Sabtu, 31 Juli 2021

Dari album foto keluaran Topografische Dienst van Nederlands-Indië pada saat Perang Aceh (2), 1874

PENGANTAR

Topografische Dienst van Nederlands-Indië (Jawatan Topografi Hindia-Belanda) di tahun 1874 mengeluarkan sebuah buku yang berisi 30 foto tentang suasana di Aceh pada saat itu. Di bawah ini dua versi dari jilid buku, yang berisi nomor dan uraian dari foto-foto ini. Ini sangat memudahkan kita untuk mengetahui apa yang ditampilkan oleh foto-foto ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

7. Para perwira dari Brigade I
(klik untuk memperbesar | © NGA)
8. Para ajudan perwira
(klik untuk memperbesar | © NGA)
9. Teuku Neg-Raja (?) dan pengiringnya
(klik untuk memperbesar | © NGA)
10. Para utusan dari Edi (maksudnya Pidie?)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
11. Gerbang utama ke Kutaraja dalam kekuasaan Belanda
(klik untuk memperbesar | © NGA)
12. Bagian utara lapisan pertahanan Kutaraja
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1874 (ada kemungkinan beberapa foto dibuat sebelum 1874)
Tempat: Aceh
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Topografische Dienst van Nederlands-Indië
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Jumat, 30 Juli 2021

Gereja Blenduk dan Balaikota Semarang menurut lukisan dari tahun 1820

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Waktu: 1820
Tempat: Semarang
Tokoh:
Peristiwa: Lukisan dari tahun 1820 ini menggambarkan balaikota Semarang zaman dulu (kiri) dan gereja Belanda yang dijuluki Gereja Blenduk oleh masyarakat (kanan; sekarang GPIB Immanuel).
Juru foto/gambar: Cornelis Frederik Stavenisse de Brauw
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Kamis, 29 Juli 2021

Dari album foto keluaran Topografische Dienst van Nederlands-Indië pada saat Perang Aceh (1), 1874

PENGANTAR

Topografische Dienst van Nederlands-Indië (Jawatan Topografi Hindia-Belanda) di tahun 1874 mengeluarkan sebuah buku yang berisi 30 foto tentang suasana di Aceh pada saat itu. Di bawah ini dua versi dari jilid buku, yang berisi nomor dan uraian dari foto-foto ini. Ini sangat memudahkan kita untuk mengetahui apa yang ditampilkan oleh foto-foto ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

1. Tenda Panglima KNIL
(klik untuk memperbesar | © NGA)
2. Para perwira dan kelasi marinir di kapal perang (Zeeland?)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
3. Variasi dari foto no. 2 di atas
(klik untuk memperbesar | © NGA)
4. Perwira palang merah (Van Bultzingslöwen?) bersama personal kesehatan lokal
(klik untuk memperbesar | © NGA)
5. Sepuluh perwira
(klik untuk memperbesar | © NGA)
6. Para perwira KNIL di depan tembok Kutaraja
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1874 (ada kemungkinan beberapa foto dibuat sebelum 1874)
Tempat: Aceh
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Topografische Dienst van Nederlands-Indië
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Rabu, 28 Juli 2021

Penandatanganan hasil Konferensi Meja Bundar dalam sketsa dan berita koran Belanda, 27 Desember 1949

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Koran Nieuwe Rotterdamse Courant terbitan 27 Desember 1949 mewartakan penandatangan hasil Konferensi Meja Bundar di halaman utamanya. Tampak PM Belanda, Willem Drees sedang membubuhkan tanda tangannya, dengan disaksikan oleh Ratu Juliana di sebelahnya, serta Muhammad Hatta dan Sultan Hamid II. Acara berlangsung di Koninklijk Paleis op de Dam (Istana Kerajaan di Amsterdam).

(klik untuk memperbesar | © Chris Schut / AVS)

Peristiwa yang sama dalam sketsa karya Chris Schut yang dibuat di bulan Februari 1950. Di sketsa ini tampak dokumen hasil Konferensi Meja Bundar diperlihatkan kepada Ratu Juliana untuk ditandatangani.

Waktu: 27 Desember 1949
Tempat: Amsterdam
Tokoh: Juliana (Juliana Louise Emma Marie Wilhelmina; Ratu Belanda), Muhammad Hatta (anggota delegasi Indonesia), Sultan Hamid II (anggota delegasi Indonesia), Willem Drees (Perdana Menteri Belanda)
Peristiwa: l.d.a.
Juru foto/gambar:  Chris Schut
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan: lihat juga foto di posting ini.

Selasa, 27 Juli 2021

Jepretan Kassian Céphas tentang upacara, ampilan, dan sendratari di Kedaton Yogyakarta XIII-XVI, 1888

PENGANTAR

Sejarah fotografi Indonesia tidak lepas dari nama Kassian Céphas, lelaki Jawa pertama yang tercatat belajar menggunakan kamera dan mewariskan banyak foto yang mengabadikan suasana di Yogyakarta dan sekitarnya di zamannya, yang beberapa di antaranya sudah dimuat di blog ini. Buku foto pertama Kassian Céphas yang dikeluarkan untuk khalayak ramai berjudul In den Kedáton te Jogjåkártå: Oepåtjårå, ampílan en tooneldansen yang diterbitkan tahun 1888 bersama J. Groneman. National Gallery of Australia memiliki dua versi dari buku ini, yang berasal dari koleksi Leo Haks. Blog ini akan menampilkan keduanya secara simultan.

Jilid versi pertama
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Jilid versi kedua
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Halaman judul
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Versi pertama

XIII
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XIV
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XV
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XVI
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Versi kedua

XIII
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XIV
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XV
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XVI
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1888
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Kassian Céphas
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Senin, 26 Juli 2021

Orang Ambon dan Jawa menurut buku "Costumes de Différent Pays" keluaran tahun 1797

Costumes de Différent Pays (pakaian dari berbagai negara) merupakan sebuah buku yang menggambarkan pakaian tradisional dari berbagai pelosok dunia. Buku ini diterbitkan di Perancis di sekitar tahun 1797. Wilayah Nusantara diwakili oleh Ambon dan Jawa, sebagaimana ditampilkan di bawah ini. Sejauh mana pelukis dan penyusun buku ini mendasari gambarannya, bisa dipertanyakan. Gambar-gambar ini sebelumnya juga muncul di buku Illustrations de Encyclopédie de voyages (ilustrasi ensiklopedia penjelajahan) yang terbit tahun 1795-1796.

Lelaki Jawa, digambarkan telanjang dada, memakai kain yang diikat, serta tutup kepala bundar
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Wanita Ambon, digambarkan berkulit terang, telanjang dada,dengan hiasan kepala dari dedaunan
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Lelaki Ambon, digambarkan berpakaian atas-bawah, gemar membawa pedang dan tameng, dengan latar belakang pemenggalan kepala musuh
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Waktu: 1797
Tempat: Buku diterbitkan di Perancis
Tokoh:
Peristiwa:
Juru gambar/foto: Jacques Grasset de Saint-Sauveur
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Minggu, 25 Juli 2021

Jepretan Kassian Céphas tentang upacara, ampilan, dan sendratari di Kedaton Yogyakarta IX-XII, 1888

PENGANTAR

Sejarah fotografi Indonesia tidak lepas dari nama Kassian Céphas, lelaki Jawa pertama yang tercatat belajar menggunakan kamera dan mewariskan banyak foto yang mengabadikan suasana di Yogyakarta dan sekitarnya di zamannya, yang beberapa di antaranya sudah dimuat di blog ini. Buku foto pertama Kassian Céphas yang dikeluarkan untuk khalayak ramai berjudul In den Kedáton te Jogjåkártå: Oepåtjårå, ampílan en tooneldansen yang diterbitkan tahun 1888 bersama J. Groneman. National Gallery of Australia memiliki dua versi dari buku ini, yang berasal dari koleksi Leo Haks. Blog ini akan menampilkan keduanya secara simultan.

Jilid versi pertama
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Jilid versi kedua
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Halaman judul
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Versi pertama

IX
(klik untuk memperbesar | © NGA)
X
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XI
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XII
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Versi kedua

IX
(klik untuk memperbesar | © NGA)
X
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XI
(klik untuk memperbesar | © NGA)
XII
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1888
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Kassian Céphas
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Sabtu, 24 Juli 2021

Tempat-tempat bersejarah di Jakarta menjelang akhir 1940-an (2)

Gerbang Amsterdam
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Jembatan Kota Intan
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Kawasan Pasar Ikan (kanan) dengan benteng kuno Cuylenburch dan Zeeburch di sebalah kanan
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Jembatan angkat yang memiliki banyak nama: Jembatan Rusman, Jembatan Berak, Scheidbrug (Jembatan Perpisahan) yang tampaknya diplesetkan menjadi Schijtsburg (yang memang berarti Jembatan Berak)
(klik untuk memperbesar | © AVS)
Waktu: antara 1946-1949
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Juru gambar/foto:
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Jumat, 23 Juli 2021

Jepretan Kassian Céphas tentang upacara, ampilan, dan sendratari di Kedaton Yogyakarta V-VIII, 1888

PENGANTAR

Sejarah fotografi Indonesia tidak lepas dari nama Kassian Céphas, lelaki Jawa pertama yang tercatat belajar menggunakan kamera dan mewariskan banyak foto yang mengabadikan suasana di Yogyakarta dan sekitarnya di zamannya, yang beberapa di antaranya sudah dimuat di blog ini. Buku foto pertama Kassian Céphas yang dikeluarkan untuk khalayak ramai berjudul In den Kedáton te Jogjåkártå: Oepåtjårå, ampílan en tooneldansen yang diterbitkan tahun 1888 bersama J. Groneman. National Gallery of Australia memiliki dua versi dari buku ini, yang berasal dari koleksi Leo Haks. Blog ini akan menampilkan keduanya secara simultan.

Jilid versi pertama
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Jilid versi kedua
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Halaman judul
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Versi pertama

V
(klik untuk memperbesar | © NGA)
VI
(klik untuk memperbesar | © NGA)
VII
(klik untuk memperbesar | © NGA)
VIII
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Versi kedua

V
(klik untuk memperbesar | © NGA)
VI
(klik untuk memperbesar | © NGA)
VII
(klik untuk memperbesar | © NGA)
VIII
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1888
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Kassian Céphas
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: