan.

Belanda berusaha kembali ke Indonesia, tetapi di tanah airnya masih terkendala proses pemulihan setelah pendudukan Jerman, dan di Hindia-Belanda terkendala kenyataan bahwa para lelaki dewasa mereka dibuang Jepang ke Manchuria. Sisa-sisa lelaki Belanda berada di penjara militer Jepang, atau jompo dan sakit di penampungan darurat.

Sementara itu Inggris, atas nama pihak Sekutu, mendatangkan kesatuan tentara Indianya dengan tugas resmi mengurus sisa-sisa militer Jepang, tetapi bentrok dengan para pemuda Indonesia yang mencurigai Inggris mempermudah masuknya kembali Belanda ke Indonesia.

Di situasi ini, seorang fotografer bernama H. Ripassa berhasil membuat beberapa foto dari berbagai sudut Jakarta. Kemungkinan besar Ripassa ini seorang campuran Eropa-Asia sehingga dia memiliki berbagai kemudahan untuk bergerak dan mengambil foto. Seri ini akan menampilkan beberapa jepretan dia.



Kamp Halimun merupakan salah satu area di mana militer Jepang menginternir wanita dan anak-anak Belanda. Kamp yang terletak di sekitar pemakaman Menteng Pulo sekarang ini, merupakan komplek perumahan yang sudah berdiri sebelumnya, dan kemudian oleh pasukan Jepang ditutup sekelilingnya dengan pagar bambu yang dilengkapi dengan kawat berduri.

Setelah Jepang kalah perang, pasukan Inggris datang serta membebaskan kamp ini. Mereka juga mendatangkan beberapa lelaki Belanda dengan truk dari penjara militer Glodok.

Seorang bocah di belakang rumah dalam kamp yang dipenuhi barang dan jemuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Salah satu sisi kamp dengan akses ke arah saluran air
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Bagian kamp dengan perumahan yang lebih sederhana: tanpa teras, tanpa pagar, tiang kayu, dinding bambu
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Salah satu gerbang yang masih dijaga tentara Jepang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Salah satu pekarangan di kamp yang dipenuhi barang, sepeda, dan jemuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: kemungkinan September/Oktober 1945
Tempat: Kamp Halimun (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: H. Ripassa
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 29 Agustus 2019

Wanita-wanita Jepang di Jakarta sekitar tahun 1870

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1870
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page | Universiteit Leiden
Catatan: Foto terakhir belum pasti apakah juga berasal dari koleksi Woodbury & Page, serta apakah juga diambil di Jakarta; catatan foto hanya menyebut "Jawa".

Rabu, 28 Agustus 2019

Jakarta, Oktober 1945: Pembebasan warga Belanda dari kamp tahanan Jepang di Halimun (2)

PENGANTAR

Jakarta di sekitar bulan September dan Oktober 1945 berada di situasi yang tidak menentu. Jepang sudah kalah perang, tetapi bala tentaranya masih berada di mana-mana lengkap dengan persenjataannya. Indonesia sudah menyatakan diri merdeka, tetapi aparat negara dan pemerintahan masih dalam tahap pembentukan.

Belanda berusaha kembali ke Indonesia, tetapi di tanah airnya masih terkendala proses pemulihan setelah pendudukan Jerman, dan di Hindia-Belanda terkendala kenyataan bahwa para lelaki dewasa mereka dibuang Jepang ke Manchuria. Sisa-sisa lelaki Belanda berada di penjara militer Jepang, atau jompo dan sakit di penampungan darurat.

Sementara itu Inggris, atas nama pihak Sekutu, mendatangkan kesatuan tentara Indianya dengan tugas resmi mengurus sisa-sisa militer Jepang, tetapi bentrok dengan para pemuda Indonesia yang mencurigai Inggris mempermudah masuknya kembali Belanda ke Indonesia.

Di situasi ini, seorang fotografer bernama H. Ripassa berhasil membuat beberapa foto dari berbagai sudut Jakarta. Kemungkinan besar Ripassa ini seorang campuran Eropa-Asia sehingga dia memiliki berbagai kemudahan untuk bergerak dan mengambil foto. Seri ini akan menampilkan beberapa jepretan dia.



Kamp Halimun merupakan salah satu area di mana militer Jepang menginternir wanita dan anak-anak Belanda. Kamp yang terletak di sekitar pemakaman Menteng Pulo sekarang ini, merupakan komplek perumahan yang sudah berdiri sebelumnya, dan kemudian oleh pasukan Jepang ditutup sekelilingnya dengan pagar bambu yang dilengkapi dengan kawat berduri.

Setelah Jepang kalah perang, pasukan Inggris datang serta membebaskan kamp ini. Mereka juga mendatangkan beberapa lelaki Belanda dengan truk dari penjara militer Glodok.

Tampaknya kegembiraan di dalam kamp setelah mendengar kemeriahan di jalanan di luar kamp
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kabar pembebasan diumumkan ke sekeliling kamp
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kegembiraan keluarga yang dipertemukan kembali
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Sebagian penghuni kamp berpose di luar rumah ...
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
... sebagian lagi di dalam rumah
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: kemungkinan September/Oktober 1945
Tempat: Kamp Halimun (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: H. Ripassa
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Selasa, 27 Agustus 2019

Jakarta 1860-an: Wajah warga setempat

Pengantin laki-laki (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Ibu dan anak
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Tiga perempuan di rumah bambu
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Wanita bermain musik
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Sebuah keluarga (pendatang dari Jawa?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Sepasang pengantin (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Lelaki mencari kutu
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Dua lelaki dewasa
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1860-an
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page | Universiteit Leiden
Catatan:

Senin, 26 Agustus 2019

Jakarta, Oktober 1945: Pembebasan warga Belanda dari kamp tahanan Jepang di Halimun (1)

PENGANTAR

Jakarta di sekitar bulan September dan Oktober 1945 berada di situasi yang tidak menentu. Jepang sudah kalah perang, tetapi bala tentaranya masih berada di mana-mana lengkap dengan persenjataannya. Indonesia sudah menyatakan diri merdeka, tetapi aparat negara dan pemerintahan masih dalam tahap pembentukan.

Belanda berusaha kembali ke Indonesia, tetapi di tanah airnya masih terkendala proses pemulihan setelah pendudukan Jerman, dan di Hindia-Belanda terkendala kenyataan bahwa para lelaki dewasa mereka dibuang Jepang ke Manchuria. Sisa-sisa lelaki Belanda berada di penjara militer Jepang, atau jompo dan sakit di penampungan darurat.

Sementara itu Inggris, atas nama pihak Sekutu, mendatangkan kesatuan tentara Indianya dengan tugas resmi mengurus sisa-sisa militer Jepang, tetapi bentrok dengan para pemuda Indonesia yang mencurigai Inggris mempermudah masuknya kembali Belanda ke Indonesia.

Di situasi ini, seorang fotografer bernama H. Ripassa berhasil membuat beberapa foto dari berbagai sudut Jakarta. Kemungkinan besar Ripassa ini seorang campuran Eropa-Asia sehingga dia memiliki berbagai kemudahan untuk bergerak dan mengambil foto. Seri ini akan menampilkan beberapa jepretan dia.



Kamp Halimun merupakan salah satu area di mana militer Jepang menginternir wanita dan anak-anak Belanda. Kamp yang terletak di sekitar pemakaman Menteng Pulo sekarang ini, merupakan komplek perumahan yang sudah berdiri sebelumnya, dan kemudian oleh pasukan Jepang ditutup sekelilingnya dengan pagar bambu yang dilengkapi dengan kawat berduri.

Setelah Jepang kalah perang, pasukan Inggris datang serta membebaskan kamp ini. Mereka juga mendatangkan beberapa lelaki Belanda dengan truk dari penjara militer Glodok.

Anak-anak berebut menaiki truk yang kemungkinan sebelumnya datang membawa tahanan Belanda dari penjara militer Glodok untuk dialihkan ke Kamp Halimun
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Anak-anak Belanda gembira menyambut pembebasan kamp dari tangan pasukan Jepang.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Truk disambut meriah saat memasuki gerbang kamp
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tidak ada catatan tentang siapa para lelaki ini. Kemungkinan ini campuran antara warga Belanda yang sebelumnya dipenjara oleh Jepang, tentara Belanda yang ikut pasukan Inggris datang ke Indonesia, warga lokal yang terlibat dalam proses pengalihan tahanan dan pembebasan kamp.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Dua tahanan Belanda yang kurus kering yang tampaknya dipindahkan pasukan Inggris dari penjara militer ke Kamp Halimun
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: kemungkinan September/Oktober 1945
Tempat: Kamp Halimun (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: H. Ripassa
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 25 Agustus 2019

Jakarta 1860-an: Sarana transportasi

Pedati
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Kereta kuda milik tuan Belanda
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
delman
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1860-an
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page | Universiteit Leiden
Catatan:

Sabtu, 24 Agustus 2019

Suasana kamp tawanan Cideng menurut sketsa penghuninya, 1945

Para wanita diperintahkan menggarap kebun dalam pengawasan tentara Jepang
Tjideng tuinploeg [menggarap kebun]
Allemaal complete? [Lengkap semua?]
Ajoh, boleh djalan!
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Karya bertanggal 23 September 1945, setelah kamp dibebaskan. Tampak "Toosje" dan "Mia" memegang rokok dan minuman dengan muka ceria. Tulisan di bawah berbunyi Het Stoepje! (jalan masuk), Verjaardagscadeau van kampvriendin (hadiah ulang tahun dari teman se-kamp).
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1945
Tempat: Cideng (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 23 Agustus 2019

Jakarta 1860-an: Profesi warga lokal

Penjahit, kemungkinan di sebuah rumah Belanda
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Jongos
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Bujang
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Tukang kayu
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
 Waktu: 1860-an
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page | Universiteit Leiden
Catatan:

Kamis, 22 Agustus 2019

Anak-anak merayakan hari ulang tahun Ratu Juliana di Cideng, 1946

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Waktu: 30 April 1946
Tempat: bekas kamp tawanan Cideng (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa: Di masa pendudukan Jepang, militer Jepang mengasingkan para lelaki Belanda ke Manchuria, atau menahannya misalnya di penjara militer Glodok. Kaum wanita dan anak-anak diinternir di beberapa kamp tawanan; salah satu yang terkenaladalah kamp Cideng. Foto di atas memperlihatkan kamp Cideng, sekitar 7 bulan setelah dibebaskan oleh pasukan Inggris. Anak-anak penghuni kamp tampak berbaris untuk merayakan hari ulang tahun Ratu Juliana.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 21 Agustus 2019

Jakarta 1860-an: Rumah warga bukan Belanda

Rumah warga yang kelak disebut orang Betawi
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Rumah Tionghoa di sekitar Kota
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Rumah Raden Saleh Syarif Bustaman, sekarang bagian dari RS Cikini
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1860-an
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Woodbury & Page | Universiteit Leiden
Catatan:

Selasa, 20 Agustus 2019

Pengadilan perang atas perwira Jepang Kapten Sonai, komandan kamp tawanan Cideng, 1946

Kapten Sonai membungkuk menghormati dewan hakim militer
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kapten Sonai didampingi penerjemah
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kapten Sonai di hadapan dewan hakim militer
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: kemungkinan 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Kapten Sonai adalah komandan dari kamp tawanan Cideng yang mengurung sekitar 12.000 warga sekutu, umumnya wanita dan anak-anak Belanda, semasa Perang Dunia II. Setelah Jepang kalah perang, dan Belanda masuk lagi ke Indonesia, militer Belanda mendakwa Sonai atas kejahatan perang. Kapten Sonai menyatakan diri tidak bersalah.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

UPDATE 6 September 2019

Foto berikut menampilkan Kapten Sonai bersama dua perwira Belanda setelah pihak Belanda menangkap Sonai di penghujung 1945.

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / Museon)

Senin, 19 Agustus 2019

Jakarta 1860-an: Warga pendatang

Seorang Tionghoa
(klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / Universiteit Leiden)
Warga Hindia
(klik untuk memperbesar | © C.K. Louran Jr. / Universiteit Leiden)
Seorang fakir
(klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / Universiteit Leiden)
Seorang londo item
(klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / Universiteit Leiden)

Waktu: 1860-an
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Sudah sejak zaman dulu kawasan Jakarta merupakan tempat warga datang dari berbagai penjuru. Foto-foto di atas tampaknya dibuat di sebuah studio, terlihat dari meja dan kursinya. Si fotografer kelihatannya ingin memperlihatkan aneka ragam pendatang yang ada di Jakarta saat itu.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: C.K. Louran Jr. / Woodbury & Page / Universiteit Leiden
Catatan: