|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Januari 1948. Karikatur ini menggambarkan tokoh sosialis Belanda, Koss Vorrink, merobek mahkota Kerajaan Belanda di tengah kehancuran setelah Perang Dunia II. Di latar belakang tampak Soekarno digambarkan bersiap memegang mahkota baru yang terbuat dari tulang belulang.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
10 Januari 1948. Karikatur ini diberi judul "Silakan duduk di sini!", menggambarkan bagaimana Soekarno merasa keki karena diberi tempat perundingan kecil bersama wilayah-wilayah federasi buatan Belanda, sementara meja perundingan besar diisi penuh olah para politisi Belanda, Belgia, Australia, dan Amerika (Louis Beel, van Mook, Paul van Zeeland, Richard Kirby, Frank Graham).
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Februari 1949. Karikatur ini menggambarkan Komisaris Tinggi untuk Urusan Hindia-Belanda, Louis Beel, tampak sendirian berteriak-teriak "Halo! Halo!" semantara bayangan besar Soekarno-Hatta ada di latar belakang. Saat itu Soekarno-Hatta dan para pemimpin sipil lain diasingkan di Bangka oleh Belanda setelah Aksi Polisionil 2.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
18 November 1952. Soekarno berbicara di Tanjung Karang bahwa dulu orang menyalahkan Belanda atas hal-hal yang buruk, sekarang (ketika banyak ketidakpuasan dilontarkan daerah ... yang kemudian berujung ke pemberontakan), orang menyalahkan pemerintah pusat di Jakarta atas semua hal yang salah. Karikaturis Leendert Jordaan menggambarkan Soekarno menjadi "kambing hitam baru" yang disambut beberapa politisi Belanda yang juga pernah dikambinghitamkan dalam urusan Hindia-Belanda: van Mook, Louis Beel, dan Willem Drees. Ketiganya menyambut Soekarno "Silakan masuk, selamat datang."
Waktu: 1948, 1949, 1952
Tempat:
Tokoh: Soekarno (Presiden Republik Indonesia)
Peristiwa:
Karikaturis: Karel Thole (#1), Leendert Jurriaan Jordaan (#2,4,5), Wim van Wieringen (#3)
Sumber / Hak cipta:
Atlas Van Stolk
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar