Sebelum warga Nusantara belum mengenal konstruksi beton atau baja, bambu adalah bahan yang digunakan untuk membuat jembatan. Bambu relatif mudah didapat, tersedia dalam berbagai ukuran panjang, mudah dipotong sesuai kebutuhan, dan cukup elastis dalam menahan beban.
Kelemahan bambu tetapi adalah daya topangnya yang terbatas. Di sini, warga Nusantara mencoba menyiasatinya dengan berbagai kreasi struktur, yang akan kita lihat di beberapa foto berikut ini.
Ketika beban yang harus diseberangkan makin besar dan rumit, serta rentang jembatan makin panjang, akhirnya bambu menemui limit kemampuannya, dan harus menyerahkan fungsi jembatan kepada beton dan baja hingga sekarang ini.
Salah satu kelemahan jembatan sangat sederhana yang hanya terdiri dari gelondongan bambu adalah masalah stabilitas untuk pelintas. Ini akan akut apabila bambunya basah sehingga jembatan menjadi licin dan bisa sangat berbahaya untuk dipakai. Solusi yang ditempuh leluhur kita adalah dengan menggunakan anyaman bambu alih-alih batangnya. Konstruksi ini tentunya lebih makan waktu dalam penyelesaiannya, tetapi bisa memberikan perasaan aman yang lebih.
Purworejo 1928 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Jawa 1915 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Jawa 1939 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Waktu: 1915, 1928, 1939
Tempat: Jawa, Purworejo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar