Minggu, 31 Januari 2021

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah Indonesia menurut karikatur Belanda, 1946-1947

De Groene Amsterdammer, 16 Februari 1946
(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Karikatur ini berasal dari masa ketika Belanda berusaha memulihkan kekuasaan di Indonesia, sementara rakyat Indonesia mencoba mendirikan pemerintahan sendiri yang berdaulat. Situasi ini digambarkan seperti di pertunjukan sirkus. Profesor Johann Logemann, saat itu Menteri Urusan Tanah Jajahan, digambarkan sudah melepaskan Van Mook, tokoh kelahiran Semarang yang ditunjuk menjadi Letnan Gubernur Jenderal. Tetapi Sutan Sjahrir, saat itu Perdana Menteri, tampak belum di posisi yang siap menyambut Van Mook. Para penonton tampak terlihat tegang untuk melihat kelanjutan dari adegan ini.

Elseviers Weekblad, 9 November 1946
(klik untuk memperbesar | © Eppo Doeve / AVS)

Karikatur ini mengenang Eduard Douwes Dekker dan mengutip ucapan Multatuli: "Baiklah, baiklah! Tapi ... rakyat Jawa dianiaya!", serta menggambarkan bagaimana rakyat jelata harus memikul beban yang berat, sementara kaum priyayi dan berada hanya menyaksikan.

De Groene Amsterdammer, 7 Desember 1946
(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Karikatur ini tampaknya menggambarkan reaksi sebagian kalangan di Belanda yang menolak Perjanjian Linggarjati, antara lain kelompok Indiƫ in Nood, Partij voor de Vrijheid, Nationale Jonge Verbond, serta pers liberal, yang dianggap mencoba menahan lajunya jam.

Het Parool, 2 Juli 1947
(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Karikatur ini muncul ketika Aksi Polisionil 1 diluncurkan dan konflik bersenjata antara Belanda dan pejuang kemerdekaan pecah menjadi perang. Presiden AS, Harry Truman, digambarkan sebagai polisi yang mencoba melerai perkelahian antara Belanda dan Indonesia, dan menawarkan bantuan keuangan bagi yang mengikuti arahan dia.

Elsevier, Juli/September 1947
(klik untuk memperbesar | © Eppo Doeve / AVS)

Kaikatur ini menggambarkan kelesuan para pedagang Tionghoa di masa Aksi Polisionil 1. Perang terbuka yang pecah telah membuat warung, toko, dan perdagangan menjadi sepi.

Waktu: 1946, 1947
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa di Indonesia
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Eppo Doeve | Leo Jordaan
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Sabtu, 30 Januari 2021

Koleksi foto dari masa kejayaan tembakau di utara Sumatera — Album IV: Perkebunan karet

PENGANTAR

Seperti sudah disinggung di posting sebelum ini, dan juga sebelumnya lagi, sejarah mewariskan banyak album foto tentang wilayah utara Sumatera dari masa kejayaan perkebunan tembakau. Isinya tentunya foto-foto yang terkait dengan perkebunan tembakau, serta manusia dan tempat atau tempat di sekitarnya. Foto-foto ini umumnya jepretan C.J. Kleingrothe atau keluaran dari studio foto miliknya. Kleingrothe adalah seorang Jerman yang menetap di Medan dari penghujung abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Beberapa foto tampaknya sangat populer, sehingga ia muncul di lebih dari satu album; blog ini akan menampilkan pengulangan foto seperti ini.


Hutan yang baru dibuka untuk perkebunan karet
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pekerja Keling menanam benih karet
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pohon karet yang mulai tumbuh
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pohon karet muda (kanan) dan yang berumur 6 tahunan (kiri)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pekerja Melayu menyadap getah karet dari pohon yang berumur 12-15 tahun
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Proses pembersihan, penggilingan, dan pengeringan karet lembaran
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pohon karet berumur 23 tahun
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Skema biji karet yang dimuat di album foto
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Tahun terbit album: antara 1903 dan 1920 (foto-foto bisa jadi lebih tua lagi)
Tempat: Sumatera Utara
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Carl Josef Kleingrothe
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Jumat, 29 Januari 2021

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah Indonesia menurut karikatur Belanda, 1934-1945

(klik untuk memperbesar | © Louis Raemaekers / AVS)

Karikatur di atas dibuat sekitar tahun 1915 dan 1934. Seperti disinggung di posting sebelum ini, masalah candu di Hindia-Belanda, terutama di Jawa telah menjadi persoalan yang akut. Karikatur di atas mengabarkan bahwa masyarakat Tionghoa di Hindia-Belanda memohon kepada pemerintahan Belanda yang berasal dari dunia Kristiani agar dalam waktu 3 tahun produksi dan penjualan candu bisa dihentikan, serta rumah sakit untuk perawatan pecandu didirikan.

(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Karikatur di atas dibuat sekitar tahun 1925-1934 oleh Leo Jordaan yang kemudian akan membuat banyak karikatur tentang Indonesia. Karya ini berjudul "... dan Hindia berdansa!" yang bisa ditafsirkan bahwa dansa-dansinya warga Belanda di Indonesia sejatinya dibayang-bayangi oleh bahaya bahwa suatu saat rakyat Hindia-Belanda akan "meletus".

(klik untuk memperbesar | © Louis Raemaekers / AVS)

Sketsa di atas dibuat di tahun 1942, dan tampaknya memperlihatkan kesiagaan warga Hindia-Belanda bersama kesatuan KNIL dalam menghadapi invasi (Jepang). Sejarah mencatat bahwa Jepang dengan relatif cepat bisa menundukkan pertahanan KNIL.

(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Karikatur di atas terbit di bulan Oktober 1945, hanya sekitar 2 bulan setelah proklamasi kemerdekaan. Menurut karikatur ini, Menteri Urusan Tanah Jajahan, Profesor Johann Logeman berusaha untuk menghubungi rakyat Indonesia untuk menyampaikan bereidheid tot onderhandelen (kebersediaan untuk bernegosiasi), tetapi upaya ini tidak disambungi oleh Perhimpunan Indonesia.

Waktu: 1934, 1942, 1945
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa di Nusantara
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan | Louis Raemaekers
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Kamis, 28 Januari 2021

Koleksi foto dari masa kejayaan tembakau di utara Sumatera — Album IV: Haranggaol di tepi Danau Toba

PENGANTAR

Seperti sudah disinggung di posting sebelum ini, dan juga sebelumnya lagi, sejarah mewariskan banyak album foto tentang wilayah utara Sumatera dari masa kejayaan perkebunan tembakau. Isinya tentunya foto-foto yang terkait dengan perkebunan tembakau, serta manusia dan tempat atau tempat di sekitarnya. Foto-foto ini umumnya jepretan C.J. Kleingrothe atau keluaran dari studio foto miliknya. Kleingrothe adalah seorang Jerman yang menetap di Medan dari penghujung abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Beberapa foto tampaknya sangat populer, sehingga ia muncul di lebih dari satu album; blog ini akan menampilkan pengulangan foto seperti ini.


Rumah adat Batak di Haranggaol dengan latar belakang Danau Toba
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pesawahan di Haranggaol
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Warga Haranggaol berkumpul di sekitar gubuk yang dijuluki Speelhuis (rumah bermain) oleh orang Belanda
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Beberapa orang Belanda dan warga Haranggaol di tepi Danau Toba
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Rumah yang dinamai Passantenhuis (rumah transit)
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Tahun terbit album: antara 1903 dan 1920 (foto-foto bisa jadi lebih tua lagi)
Tempat: Haranggaol (Simalungun)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Carl Josef Kleingrothe
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Rabu, 27 Januari 2021

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah Indonesia menurut karikatur Belanda, 1925-1929

De Groene Amsterdammer, 1925
(klik untuk memperbesar | © Johan Braakensiek / AVS)

Perkembangan faham komunis di Hindia-Belanda di tahun 1920-an membuat gusar beberapa pihak di Belanda. Pertemuan PKI pada tahun 1925 (di Jakarta?), yang a.l. menyerukan penumbangan pemerintahan penjajahan Belanda, menjadi catatan buat beberapa kalangan Belanda. Karikatur di atas menyuarakan bahwa apa yang ditabur oleh kaum komunis akan diikuti oleh kematian.

Januari/Februari 1925
(klik untuk memperbesar | © Louis Raemaekers / AVS)

Pulau Jawa di abad ke-19 dan awal abad ke-20 merupakan salah satu wilayah penyebaran candu. Karikatur di atas mengkritik pemerintah Belanda yang membiarkan kerusakan akibat ganja meraja lela demi keuntungan 40 juta Gulden per tahun.

De Telegraaf, 19 September 1929
(klik untuk memperbesar | © Louis Raemaekers / AVS)

Para pemilik perkebunan di Hindia-Belanda, sejak tahun 1880, memiliki hak untuk menjatuhkan poenale sanctie (sanksi hukuman) kepada para pekerja atau kulinya jika dianggap malas, melakukan penghinaan, atau berusaha kabur dari perkebunan. Hukuman dera merupakan sanksi yang banyak diterapkan. Di tahun 1929 tampaknya ada pekerja yang tewas gara-gara hukuman ini, dan memicu perdebatan tentang perlakuan terhadap para kuli. Karikatur di atas menggambarkan bahwa di atas kepala pemilik perkebunan sekarang bergantung pedang Damokles, yang suatu saat bisa tiba-tiba lepas dari tali tipisnya dan jatuh mengenai si pemilik perkebunan.

De Telegraaf, 31 Oktober 1929
(klik untuk memperbesar | © Louis Raemaekers / AVS)

Pemerintah penjajahan Hindia-Belanda akhirnya mengeluarkan aturan yang lebih melindungi para kuli. Sekitar sebulan setelah kematian seorang kuli akibat poenale sanctie, sanksi hukuman seperti ini dilarang, tapi sementara hanya untuk pekerja yang sudah usai masa kontraknya dan kemudian memperpanjangnya.

Waktu: 1925, 1929
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa di Hindia-Belanda
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Braakensiek | Louis Raemaekers
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Selasa, 26 Januari 2021

Koleksi foto dari masa kejayaan tembakau di utara Sumatera — Album IV: Gunung Sibayak dan Sinabung

PENGANTAR

Seperti sudah disinggung di posting sebelum ini, dan juga sebelumnya lagi, sejarah mewariskan banyak album foto tentang wilayah utara Sumatera dari masa kejayaan perkebunan tembakau. Isinya tentunya foto-foto yang terkait dengan perkebunan tembakau, serta manusia dan tempat atau tempat di sekitarnya. Foto-foto ini umumnya jepretan C.J. Kleingrothe atau keluaran dari studio foto miliknya. Kleingrothe adalah seorang Jerman yang menetap di Medan dari penghujung abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Beberapa foto tampaknya sangat populer, sehingga ia muncul di lebih dari satu album; blog ini akan menampilkan pengulangan foto seperti ini.


Gunung Sinabung
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Gunung Sibayak
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Kawah besar Gunung Sibayak dengan Gunung Sinabung di latar belakang kiri
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Dinding kawah di puncak Gunung Sibayak
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sungai berbatu dengan latar belakang kawah kecil Gunung Sibayak; posisi bertanda "X" adalah Blokhuis (kemungkinan semacam stasiun pengamatan dirian Belanda)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Blokhuis di depan kawah kecil Sibayak yang mengeluarkan asap belerang
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Tahun terbit album: antara 1903 dan 1920 (foto-foto bisa jadi lebih tua lagi)
Tempat: Sumatera Utara
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Carl Josef Kleingrothe
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Senin, 25 Januari 2021

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah Indonesia menurut karikatur Belanda, 1903-1923

De Amsterdammer, 1 November 1903
(klik untuk memperbesar | © Johan Braakensiek / Universiteit Leiden)

Karikatur ini menggambarkan Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz menyambut kedatangan Merkurius, dewa perdagangan Romawi, di pelabuhan Sabang, yang menyusul Mars, dewa perang Romawi, yang sudah ada di sana. Karikatur ini bisa ditafsirkan bahwa dari awal Belanda memang memiliki motivasi ekonomi di dalam usahanya untuk menguasai Aceh.

De Amsterdammer, 26 Januari 1908
(klik untuk memperbesar | © Johan Braakensiek / Universiteit Leiden)

Karikatur di atas berasal dari era ketika para seniman besar Belanda di bidang pertunjukan pada mendatangi wilayah Nusantara. Nama-nama yang ditampilkan a.l. Louis Bouwmeester, Anton Kimmel, dan Albert Vogel. Mbok Indonesia yang merasa heran bertanya kepada Nona Belanda apakah mereka itu anak-anaknya. Nona Belanda menjawab bahwa mereka itu sekedar pencari emas.

(klik untuk memperbesar | © Louis Raemaekers / AVS)

Karikatur ini muncul antara tahun 1914 dan 1918 dan menggambarkan bagaimana seorang agen Jerman merayu rakyat Indonesia dengan menjanjikan senjata dan uang untuk mengenyahkan penjajah Belanda. Bahwa Jerman mencoba membangkitkan perlawanan rakyat Indonesia untuk mengusir Belanda, ini adalah hal yang tampkanya jarang disinggung sejarah.

(klik untuk memperbesar | © Piet van der Hem / AVS)

Karikatur ini muncul di tahun 1923, di saat Belanda melakukan banyak pengetatan anggaran. Tetapi, sebuah undang-undang dengan nama de Vlootwet (Undang-undang Armada) disahkan, guna mempertangguh kekuatan laut Belanda di wilayah Nusantara. Tampaknya saat itu Belanda sudah menyadari bahwa wilayah Nusantara dengan banyak pulau dan periarannya memerlukan armada laut yang tangguh. Boleh jadi Belanda juga sudah melihat bahwa kekuatan laut Jepang bisa menjadi ancaman serius; sebuah pandangan yang kemudian terbukti benar.

Waktu: 1903, 1908, 1918, 1923
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke beberapa peristiwa di Nusantara
Tokoh: Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Braakensiek | Louis Raemaekers | Piet van der Hem
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk | Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 24 Januari 2021

Koleksi foto dari masa kejayaan tembakau di utara Sumatera — Album IV: Bandar Baru, Belawan, dan Klumpang

PENGANTAR

Seperti sudah disinggung di posting sebelum ini, dan juga sebelumnya lagi, sejarah mewariskan banyak album foto tentang wilayah utara Sumatera dari masa kejayaan perkebunan tembakau. Isinya tentunya foto-foto yang terkait dengan perkebunan tembakau, serta manusia dan tempat atau tempat di sekitarnya. Foto-foto ini umumnya jepretan C.J. Kleingrothe atau keluaran dari studio foto miliknya. Kleingrothe adalah seorang Jerman yang menetap di Medan dari penghujung abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Beberapa foto tampaknya sangat populer, sehingga ia muncul di lebih dari satu album; blog ini akan menampilkan pengulangan foto seperti ini.


Pelabuhan Belawan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Jaringan rel kereta di pelabuhan Belawan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pekerja Tionghoa diturunkan di pelabuhan Belawan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Air terjun di Bandar Baru
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sanatorium di Bandar Baru
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Kelenteng Tionghoa di Klumpang
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Tampak dalam kelenteng di Klumpang
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Tahun terbit album: antara 1903 dan 1920 (foto-foto bisa jadi lebih tua lagi)
Tempat: Belawan (Medan), Bandar Baru dan Klumpang (Deli Serdang)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Carl Josef Kleingrothe
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Sabtu, 23 Januari 2021

Peristiwa-peristiwa dalam sejarah Indonesia menurut karikatur Belanda, 1888-1897

De Amsterdammer, 16 September 1888
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Karikatur di atas mengenang salah satu jenderal KNIL yang mashur di Perang Aceh dan tampaknya menyukai wilayah Minangkabau, Johannes van Swieten, yang meninggal pada tanggal 9 September 1888.

De Amsterdammer, 8 Oktober 1892
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Karikatur di atas menggambarkan serah terima jabatan Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda dari Cornelis Pijnacker Hordijk (kanan) ke Carel Herman Aart van der Wijck (kiri) dengan latar belakang Istana Bogor. Hordijk mengeluhkan bahwa nama Buyten-Sorgh (=buiten zorge; cikal bakal nama Bogor) yang maknanya "tanpa kekhawatiran" telah menjadi Nooyt-Gedagt (=nooit gedagt) yang bermakna "tidak pernah bermesraan". Tampaknya keluhan ini keluar karena konflik di Aceh dan kemudian Lombok menjadi masalah pelik untuk kedua gubernur-jenderal ini.

De Amsterdammer, 17 April 1893
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Karikatur di atas menggambarkan bagaimana Presiden Perancis, Marie FranƧois Sadi Carnot, yang kewalahan menghadapi perlawanan bangsa Afrika di koloni Perancis di sana, meminta saran dari politisi Belanda, Willem Karel van Dedem, yang dianggap handal dalam menghadapi wilayah jajahannya. Van Dedem hanya bisa berujar bahwa Carnot pastinya belum pernah mendengar perlawanan rakyat Aceh.

De Amsterdammer, 24 Oktober 1897
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Karikatur di atas menggambarkan bagaimana Gubernur-Jenderal Cornelis Pijnacker Hordijk memberikan kursi baru untuk rakyat Indonesia dengan tumpuan batubara, tembakau, minyak bumi, dan emas, untuk menggantikan kursi lama yang sudah mulai patah yang bertumpu sepenuhnya pada hasil agraria tembakau, gula, dan kopi.

Waktu: 1888, 1892, 1893, 1897
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke beberapa peristiwa di Nusantara
Tokoh: l.d.a.
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Braakensiek
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 22 Januari 2021

Koleksi foto dari masa kejayaan tembakau di utara Sumatera — Album IV: Kutaraja dan pelabuhan Sabang

PENGANTAR

Seperti sudah disinggung di posting sebelum ini, dan juga sebelumnya lagi, sejarah mewariskan banyak album foto tentang wilayah utara Sumatera dari masa kejayaan perkebunan tembakau. Isinya tentunya foto-foto yang terkait dengan perkebunan tembakau, serta manusia dan tempat atau tempat di sekitarnya. Foto-foto ini umumnya jepretan C.J. Kleingrothe atau keluaran dari studio foto miliknya. Kleingrothe adalah seorang Jerman yang menetap di Medan dari penghujung abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Beberapa foto tampaknya sangat populer, sehingga ia muncul di lebih dari satu album; blog ini akan menampilkan pengulangan foto seperti ini.


Kutaraja d.ki.k.ka.: Hotel, pohon Kohler, Masjid Raya Baiturrahman
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Kutaraja: Vredespark, cikal bakal Taman Sari
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pelabuhan Sabang
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sabang: Kapal uap pos mengangkut tembakau untuk dibawa ke Belanda
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Tahun terbit album: antara 1903 dan 1920 (foto-foto bisa jadi lebih tua lagi)
Tempat: Kutaraja, Sabang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Carl Josef Kleingrothe
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: