Sebelum warga Nusantara belum mengenal konstruksi beton atau baja, bambu adalah bahan yang digunakan untuk membuat jembatan. Bambu relatif mudah didapat, tersedia dalam berbagai ukuran panjang, mudah dipotong sesuai kebutuhan, dan cukup elastis dalam menahan beban.
Kelemahan bambu tetapi adalah daya topangnya yang terbatas. Di sini, warga Nusantara mencoba menyiasatinya dengan berbagai kreasi struktur, yang akan kita lihat di beberapa foto berikut ini.
Ketika beban yang harus diseberangkan makin besar dan rumit, serta rentang jembatan makin panjang, akhirnya bambu menemui limit kemampuannya, dan harus menyerahkan fungsi jembatan kepada beton dan baja hingga sekarang ini.
Perkembangan dari jembatan sederhana bisa dilihat di foto-foto di bawah ini. Jembatan-jembatan ini terdiri dari beberapa bambu yang disambungkan. Untuk mendukung daya tahan sambungan, konstruksi ini diberi penopang tambahan dari bawah.
Bogor 1880: Jembatan bambu dengan penopang tunggal dari arah bantaran. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Kalimantan Selatan 1930: Jembatan bambu dengan penopang ganda bersilang dari batang pohon. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Kabanjahe, Karo 1900: Jembatan bambu dengan struktur penopang yang lebih rumit. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Waktu: 1880, 1900, 1930
Tempat: Bogor, Kabanjahe (Karo), Kalimantan Selatan
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar