Sebelum warga Nusantara belum mengenal konstruksi beton atau baja, bambu adalah bahan yang digunakan untuk membuat jembatan. Bambu relatif mudah didapat, tersedia dalam berbagai ukuran panjang, mudah dipotong sesuai kebutuhan, dan cukup elastis dalam menahan beban.
Kelemahan bambu tetapi adalah daya topangnya yang terbatas. Di sini, warga Nusantara mencoba menyiasatinya dengan berbagai kreasi struktur, yang akan kita lihat di beberapa foto berikut ini.
Ketika beban yang harus diseberangkan makin besar dan rumit, serta rentang jembatan makin panjang, akhirnya bambu menemui limit kemampuannya, dan harus menyerahkan fungsi jembatan kepada beton dan baja hingga sekarang ini.
Lombok 1930: Ini jembatan bambu yang sangat sederhana. Sejumlah kecil bambu diletakkan begitu saja di antara bantaran sungai. Jembatan ini diberi pegangan satu sisi untuk menambah kestabilan bagi pelintas. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Pekalongan 1903: Jembatan ini menggunakan lebih banyak bambu sehingga lebih lebar dan bisa dilintasi dari dua arah. Pagar pegangan pun tersedia di dua sisi. Kemungkinan jembatan ini menggunakan batang pohon bagian bawah sebagai penguat. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Pujon, Malang 1910: Ini adalah satu kiat untuk mengatasi rentangan yang panjang: Orang mencari posisi di mana terdapat fondasi alamiah seperti batu yang bisa digunakan sebagai tumpuan tambahan sehingga batang bambu bisa ditempatkan dari dua sisi sungai secara terpisah. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Waktu: 1903, 1910, 1930
Tempat: Lombok, Pekalongan, Pujon (Malang)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar