Harus diakui, peristiwa di tahun 1998 bukanlah yang pertama. Kekurang-harmonisan ini sudah ada puluhan tahun sebelumnya, termasuk di masa perang kemerdekaan. Blog ini sebelumnya sudah memperlihatkan perusakan pada harta benda warga Tionghoa yang dilakukan pejuang kemerdekaan di beberapa tempat, dan bagaimana Belanda dipandang sebagai pelindung warga Tionghoa dan terlibat dalam pembentukan milisi Tionghoa bersenjata yang berseteru dengan para pejuang.
Sebagian dari kita boleh jadi berpendapat "Ah, sudahlah, itu masa lalu. Tidak diusah diungkit-ungkit, hanya akan membuka luka dan borok lama. Kita lihat ke depan saja agar ada hubungan yang lebih harmonis." Pendapat seperti ini mengimplikasikan bahwa kita sebaiknya menutup sejarah yang tidak enak didengar. Di sini ada kemungkinan bahwa generasi ke depan, dari semua pihak baik "pribumi" maupun Tionghoa, tidak mencernai apa yang telah terjadi sebelumnya, dan menghadapi risiko akan mengulang apa yang justru seharusnya dihindari.
Penyelidikan sejarah secara jernih, tanpa generalisasi, tanpa praduga, tanpa emosi, diharapkan bisa menjadi bahan yang berharga agar kita, semua, bisa belajar dari masa lalu. Gambar-gambar berikut mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi ke arah sana.
Juli 1947: Perumahan warga Tionghoa yang rusak di Salatiga (klik untuk memperbesar | © N. Kroeze / gahetna) |
Juli 1947: Perumahan warga Tionghoa di Salatiga dengan coretan "Indonesia boeat bangsa Indonesia" (klik untuk memperbesar | © N. Kroeze / gahetna) |
24 Juli 1947: Puing-puing bangunan warga Tionghoa di Tegal (klik untuk memperbesar | © P. de Bruijn / gahetna) |
24 Juli 1947: Bangunan warga Tionghoa yang dibakar di Tegal (klik untuk memperbesar | © P. de Bruijn / gahetna) |
1 Agustus 1947: Kerusakan perumahan warga Tionghoa di Demak (klik untuk memperbesar | © gahetna) |
5 Agustus 1947: Reruntuhan bangunan warga Tionghoa di Gombong (klik untuk memperbesar | © gahetna) |
Waktu: Juli/Agustus 1947
Tempat: Demak, Gombong, Salatiga, Tegal
Tokoh:
Peristiwa: Kerusakan atas perumahan warga Tionghoa di wilayah Jawa Tengah sebagai akibat dari aksi para pejuang kemerdekaan dalam rentetan kekerasan menyusul Aksi Polisionil 1 yang dilancarkan militer Belanda.
Fotografer: antara lain N. Kroeze dan P. de Bruijn
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar