Senin, 30 November 2020

Karikatur Belanda tentang kasus pengadilan Leon Jungschläger, 1956

Blog ini sudah menampilkan beberapa posting terkait proses pengadilan atas . Kali ini ada tambahan karikatur karya Leo Jordaan yang merekam peristiwa yang turut memperburuk hubungan Belanda-Indonesia ini.

Vrij Nederland, 3 Maret 1956
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Dakwaan dengan hukuman mati atas Jungschläger adalah hal yang sangat memukul masyarakat Belanda. Teks di karikatur berbunyi "Mau ke mana, hai budaya?" yang tampaknya menyindir bahwa masyarakat Indonesia menunjukkan peradaban kelam masa lampau dengan dakwaan ini.

Vrij Nederland, September 1956
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Karikatur ini lebih keras lagi. Sikap Indonesia di kasus Jungschläger dianggap sebagai penistaan atas Dewi Keadilan, sama dengan sikap rasis warga putih Amerika Serikat saat itu atas warga kulit hitam.

Waktu: 1956
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke proses peradilan di Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Minggu, 29 November 2020

Wajah lelaki Papua di pergantian abad 19 ke 20

Profil seorang pria Papua, antara 1885 dan 1895
(klik untuk memperbesar | © G.R. Lambert & Co. / NGA)
Seorang bule dengan 5 lelaki Papua
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Tiga lelaki Papua, sekitar tahun 1912
(klik untuk memperbesar | © NGA)


Waktu: 1895, 1912
Tempat: Papua
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Gustave Lambert (foto pertama)
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: Halaman dari sebuah album yang menyandingkan foto pertama dengan foto gadis Keling.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

Sabtu, 28 November 2020

Kartu pos kuno "Salam dari Jawa" keluaran Surabaya 1898

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Gunung Bromo dan Semeru, pedagang pikulan, pedati, dan sebuah rumah Belanda di Surabaya, bersama Ratu Wilhelmina.

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Kereta hias, Koffieland, sebuah toko, semuanya di Surabaya, dan jembatan gantung di Pademangan, Blitar, bersama Ratu Wilhelmina.

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Candi Mendut, Tretes dan pemandian Diana di Prigen (Pasuruan), serta sketsa seorang putri Dayak.

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Candi Borobudur, gamelan, pohon beringin, dan sepasang pengantin.

(klik untuk memperbesar | © AVS)

Gunung Bromo, kawasan Kayun di Surabaya, rampogan sima di Blitar, dan Tosari.

Waktu: kartu-kartu pos di atas dikeluarkan tahun 1898
Tempat: kartu-kartu pos di atas mengacu ke hal-hal di Jawa (kecuali putri Dayak)
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: F.W. Krapp | K. Fuchs
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Jumat, 27 November 2020

Dari album foto C.B. Nieuwenhuis tentang Bogor dan Minangkabau: Mesjid atap 3-susun gaya Minang

PENGANTAR

Christiaan Benjamin Nieuwenhuis termasuk orang yang berjasa mengabadikan banyak wajah Nusantara zaman dulu dan mewariskannya ke dunia sepeninggalnya. Blog ini sudah memuat beberapa foto karya orang Belanda yang wafat di Padang ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

Salah satu kumpulan dari foto-foto jepretan dia adalah sebuah album berjilid merah di atas ini, yang berisi 30 foto, 6 di antaranya tentang Bogor dan sisanya mengenai Minangkabau. Blog ini akan menampilkannya di sini.


(klik untuk memperbesar | © NGA)
Bukittinggi
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Masjid Jami Taluk
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: Sekitar 1900
Tempat: Minangkabau
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: C.B. Nieuwenhuis
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Kamis, 26 November 2020

Karikatur Belanda tentang Pieter Gerbrandy, mantan PM Belanda penentang Republik Indonesia, pendukung RMS

Pieter Sjoerds Gerbrandy adalah Perdana Menteri Belanda di pengasingan ketika Jerman Nazi menduduki Belanda semasa Perang Dunia II. Pengalaman dikuasai bangsa lain ini rupanya tidak berbekas di Pieter Gerbrandy; ketika Jerman kalah perang, kemudian Ratu dan pemerintah Belanda kembali ke tanah air mereka dari pengasingan, dan rakyat Indonesia menyatakan diri merdeka, Gerbrandy adalah tokoh yang sangat gigih menentang kemerdekaan Indonesia. Ketika penghujung 1949 sudah memperlihatkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak dapat dibendung, Gerbrandy di tahun 1950 menyatakan dukungan atas pembentukan Republik Maluku Selatan.

Satu posting sebelum ini sudah menunjukkan sikap politisi Belanda ini dalam karikatur. Kali ini ada tambahan empat karikatur lagi tentang mantan Menteri Urusan Jajahan ini; semuanya karya dari karikaturis Leo Jordaan.

Het Parool, 18 Juni 1947
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Karikatur ini menyebut Gerbrandy salah mengambil cerutu, yang meledak di mulutnya, dan mengeluarkan asap berbunyi "Resolusi Partai Buruh: Jangan ada kekerasan di Indonesia". Tampaknya ada usaha Gerbrandy di parlemen Belanda yang justru malah menggolkan sikap Partai Buruh yang memang relatif lebih bersahabat dengan Indonesia.

De Groene Amsterdammer, 24 Januari 1948
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Tahun 1948 adalah masa kepopuleran Mahatma Gandhi dengan gerakan damainya, serta jubah putih sederhana, serta kambing. Karikatur di atas memperlihatkan bagaimana para tokoh dunia ingin dianggap pecinta damai seperti Gandhi, termasuk Harry Truman, Joseph Stalin, Winston Churchill, dan Charles de Gaulle. Gerbrandy pun ingin dianggap sama; hanya saja mukanya tidak bersahabat, malah kambingnya pun berwajah garang, dan tulisan yang dia usung memang keinginannya: "Pokoknya ke (=merebut) Jogja!".

Het Parool, 5 Mei 1948
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Ketidakpuasan Gerbrandy atas politik Belanda mengenai suasana di Indonesia membuat dia menggugat hal ini sebagai pelanggaran atas konstitusi. Sikap ini dikarikaturkan oleh Leo Jordaan dengan menggambarkan Gerbrandy sebagai Don Quichot yang akan memerangi kincir angin, dengan ditemani oleh politikus dari Partai Katolik, Charles Welter, yang mengambil posisi Sancho Panza.

Vrij Nederland, 14 Oktober 1950
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Ketika Republik Maluku Selatan dikumandangkan, Gerbrandy adalah tokoh yang menyerukan bantuan bersenjata untuk RMS. Karikatur di atas menggambarkan Gerbrandy sebagai sukarelawan pertama yang siap membantu RMS, dengan pakaian militer model kuno (kemungkinan menggambarkan bahwa dia masih memimpikan masa lalu), gombrang (kemungkinan menyimbolkan bahwa dia membesar-besarkan realita), dan bertumpu pada bantal (kemungkinan bahwa dia perlu penopang semu untuk kelihatan layak dilihat).

Waktu: 1947, 1948, 1950
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa di Indonesia
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Rabu, 25 November 2020

Dari album foto C.B. Nieuwenhuis tentang Bogor dan Minangkabau: Air terjun, lembah, dan sungai di Minangkabau

PENGANTAR

Christiaan Benjamin Nieuwenhuis termasuk orang yang berjasa mengabadikan banyak wajah Nusantara zaman dulu dan mewariskannya ke dunia sepeninggalnya. Blog ini sudah memuat beberapa foto karya orang Belanda yang wafat di Padang ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

Salah satu kumpulan dari foto-foto jepretan dia adalah sebuah album berjilid merah di atas ini, yang berisi 30 foto, 6 di antaranya tentang Bogor dan sisanya mengenai Minangkabau. Blog ini akan menampilkannya di sini.


Sekitar 1890: Lembah Harau
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Batang Ombilin
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Batang Ombilin
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Air terjun lembah Anai
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Kerbau Sangeet
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1910: Kerbau Sangeet
(klik untuk memperbesar | © NGA)


Waktu: 1890, 1900, 1910
Tempat: Minangkabau
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: C.B. Nieuwenhuis
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: Foto nomor 5 pernah dimuat di posting ini dalam ukuran yang lebih kecil.

Selasa, 24 November 2020

Sketsa tentang prajurit KNIL di abad ke-19

1823: Tentara lokal tanpa alas kaki, dan prajurit kavaleri Belanda
(klik untuk memperbesar | © Bartholomeus van Hove / AVS)

Sekitar 1840: Perwira kavaleri Belanda dan prajurit lokal berkuda
(klik untuk memperbesar | © Charles Rochussen / AVS)

1886: Prajurit dan perwira infantri
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Waktu: 1823, 1840, 1886
Tempat: Hindia-Belanda
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Bartholomeus van Hove | Charles Rochussen
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Senin, 23 November 2020

Dari album foto C.B. Nieuwenhuis tentang Bogor dan Minangkabau: Batipuh, Tanah Datar

PENGANTAR

Christiaan Benjamin Nieuwenhuis termasuk orang yang berjasa mengabadikan banyak wajah Nusantara zaman dulu dan mewariskannya ke dunia sepeninggalnya. Blog ini sudah memuat beberapa foto karya orang Belanda yang wafat di Padang ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

Salah satu kumpulan dari foto-foto jepretan dia adalah sebuah album berjilid merah di atas ini, yang berisi 30 foto, 6 di antaranya tentang Bogor dan sisanya mengenai Minangkabau. Blog ini akan menampilkannya di sini.


Sekitar 1880: Balai di Batipuh
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Beberapa warga Batipuh di sekitar pedati dan rangkiang
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Anak-anak Batipuh dalam pakaian adat
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Salah satu pojok nagari di Batipuh dengan kolam, rumah, dan rangkiang
(klik untuk memperbesar | © NGA)


Waktu: 1880, 1900
Tempat: Batipuh (Tanah Datar)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: C.B. Nieuwenhuis
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: Foto nomor 2 dijadikan ilustrasi buku Auf Java und Sumatra. Streifzüge und Forschungsreisen im Lande der Malaien karya pakar botanika Jerman, Karl Friedrich Georg Giesenhagen, yang pernah dikutip oleh posting ini sebelumnya.

Minggu, 22 November 2020

Karikatur Belanda yang kritis atas pembentukan negara-negara "boneka" federal, 1947-1949

Salah satu cara Belanda dalam mempertahankan kekuasaan di Indonesia, atau paling tidak memegang pengaruh atau malah kendali atas beberapa wilayah, adalah dengan membentuk negara-negara federal, terutama di luar Jawa. Kelihatannya Belanda ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia hanyalah negara orang Jawa, atau malah hanya sebagian orang Jawa. Karikatur-karikatur di bawah ini memperlihatkan bahwa di Belanda sendiri ide ini dipertanyakan.

De Groene Amsterdammer, 31 Mei 1947
(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Karikatur ini memperlihatkan bahwa Belanda, digambarkan sebagai 3 orang di belakang layar, mengatur seorang dalang untuk memperlihatkan besarnya "Negara Pasundan", yang sejatinya hanyalah bayangan dari sebuah wayang.

De Vlam, 15 Agustus 1947
(klik untuk memperbesar | © Wim van Wieringen / AVS)

Karikatur ini memperlihatkan bagaimana Van Mook membuat Konferensi Malino dengan memilah-milah Indonesia menjadi Bangka, Belitung, Indonesia Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dsb. dengan merangkul tokoh-tokoh yang dia sukai. Sementara Republik Indonesia, digambarkan dengan Sutan Sjahrir, sama sekali tidak diperhatikan, dan tampak gusar dengan aksi Van Mook ini.

De Vlam, 23 Januari 1949
(klik untuk memperbesar | © Wim van Wieringen / AVS)

Karikatur ini menggambarkan bagaimana banteng Indonesia, yang sebenarnya kuat, terikat oleh perjanjian Linggarjati. Keterbatasan ruang gerak ini dimanfaatkan oleh Van Mook untuk mengganggu sang banteng dengan menembakkan peluru-peluru "negara federal", seperti Bangka, Belitung, Jawa Barat, Kaimantan, Madura, Minangkabau, dan Palembang sementara Aceh, Ambon, dan Bali siap ditembakkan.

Waktu: 1947, 1949
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke kejadian di Indonesia
Tokoh: Hubertus Johannes van Mook (Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda), Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI)
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan | Wim van Wieringen
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Sabtu, 21 November 2020

Dari album foto C.B. Nieuwenhuis tentang Bogor dan Minangkabau: Wajah warga Minang

PENGANTAR

Christiaan Benjamin Nieuwenhuis termasuk orang yang berjasa mengabadikan banyak wajah Nusantara zaman dulu dan mewariskannya ke dunia sepeninggalnya. Blog ini sudah memuat beberapa foto karya orang Belanda yang wafat di Padang ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

Salah satu kumpulan dari foto-foto jepretan dia adalah sebuah album berjilid merah di atas ini, yang berisi 30 foto, 6 di antaranya tentang Bogor dan sisanya mengenai Minangkabau. Blog ini akan menampilkannya di sini.


Sekitar 1880: Pesawahan di Minangkabau
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1895: Ibu dan anak-anak di Kinari, Solok
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1895: Lelaki Minang menyirih
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Seorang pria Minang di jendela rumah gadang
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Orang Belanda dan warga Minang di sebuah kincir air di antara Payakumbuh dan Sarilamak
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1905: Warga Minang menyabung ayam
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1880, 1895, 1900, 1905
Tempat: Minangkabau (a.l. Payakumbuh, Solok)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: C.B. Nieuwenhuis
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: Foto terakhir pernah dimuat di posting ini dari sumber lain.

Jumat, 20 November 2020

Jenjang pangkat dan seragam pasukan KNIL di tahun 1831

Perwira infantri
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Kopral infantri
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Flankeur infantri
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Sersan artileri
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Prajurit artileri
(klik untuk memperbesar | © AVS)


Waktu: 1831
Tempat: Hindia-Belanda
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Houtman
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Kamis, 19 November 2020

Dari album foto C.B. Nieuwenhuis tentang Bogor dan Minangkabau: Sekitar Bukittinggi

PENGANTAR

Christiaan Benjamin Nieuwenhuis termasuk orang yang berjasa mengabadikan banyak wajah Nusantara zaman dulu dan mewariskannya ke dunia sepeninggalnya. Blog ini sudah memuat beberapa foto karya orang Belanda yang wafat di Padang ini.

(klik untuk memperbesar | © NGA)

Salah satu kumpulan dari foto-foto jepretan dia adalah sebuah album berjilid merah di atas ini, yang berisi 30 foto, 6 di antaranya tentang Bogor dan sisanya mengenai Minangkabau. Blog ini akan menampilkannya di sini.


Sekitar 1880: Sekelompok orang jongkok berkerumun di bawah pohon beringin besar di Koto Gadang
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Jembatan bambu di atas Batang Masang di Palembayan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Gua yang kelak dijuluki Lobang Jepang
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1900: Pojok sebuah nagari di Bukittinggi
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sekitar 1910: Sociëteit Belvédère di Bukittinggi
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: 1880, 1900, 1910
Tempat: Bukittinggi, Koto Gadang (Agam), Palembayan (Agam)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: C.B. Nieuwenhuis
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan: