Di kalangan bangsa Eropa terutama zaman dulu, suku Dayak acapkali dikonotasikan dengan dua hal: head hunters dan cannibalism, atau penggal kepala dan makan daging manusia. Salah seorang perintis berani yang mencoba untuk memeriksa pandangan ini adalah seorang peneliti Norwegia bernama Carl Alfred Bock. Dalam usia 29 tahun, di tahun 1878 dan 1879 dia melakukan perjalanan penjelajahan ke pedalaman Kalimantan –dan juga Sumatera– untuk bertemu langsung dengan masyarakat pedalaman yang menghuni kawasan yang hingga saat itu dijauhi orang. Carl Bock mendokumentasikan perjalanan ini dalam bukunya The Head Hunters of Borneo, yang diterbitkan di tahun 1881 di London, dua tahun setelah penjelajahannya berakhir. Buku ini banyak memuat gambar-gambar berwarna yang diabadikan Carl Bock selama berkelana di Kalimantan.
Halaman judul dari The Head Hunters of Borneo edisi kedua yang terbit 1882 (klik untuk memperbesar) |
Blog ini akan menampilkan ilustrasi-ilustrasi yang berharga ini, yang berjasa menggambarkan suku Dayak menjelang akhir abad ke-19.
Seorang wanita Dayak bernama Sulau Landang, dengan ikat kepala, kalung berlapis, dua pasang anting di kuping yang memanjang, serta tattoo di tangan dan kaki (klik untuk memperbesar) |
Kuburan seorang pemuka Dayak bernama Rajah Sinen, dalam bentuk bangunan panggung dengan ukiran dan hiasan, serta penjagaan (klik untuk memperbesar) |
Seekor kancil yang ditemui Carl Bock di Sumatera (klik untuk memperbesar) |
Seorang pemburu harimau bernama Sinen di Sumatera (klik untuk memperbesar) |
Waktu: 1878/1879
Tempat: Kalimantan, Sumatera
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Carl Alfred Bock
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar