(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery) |
Tahun terbit: 1623
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: 400 tahun lalu, seperti inilah wajah Nusantara menurut apa yang diyakini bangsa-bangsa Eropa. Sekarang tentu kita tahu banyak sekali yang keliru di peta ini; tapi ini menyadarkan kita bahwa kemungkinan besar apa yang sekarang kita ketahui atau yakini tentang wilayah yang jauh, misalnya dasar laut dalam atau ruang angkasa, akan harus dikoreksi besar-besaran di masa depan. Kembali ke peta tua ini, ada beberapa hal serta kekeliruan yang menarik untuk dicatat:
- Minangkabau dan Indrapura ada di selatan Sumatera; Palembang juga ada di barat Jawa; Gunung Krakatau di utara Jakarta; Manado terpisah dari utara Sulawesi.
- Papua terpecah menjadi 3 pulau. Pertama, wilayah Kepala Burung diberi nama "Ceiram" sehingga mengesankan Pulau Seram menjadi sangat besar, padahal Seram yang asli juga digambarkan dengan benar ada di utara Banda. Kemudian sebuah pulau yang diberi warna merah dan diberi nama "Don de Menese". Bagian yang paling besar adalah yang berwarna kuning dan diberi nama "Nova Guinea".
- Pulau Sulawesi hanya dikenal sepotong , kemungkinan hanya bagian barat-utara saja karena kita bisa baca ada nama Totoli dan Mandar.
- Meski peta ini disusun di Belanda, pengaruh Portugis sangat kental dan bisa terbaca di penulisan nama-nama di Jawa seperti Cunda Calepa (Sunda Kelapa), Cravaon (Karawang), Deremayo (Indramayu), Charabaon (Cirebon), Taggal (Tegal), Zapara (Jepara), dan Gorrici (Gresik).
- Peta ini mengikuti tradisi yang menyebut Nusa Tenggara sebagai Iavæ minoris (Jawa Kecil); sementara itu Pulau Flores disebut insula (pulau) Batuliar yang bisa memica diskusi apakah ini nama asli dari pulau ini sebelum diberikan nama Portugis "flores" (=bunga).
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar