Sabtu, 14 Mei 2022

Fasisme di Hindia Belanda: Salam fasis atau Hitlergruß

PENGANTAR

Selepas Perang Dunia I fasisme merebak di banyak negara di Eropa, dan memuncak di berkuasanya pengikut paham ini di Italia dan Jerman. Belanda, dan juga Hindia-Belanda, ikut dilanda ideologi ini. Warga Belanda di Nusantara yang terpikat fasisme mendirikan organisasi NIFO (Nederlandsch Indische Fascisten Organisatie) di awal tahun 1930an, yang kemudian melebur ke organisasi "induk" Belanda NSB (Nationaal-Socialistische Beweging) pimpinan Anton Mussert.

Ketika Jerman menyerbu serta menduduki Belanda di tahun 1940, dan pemerintah Belanda bersama pihak Kerajaan harus mengungsi ke Inggris, NSB menjadi kaki tangan pendudukan Jerman. Pemerintahan Hindia-Belanda yang loyal terhadap Ratu Wilhelmina, melarang NSB dan menutup semua kantornya di Nusantara.

Seri foto berikut menampilkan gambar dari masa maraknya NSB dan pengikutnya di Hindia-Belanda. Salam fasis, atau Hitlergruß di Jerman, menjadi mode di kalangan orang Eropa yang tinggal di Nusantara.


Salam fasis di Cimalati (Cicurug, Sukabumi) …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

… yang rupanya juga dilakukan oleh perempuan berwajah lokal, serta seorang lelaki yang mengenakan Lederhose khas Jerman gunung
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Kebon Sirih, Jakarta, 28 Oktober 1935: Salam fasis, yang juga dicoba diajarkan seorang ibu kepada anaknya di barisan depan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Nongkojajar (Pasuruan), 14 Januari 1938: Salam Hitler bahkan masuk ke kawasan Tengger di kaki Gunung Bromo
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1930-an (a.l. 1935, 1938)
Tempat: Jawa (a.l. Jakarta, Pasuruan, Sukabumi)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar