Senin, 29 April 2019

Plakat seruan untuk menghadiri rapat raksasa di Lapangan Ikada, 1945

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: September 1945
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan, plakat berbunyi sbb.:
Bandjirilah
Rapat Raksasa
dilapangan Ikada
Rebo sore tgl 19-9-1945
Moelai djam 4 [?]
Boeng KARNO dan Boeng HATTA
akan angkat bitjara!!!


Minggu, 28 April 2019

Para pembantu di sebuah rumah besar di Jakarta beserta keluarganya, 1904

(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 1904
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan: 1. Tidak ada catatan tentang siapa yang menjadi pemilik rumah tempat para pembantu ini bekerja. Tapi bisa dipastikan seorang pembesar mengingat jumlah pembantu yang bekerja. 2. Kemungkinan besar foto dibuat pada sebuah acara khusus karena pakaian yang dikenakan tampak rapi, istimewa, dan mungkin juga baru. 3. Model kebaya yang dikenakan para perempuan, panjang hingga ke bawah lutut, menunjukan adat Priangan. 4. Ini adalah update foto yang dimuat di posting sebelumnya, kali ini dengan ukuran lebih besar.

Sabtu, 27 April 2019

Kelompok kiri mengusung potret Soekarno dan juga Lenin serta Stalin, 1947

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1 Mei 1947
Tempat: Jakarta (?)
Tokoh:
Peristiwa: Kelompok kiri memperingati tanggal 1 Mei dengan mengusung potret Stalin serta Lenin, dan juga Soekarno.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 26 April 2019

Angkong di Medan, 1899

(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 1899
Tempat: kemungkinan besar Medan
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Kamis, 25 April 2019

Soekarno dikerumuni wartawan Amerika di pengasingan di Parapat, 1949

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Waktu: kemungkinan besar 9 Februari 1949
Tempat: Parapat (Simalungun, Sumatera Utara)
Tokoh: Soekarno (Presiden RI)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: 1. Yang di sebelah kiri adalah A.M.J. de Leeuw, pejabat bagian informasi Belanda, yang menemani para wartawan. 2. Lihat juga posting sebelum ini dan sesudahnya.

Selasa, 23 April 2019

Soekarno dengan bendera Merah Putih dan Matahari Terbit di sampul majalah Djawa Baroe, 1944

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: September 1944
Tempat: kemungkinan besar Jakarta
Tokoh: Soekarno (tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 22 April 2019

Ketika gendong masih menjadi sarana transportasi manusia, 1931

(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 1931
Tempat: ?
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan: Foto yang memperlihatkan metode gendong untuk transportasi manusia zaman dulu di Indonesia, relatif langka. Yang lebih banyak terlihat itu tandu jika harus menggunakan tenaga manusia.

Minggu, 21 April 2019

Soekarno-Hatta dan para menteri Republik Indonesia ketika diasingkan oleh Belanda di Bangka, 1949

(klik untuk memperbesar | © KITLV)

Waktu: Februari 1949
Tempat: Bangka
Tokoh (d.ki.k.ka.):
  1. Abdul Gaffar Pringgodigdo (Sekretaris Negara)
  2. Muhammad Natsir (Menteri Penerangan)
  3. Mohammad Roem (mantan Menteri Dalam Negeri)
  4. Herling Laoh (Menteri Pekerjaan Umum)
  5. Abdul Halim (salah seorang pembentuk PDRI)
  6. Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri)
  7. Darma Setiawan (mantan Menteri Kesehatan)
  8. Soekarno (Presiden)
  9. ?
  10. Muhammad Hatta (Wakil Presiden; Perdana Menteri)
  11. Johannes Leimena (Menteri Kesehatan)
  12. Djuanda Kartawidjaja (Menteri Perhubungan)
  13. Subari (?)
  14. Kusnan (Menteri Perburuhan dan Sosial)
  15. Assaat gelar Datuk Mudo (Ketua BP-KNIP)
  16. Ali Sastroamidjojo (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
  17. [Sumarto (seorang komisaris polisi Belanda)]
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Sabtu, 20 April 2019

Perempuan Belanda dan kebaya (7): Akhirnya, lelaki Belanda bercelana batik

PENGANTAR

Sebelum ini sudah ada posting yang menunjukkan bagaimana wanita Belanda/bule mengenakan kebaya (di sini dan di sini). Hal yang selintas seperti biasa ini bisa menjadi menarik ketika kita bertanya: "Mana lelaki Belanda mengenakan pakaian daerah Indonesia?" Ketika kita melihat-lihat foto zaman dulu, para lelaki Belanda hampir semuanya berpakaian "a la kolonial" atau pakaian yang mereka juga lazim kenakan di negeri asalnya.

Apakah ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih terbuka untuk menerima budaya lain, meskipun itu berasal dari masyarakat yang ‒saat itu‒ dianggap lebih inferior? Sementara kaum lelaki gengsinya lebih tinggi dan merasa turun martabat jika harus mengenakan sarung?

Setelah banyaknya foto yang menunjukkan perempuan Belanda mengenakan kebaya, akhirnya ditemukan juga satu foto yang memperlihatkan lelaki Belanda mengenakan pakaian lokal, lengkap dengan celana batik. Foto ini menjadi berharga karena memuat motif yang sangat langka.

Di sisi lain, foto ini tetap memperlihatkan orang Belanda sebagai tuan, sementara orang Indonesia harus bersimpuh di bawah, atau berdiri melayani.

(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: antara 1910-1920
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Jumat, 19 April 2019

Soekarno-Hatta menerima kunjungan delegasi Negara Indonesia Timur ke Yogyakarta, 1948

(klik untuk memperbesar | © KITLV)

Waktu: 1948
Tempat: Yogyakarta
Tokoh: Soekarno (Presiden Republik Indonesia), Muhammad Hatta (Wakil Presiden Republik Indonesia)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan: Di delegasi Negara Indonesia Timur, selain beberapa tokoh lokal, tampak juga seorang Belanda dan seorang rohaniawan.

Kamis, 18 April 2019

Perempuan Belanda dan kebaya (6): Tahun 1910-an

PENGANTAR

Sebelum ini sudah ada posting yang menunjukkan bagaimana wanita Belanda/bule mengenakan kebaya (di sini dan di sini). Hal yang selintas seperti biasa ini bisa menjadi menarik ketika kita bertanya: "Mana lelaki Belanda mengenakan pakaian daerah Indonesia?" Ketika kita melihat-lihat foto zaman dulu, para lelaki Belanda hampir semuanya berpakaian "a la kolonial" atau pakaian yang mereka juga lazim kenakan di negeri asalnya.

Apakah ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih terbuka untuk menerima budaya lain, meskipun itu berasal dari masyarakat yang ‒saat itu‒ dianggap lebih inferior? Sementara kaum lelaki gengsinya lebih tinggi dan merasa turun martabat jika harus mengenakan sarung?

1900-1910: Seorang wanita Belanda berkebaya bersama tiga anak gadis
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
1912: Tiga perempuan Belanda berkebaya bersama tiga anak yang mandi di sungai
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
29 September 1914: A. Pronk bersama istriya, C.C. Pronk-Ruyter, dan bayi mereka, Dirk
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 1912, 1914
Tempat: Jawa (?)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Rabu, 17 April 2019

Tiga potret Soekarno dari tahun 1950-an

(klik untuk memperbesar | © Charles Breyer / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © Charles Breyer / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: 1950-an
Tempat: Jakarta (?)
Tokoh: Soekarno (Presiden Republik Indonesia)
Peristiwa:
Fotografer: Charles Breyer (dua foto terakhir)
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Selasa, 16 April 2019

Perempuan Belanda dan kebaya (5): Melina Elzinga-Maas

PENGANTAR

Sebelum ini sudah ada posting yang menunjukkan bagaimana wanita Belanda/bule mengenakan kebaya (di sini dan di sini). Hal yang selintas seperti biasa ini bisa menjadi menarik ketika kita bertanya: "Mana lelaki Belanda mengenakan pakaian daerah Indonesia?" Ketika kita melihat-lihat foto zaman dulu, para lelaki Belanda hampir semuanya berpakaian "a la kolonial" atau pakaian yang mereka juga lazim kenakan di negeri asalnya.

Apakah ini menunjukkan bahwa kaum perempuan lebih terbuka untuk menerima budaya lain, meskipun itu berasal dari masyarakat yang ‒saat itu‒ dianggap lebih inferior? Sementara kaum lelaki gengsinya lebih tinggi dan merasa turun martabat jika harus mengenakan sarung?

Melina Elzinga-Maas bersama bayi laki-lakinya
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Melina bersama dua anak lelakinya, Bob dan Jan, serta satu anak perempuan
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Melina bersama suaminya, J.J.J. Maas, dan anak mereka, Bob
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Melina bersama anaknya, Bob
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Melina di meja bersama beberapa orang lain termasuk seorang wanita Belanda berkebaya, dan seorang lelaki berwajah lokal tetapi berpakaian a la Belanda
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: antara 1905-1915
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Senin, 15 April 2019

Soekarno di Istana Merdeka, 1950

(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © Charles Breyer / KITLV)

Waktu: 1950
Tempat: Istana Merdeka (Jakarta)
Tokoh: Soekarno (Presiden Republik Indonesia), Muhammad Hatta (Wakil Presiden Republik Indonesia)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Charles Breyer / Ipphos / Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Minggu, 14 April 2019

Wajah industri di Nusantara di awal abad ke-20

Mencoba cita rasa teh di pabrik teh; antara 1880-1910
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Para wanita pekerja pabrik teh; antara 1880-1910
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
1915: Sumur minyak di Suban Jeriji, Muara Enim
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
1934: Pabrik karet
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Tambang timah di Belitung
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Waktu: 1880-1910, 1915, 1920, 1934
Tempat: Jawa, Muara Enim, Belitung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:


UPDATE 5 Juli 2019

Foto dari sebuah pabrik tapioka di Jawa Barat, sekitar tahun 1920. Kita lihat bahwa mesinnya digerakkan oleh tenaga manusia, melalui goesan lelaki yang duduk persis di bawah atap.
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Sabtu, 13 April 2019

Fatmawati di tahun 1950

(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)
Waktu: 1950
Tempat: Jakarta (kemungkinan di Istana Merdeka)
Tokoh: Fatmawati (istri Presiden Republik Indonesia Soekarno)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Ipphos / Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Jumat, 12 April 2019

Wajah industri kopi dan kapuk di tahun 1930-an dalam jepretan Onnes Kurkdjian

Memilah biji kopi
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Menjemur biji kopi
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Mengolah kapuk
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Mengepres kapuk dalam karung
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 1930-an
Tempat: Jawa (?)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Onnes Kurkdjian
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

>>> GARIS WAKTU <<< | >>> KATA KUNCI <<<

Kamis, 11 April 2019

Soekarno, Fatmawati, Guntur, dan Megawati di Istana Merdeka, 1950

(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)
(klik untuk memperbesar | © Ipphos / KITLV)

Waktu: sekitar 1950
Tempat: Istana Merdeka Jakarta
Tokoh: Soekarno (Presiden Indonesia), Fatmawati (isteri Soekarno), Guntur Soekarnoputra (anak Soekarno), Megawati Soekarnoputri (anak Soekarno)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Rabu, 10 April 2019

Kekalahan Angkatan Laut Belanda di Selat Gaspar, 1942

(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: 15 Februari 1942
Tempat: Selat Gaspar (antara Bangka dan Belitung)
Tokoh:
Peristiwa: Kedua foto di atas memperlihatkan serangan Jepang atas kapal-kapal Angkatan Laut Belanda di Selat Gaspar. Terlihat dua ledakan besar di foto pertama; dan di kedua foto kapal HNLMS De Ruyter tampak berasap setelah terkena gempuran tentara Jepang.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Selasa, 09 April 2019

Senin, 08 April 2019

Candi-candi di Nusantara di awal abad ke-20 (2)

Lingga dan yoni di Prambanan
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Sisa-sisa Candi Arjuna di Dieng
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Candi Borobudur
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Candi Borobudur
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: antara 1880-1910
Tempat: Dieng, Magelang, Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Minggu, 07 April 2019

Soekarno memberikan keterangan pers di Bandara Air Terjun Niagara, 1956

(klik untuk memperbesar | © KITLV)

Waktu: Mei 1956
Tempat: Bandara Air Terjun Niagara (New York, Amerika Serikat)
Tokoh: Soekarno (Presiden RI)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Sabtu, 06 April 2019

Candi-candi di Nusantara di awal abad ke-20 (1)

Reruntuhan sebuah candi
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Sisa-sisa Candi Muaratakus
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Reruntuhan Candi Prambanan
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Reruntuhan Candi Sewu
(klik untuk memperbesar | © A.R. Wagschal / spaarnestad)

Waktu: antara 1880-1910 (kecuali foto terakhir antara 1910-1930)
Tempat: Jambi, Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: A.R. Wagschal (foto terakhir)
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan: