Kamis, 31 Agustus 2017

Rabu, 30 Agustus 2017

Gombong sebagai tempat pertukaran warga militer antara Indonesia dan Belanda, 1948 (5)

PENGANTAR

Perjanjian Renville memiliki banyak peristiwa lanjutan. Sebelum ini sudah kita lihat di beberapa posting sebelumnya bagaimana TNI harus hijrah dari beberapa wilayah menuju daerah yang diakui sebagai area kekuasaan Republik Indonesia. Selain itu terjadi pula pertukaran militer dari wilayah kekuasaan Belanda ke daerah Republik, dan sebaliknya.

Belanda, misalnya menyerahkan ratusan pejuang yang ditahan Belanda. Belanda juga memberangkatkan beberapa anak-isteri dari pejuang TNI ke wilayah Republik. Sebaliknya, Republik Indonesia juga menyerahkan keluarga KNIL yang selama ini berada di wilayah kekuasan Republik dan terputus hubungan dengan kerabat KNIL mereka.

Selain itu, Republik juga menyerahkan para prajurit Inggris asal jazirah Hindia yang membelot dan berjuang di pihak Indonesia. Tentara-tentara India ini kemudian dikembalikan Belanda ke tanah kelahiran mereka. Menarik pula bahwa ternyata masih ada sisa-sisa Nazi Jerman yang berlindung di wilayah Republik. Setelah perjanjian Renville; Indonesia juga menyerahkan warga-warga Jerman ini.

Gombong, sebuah kecamatan di Kebumen, Jawa Tengah, memainkan peranan penting di peristiwa-peristiwa ini. Lokasinya di perbatasan antara wilayah yang dikuasai Belanda dengan area kekuasan Republik, serta adanya stasiun kereta api, membuat kota ini dipilih menjadi tempat di mana serah-terima di atas berlangsung.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 24 April 1948
Tempat: Gombong
Tokoh:
Peristiwa: Rangkaian kereta yang berangkat dari Bandung berhenti sebelum jembatan. Setelah pemeriksaan dokumen dan formalitas lainnya selesai, para tawanan perang turun dari gerbong kereta dan berjalan menuju wilayah Republik dengan melewati jembatan dan melintasi satuan keamanan Republik yang menjaga jembatan di sisi lainnya. Para tawanan tampak membawa barang-barang pribadinya. Ada juga kotak besar yang harus ditandu beberapa orang. Sementara itu sebagian tawanan tampak masih terlihat terluka; malah ada yang harus digendong rekannya.
Fotografer: Haasjes
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Sebagian foto di sini mengupdate posting tanggal 5 Januari 2015.

Selasa, 29 Agustus 2017

Karikatur Belanda tentang perang Aceh dan Teuku Umar, 1896-1897

5 April 1896
Het verraad van Toekoe Oemar
Generaal v.d. Heyden tot zijn invalieden: "Hebben wij daarvoor nu ons leven gewaagd!"

[Pengkhianatan Teuku Umar. Jenderal Karel van der Heyden berkata kepada orang-orang lemahnya: "Kita telah mempertaruhkan hidup kita!"
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
19 April 1896
Generaal Deykerhoff als zondebok
Toekoe Oemar: 'Dat zal hun opbreken!'

[Jenderal Deykerhoff sebagai kambing hitam. Teuku Umar berkata: "Ini akan mematahkan mereka!"]
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
19 Juni 1896
De Pedir-expeditie
Toekoe Oemar: - Oh, lo! ik lari lari! - ik smeer hem voor die snaphan Setan!

[Ekspedisi Pedir. Teuku Umar: "Oh, aku lari! Aku melumasi senapan (?) setan!"]
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
31 Oktober 1897
Een deputatie van mevrouw v. Kol c.s. naar Atjeh
De Dames: "Och, lieve soldaatjes, laat die arme Toekoe Oemar nu maar met rust, er is bloed genoeg vergoten!"

[Penugasan nyonya Kol. cs. ke Aceh. Para wanita: "Oh prajurit-prajuirt, biarkan saja Teuku Umar yang malang; sudah cukup banyak darah tertumpah."]
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: 1896, 1897
Tempat: Belanda, Aceh
Tokoh:
Peristiwa:
Juru gambar: Johan Braakensiek
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:


UPDATE 18 Oktober 2020: Tambahan karikatur karya Johan Braakensiek tentang perang di Aceh dan Lombok akan dimuat di posting tanggal 31 Oktober 2020.

UPDATE 22 Oktober 2020: Karikatur yang sama dalam ukuran yang lebih besar.

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

 

Senin, 28 Agustus 2017

Gombong sebagai tempat pertukaran warga militer antara Indonesia dan Belanda, 1948 (4)

PENGANTAR

Perjanjian Renville memiliki banyak peristiwa lanjutan. Sebelum ini sudah kita lihat di beberapa posting sebelumnya bagaimana TNI harus hijrah dari beberapa wilayah menuju daerah yang diakui sebagai area kekuasaan Republik Indonesia. Selain itu terjadi pula pertukaran militer dari wilayah kekuasaan Belanda ke daerah Republik, dan sebaliknya.

Belanda, misalnya menyerahkan ratusan pejuang yang ditahan Belanda. Belanda juga memberangkatkan beberapa anak-isteri dari pejuang TNI ke wilayah Republik. Sebaliknya, Republik Indonesia juga menyerahkan keluarga KNIL yang selama ini berada di wilayah kekuasan Republik dan terputus hubungan dengan kerabat KNIL mereka.

Selain itu, Republik juga menyerahkan para prajurit Inggris asal jazirah Hindia yang membelot dan berjuang di pihak Indonesia. Tentara-tentara India ini kemudian dikembalikan Belanda ke tanah kelahiran mereka. Menarik pula bahwa ternyata masih ada sisa-sisa Nazi Jerman yang berlindung di wilayah Republik. Setelah perjanjian Renville; Indonesia juga menyerahkan warga-warga Jerman ini.

Gombong, sebuah kecamatan di Kebumen, Jawa Tengah, memainkan peranan penting di peristiwa-peristiwa ini. Lokasinya di perbatasan antara wilayah yang dikuasai Belanda dengan area kekuasan Republik, serta adanya stasiun kereta api, membuat kota ini dipilih menjadi tempat di mana serah-terima di atas berlangsung.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 24 April 1948
Tempat: Gombong
Tokoh:
Peristiwa: Rangkaian kereta yang berangkat dari Bandung berhenti sebelum jembatan. Setelah pemeriksaan dokumen dan formalitas lainnya selesai, para tawanan perang turun dari gerbong kereta dan berjalan menuju wilayah Republik dengan melewati jembatan dan melintasi satuan keamanan Republik yang menjaga jembatan di sisi lainnya. Para tawanan tampak membawa barang-barang pribadinya. Ada juga kotak besar yang harus ditandu beberapa orang. Sementara itu sebagian tawanan tampak masih terlihat terluka; malah ada yang harus digendong rekannya.
Fotografer: Haasjes
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Sebagian foto di sini mengupdate posting tanggal 5 Januari 2015.

Minggu, 27 Agustus 2017

Relief dan patung Buddha di candi Mendut, 1915

(klik untuk memperbesar | © KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)

Waktu: 1915
Tempat: Mendut (Magelang)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J. Olbertz
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Sabtu, 26 Agustus 2017

Gombong sebagai tempat pertukaran warga militer antara Indonesia dan Belanda, 1948 (3)

PENGANTAR

Perjanjian Renville memiliki banyak peristiwa lanjutan. Sebelum ini sudah kita lihat di beberapa posting sebelumnya bagaimana TNI harus hijrah dari beberapa wilayah menuju daerah yang diakui sebagai area kekuasaan Republik Indonesia. Selain itu terjadi pula pertukaran militer dari wilayah kekuasaan Belanda ke daerah Republik, dan sebaliknya.

Belanda, misalnya menyerahkan ratusan pejuang yang ditahan Belanda. Belanda juga memberangkatkan beberapa anak-isteri dari pejuang TNI ke wilayah Republik. Sebaliknya, Republik Indonesia juga menyerahkan keluarga KNIL yang selama ini berada di wilayah kekuasan Republik dan terputus hubungan dengan kerabat KNIL mereka.

Selain itu, Republik juga menyerahkan para prajurit Inggris asal jazirah Hindia yang membelot dan berjuang di pihak Indonesia. Tentara-tentara India ini kemudian dikembalikan Belanda ke tanah kelahiran mereka. Menarik pula bahwa ternyata masih ada sisa-sisa Nazi Jerman yang berlindung di wilayah Republik. Setelah perjanjian Renville; Indonesia juga menyerahkan warga-warga Jerman ini.

Gombong, sebuah kecamatan di Kebumen, Jawa Tengah, memainkan peranan penting di peristiwa-peristiwa ini. Lokasinya di perbatasan antara wilayah yang dikuasai Belanda dengan area kekuasan Republik, serta adanya stasiun kereta api, membuat kota ini dipilih menjadi tempat di mana serah-terima di atas berlangsung.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 24 April 1948
Tempat: Gombong
Tokoh:
Peristiwa: Rangkaian kereta yang berangkat dari Bandung berhenti sebelum jembatan. Setelah pemeriksaan dokumen dan formalitas lainnya selesai, para tawanan perang turun dari gerbong kereta dan berjalan menuju wilayah Republik dengan melewati jembatan dan melintasi satuan keamanan Republik yang menjaga jembatan di sisi lainnya. Para tawanan tampak membawa barang-barang pribadinya. Ada juga kotak besar yang harus ditandu beberapa orang. Sementara itu sebagian tawanan tampak masih terlihat terluka; malah ada yang harus digendong rekannya.
Fotografer: Haasjes
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Sebagian foto di sini mengupdate posting tanggal 5 Januari 2015.

Jumat, 25 Agustus 2017

Candi Mendut di sekitar tahun 1910

(klik untuk memperbesar | © KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)

Waktu: antara 1910-1930
Tempat: Magelang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Kamis, 24 Agustus 2017

Gombong sebagai tempat pertukaran warga militer antara Indonesia dan Belanda, 1948 (2)

PENGANTAR

Perjanjian Renville memiliki banyak peristiwa lanjutan. Sebelum ini sudah kita lihat di beberapa posting sebelumnya bagaimana TNI harus hijrah dari beberapa wilayah menuju daerah yang diakui sebagai area kekuasaan Republik Indonesia. Selain itu terjadi pula pertukaran militer dari wilayah kekuasaan Belanda ke daerah Republik, dan sebaliknya.

Belanda, misalnya menyerahkan ratusan pejuang yang ditahan Belanda. Belanda juga memberangkatkan beberapa anak-isteri dari pejuang TNI ke wilayah Republik. Sebaliknya, Republik Indonesia juga menyerahkan keluarga KNIL yang selama ini berada di wilayah kekuasan Republik dan terputus hubungan dengan kerabat KNIL mereka.

Selain itu, Republik juga menyerahkan para prajurit Inggris asal jazirah Hindia yang membelot dan berjuang di pihak Indonesia. Tentara-tentara India ini kemudian dikembalikan Belanda ke tanah kelahiran mereka. Menarik pula bahwa ternyata masih ada sisa-sisa Nazi Jerman yang berlindung di wilayah Republik. Setelah perjanjian Renville; Indonesia juga menyerahkan warga-warga Jerman ini.

Gombong, sebuah kecamatan di Kebumen, Jawa Tengah, memainkan peranan penting di peristiwa-peristiwa ini. Lokasinya di perbatasan antara wilayah yang dikuasai Belanda dengan area kekuasan Republik, serta adanya stasiun kereta api, membuat kota ini dipilih menjadi tempat di mana serah-terima di atas berlangsung.

Pihak TNI, dengan bendera putih, menanti kedatangan rombongan tawanan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
PIhak TNI memeriksa dokumen serah terima dari pihak Belanda, dengan disaksikan pengamant militer dari Amerika dan Skotlandia
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Warga Gombong mengamati kejadian serah terima dari tanggul sungai
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 24 April 1948
Tempat: Gombong
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Haasjes
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 23 Agustus 2017

Sketsa candi Mendut dari tahun 1884

(klik untuk memperbesar | © KITLV)

Waktu: 1884
Tempat: Mendut (Magelang)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan: Ini adalah sketsa dari koleksi O.G.H. Helding bertanggal 14 September 1884 dengan judul De Boeddhistische tempel Mendut bij Magelang.

Selasa, 22 Agustus 2017

Gombong sebagai tempat pertukaran warga militer antara Indonesia dan Belanda, 1948 (1)

PENGANTAR

Perjanjian Renville memiliki banyak peristiwa lanjutan. Sebelum ini sudah kita lihat di beberapa posting sebelumnya bagaimana TNI harus hijrah dari beberapa wilayah menuju daerah yang diakui sebagai area kekuasaan Republik Indonesia. Selain itu terjadi pula pertukaran militer dari wilayah kekuasaan Belanda ke daerah Republik, dan sebaliknya.

Belanda, misalnya menyerahkan ratusan pejuang yang ditahan Belanda. Belanda juga memberangkatkan beberapa anak-isteri dari pejuang TNI ke wilayah Republik. Sebaliknya, Republik Indonesia juga menyerahkan keluarga KNIL yang selama ini berada di wilayah kekuasan Republik dan terputus hubungan dengan kerabat KNIL mereka.

Selain itu, Republik juga menyerahkan para prajurit Inggris asal jazirah Hindia yang membelot dan berjuang di pihak Indonesia. Tentara-tentara India ini kemudian dikembalikan Belanda ke tanah kelahiran mereka. Menarik pula bahwa ternyata masih ada sisa-sisa Nazi Jerman yang berlindung di wilayah Republik. Setelah perjanjian Renville; Indonesia juga menyerahkan warga-warga Jerman ini.

Gombong, sebuah kecamatan di Kebumen, Jawa Tengah, memainkan peranan penting di peristiwa-peristiwa ini. Lokasinya di perbatasan antara wilayah yang dikuasai Belanda dengan area kekuasan Republik, serta adanya stasiun kereta api, membuat kota ini dipilih menjadi tempat di mana serah-terima di atas berlangsung.

(klik untuk memperbesar | © Haasjes / gahetna)
(klik untuk memperbesar | © Haasjes / gahetna)
(klik untuk memperbesar | © J.C. Taillie / gahetna)
(klik untuk memperbesar | © J.C. Taillie / gahetna)
(klik untuk memperbesar | © J.C. Taillie / gahetna)
(klik untuk memperbesar | © J.C. Taillie / gahetna)
Waktu: 24 April 1948
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa: Foto-foto ini memperlihatkan rangkaian kereta api yang membawa 400 anggota TNI yang menjadi tawanan perang Belanda, yang akan diserahkan di Gombong. Foto-foto ini diambil ketika rangkaian kereta berada di Bandung menunggu pemberangkatan. Peristiwa ini diinspeksi oleh seorang pengamat militer dari Amerika Serikat (foto terbawah, berseragam terang).
Fotografer: Haasjes / J.C. Taillie
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 21 Agustus 2017

Minggu, 20 Agustus 2017

Tindakan bumi hangus pejuang kemerdekaan (30): fasilitas umum di Cilacap

Kantor polisi
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Bekas kamp tahanan Jepang
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Kantor pemerintah
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Sekolah
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Tangsi Angkatan Laut
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Tangsi Angkatan Laut
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: Juli/Agustus 1947
Tempat: Cilacap
Tokoh:
Peristiwa: Reruntuhan dan puing-puing hasil aksi bumi hangus yang dilakukan pejuang kemerdekaan ketika Belanda menjalankan Aksi Polisionil 1 agar aset yang dianggap penting tidak jatuh ke tangan Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 18 Agustus 2017

Tindakan bumi hangus pejuang kemerdekaan (29): sekitar pelabuhan Cilacap

(klik untuk memperbesar | © van Kalken / gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: Juli/Agustus 1947
Tempat: Cilacap
Tokoh:
Peristiwa: Reruntuhan dan puing-puing hasil aksi bumi hangus yang dilakukan pejuang kemerdekaan ketika Belanda menjalankan Aksi Polisionil 1 agar aset yang dianggap penting tidak jatuh ke tangan Belanda.
Fotografer: van Kalken (foto pertama)
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: