Kamis, 08 Agustus 2019

Gambar-gambar akan Peladjaran dan Kasoekaän Anak-anak dan Iboe-bapanja (2)

PENGANTAR

(klik untuk memperbesar)
Buku Gambar-gambar akan Peladjaran dan Kasoekaän Anak-anak dan Iboe-bapanja pertama kali diterbitkan di tahun 1870, jadi lebih dari 100 tahun lalu. Buku ini terdiri dari 2x24 halaman yang berisi gambar-gambar berwarna dengan teks berbahasa Melayu Jakarta, disertai dengan terjemahan dalam bahasa Belanda. Tampaknya buku ini digemari masyarakat, sehingga harus menjalani beberapa kali cetak ulang, dan sisa-sisa peninggalannya sampai sekarang masih tersedia di perpustakan, museum, atau toko buku antik.

Jika kita mengamati buku ini sekarang, ada lumayan banyak hal yang bisa menjadi catatan kita tentang suasana di tanah air menjelang akhir abad ke-19 . Mulai dari penggunaan bahasa sebelum adanya nama Bahasa Indonesia, tradisi masyarakat saat itu, cara berpakaian, hal-hal yang dianggap penting saat itu, posisi orang Belanda, suasana warga Tionghoa, hingga ke peranan warga Arab, dsb.


(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Halaman 5: Sudah sejak zaman dulu tidak semua orang Indonesia makan di rumah. Pekerjaan atau kegiatan mereka membuat mereka harus makan dan minum di warung. Buku ini menggambarkan siapa dan apa yang bisa dilihat di warung saat itu.
Bakoel nasi … bakul nasi
Dapoer … dapur
Gendi … kendi (untuk tuang air ke cawan)
Gendi moeloet … kendi (untuk tuang air ke mulut)
Kipsao … teko
Koekoesan … kukusan
Koeli minoem kopi … kuli minum kopi
Kompor … kompor
Manggis … manggis
Mangkok-mangkok … mangkok
Nanas … nanas
Palita … pelita
Perijoek … periuk
Piring-piring sama glas … piring dan gelas
Sisir pisang … sesisir pisang
Waroeng … warung

(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Halaman 6: Jika halaman 1 memperlihatkan rumah tembok tuan Belanda, makan halaman ini memperlihatkan rumah kebanyakan warga Indonesia: dari anyaman bambu dengan atap rumbia. Halaman ini menggambarkan pula kegiatan warga, umumnya para perempuan, di sekitar rumah.
Ambil ajèr pantjoeran … mengambil air pancuran
Gorèng sambal … menggoreng sambal
Main sama anak … bermain bersama anak
Potong kajoe … memotong kayu
Roemah dèsa … rumah desa
Timba ajèr soemoer … menimba air sumur
Toemboek padi … menumbuk padi
Toemboek sirih … menumbuk sirih

(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Halaman 7 memperlihatkan sarana transportasi darat dan sungai, seperti rakit, pedati, delman, dan kereta api. Saat itu masih ada pula alat transportasi dengan tenaga manusia murni tanpa bantuan alat mekanik: yaitu tandu, di mana penumpangnya bisa berbaring; serta joli, di mana si penumpang duduk sambil diangkut.
Djambatan bamboe … jembatan bambu
Djoli … joli
Kahar pèr … delman (dengan per)
Karèta api … kereta api
Karèta pos Toewan besar … rombongan kereta kuda Gubernur Jenderal
Pedati … pedati
Sasak … rakit
Tandoe … tandu

(klik untuk memperbesar | © Tropenmuseum)
Halaman 8: Di zaman ketika rumah penduduk hampir keseluruhannya terbuat dari kayu, bambu, rumbia, dan bahan mudah dilanda api lainnya, kebakaran adalah hal yang tidak sulit terjadi. Buku ini mendedikasikan satu halaman untuk menggambarkan bagaimana kebakaran rumah terjadi, siapa yang menanganinya, peralatan apa yang dipakai, dan bagaimana cara pemakaiannya.
Émbér pompa … ember
Kampoeng angoes … kampung hangus
Mandoer pompa … mandor pompa
Pompa datang … pompa datang
Pompa main … pompa bekerja
Toewan Kommandan … komandan pemadam kebakaran
Tongtong … kentongan


Waktu: akhir abad ke-19
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Tropenmuseum / Zwiggelaar Auctions
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar