Selasa, 11 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (3)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Teks asli penyerta foto:Bij de bevrijding van Medan door de Politionele actie kwamen ook ondergedoken Britsch IndiĆ«rs voor de dag voor een loyaliteitsdemonstratie.
  • Terjemahan:Ketika Medan dibebaskan melalui Aksi Polisi, warga India-Inggris yang bersembunyi juga maju menunjukkan kesetiaan [terhadap pemerintahan Belanda].
  • Bahasan:Foto dibuat pada tanggal 27 Agustus 1947 di Pematang Siantar, jadi bukan di Medan. Warga di foto ini berburus mendukung Negara Sumatera Timur, jadi bukan yang tadi bersembunyi kemudian keluar menyambut kembalinya Belanda. Dan yang disebut "warga India-Inggris" sejatinya adalah para pendatang dari Jazirah Hindia dan/atau keturunannya yang mengadu untung dengan berusaha di sekitar pantai timur Sumatera.
  • Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: 27 Agustus 1947
Tempat: Pematang Siantar
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar