Harus diakui, peristiwa di tahun 1998 bukanlah yang pertama. Kekurang-harmonisan ini sudah ada puluhan tahun sebelumnya, termasuk di masa perang kemerdekaan. Blog ini sebelumnya sudah memperlihatkan perusakan pada harta benda warga Tionghoa yang dilakukan pejuang kemerdekaan di beberapa tempat, dan bagaimana Belanda dipandang sebagai pelindung warga Tionghoa dan terlibat dalam pembentukan milisi Tionghoa bersenjata yang berseteru dengan para pejuang.
Sebagian dari kita boleh jadi berpendapat "Ah, sudahlah, itu masa lalu. Tidak diusah diungkit-ungkit, hanya akan membuka luka dan borok lama. Kita lihat ke depan saja agar ada hubungan yang lebih harmonis." Pendapat seperti ini mengimplikasikan bahwa kita sebaiknya menutup sejarah yang tidak enak didengar. Di sini ada kemungkinan bahwa generasi ke depan, dari semua pihak baik "pribumi" maupun Tionghoa, tidak mencernai apa yang telah terjadi sebelumnya, dan menghadapi risiko akan mengulang apa yang justru seharusnya dihindari.
Penyelidikan sejarah secara jernih, tanpa generalisasi, tanpa praduga, tanpa emosi, diharapkan bisa menjadi bahan yang berharga agar kita, semua, bisa belajar dari masa lalu. Gambar-gambar berikut mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi ke arah sana.
Mojokerto, 21 November 1947: Sekitar 530 warga Tionghoa diungsikan dari Jombang (wilayah Republik) ke selatan Mojokerto (wilayah kekuasaan Belanda) dengan dikawal oleh beberapa pemuda Tionghoa dan pejuang TNI. (klik untuk memperbesar | © Nicola Drakulic / gahetna) |
Mojokerto, 21 November 1947: Pihak Belanda berkoordinasi dengan para pemuda Tionghoa dalam proses pengungsian sekitar 530 warga Tionghoa dari Jombang ke Mojokerto. (klik untuk memperbesar | © Nicola Drakulic / gahetna) |
Krebet (Malang), 19 Desember 1948: Pasukan Belanda membebaskan warga Tionghoa yang ditahan para pejuang di Krebet pada saat Aksi Polisionil 2. (klik untuk memperbesar | © G.J. Aaldriks / gahetna) |
Waktu: 21 November 1947 & 19 Desember 1948
Tempat: Malang, Mojokerto
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Nicola Drakulic (dua foto atas) / G.J. Aaldriks (foto bawah)
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar