Sabtu, 25 Oktober 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (2)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Seorang pendeta Tionghoa di sebuah kelenteng di Jakarta. Berdasarkan gambar di atas pendeta ini , kemungkinan seorang perempuan dan penganut Taoisme. Dia memakai jubah abu-abu dengan mantel merah-hitam yang berisi berbagai ornamen. Tangannya memegang sebuah lonceng perangkat ritual keagamaan.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI ini lumayan menyajikan komposisi yang disajikan oleh karya Hardouin
(klik untuk memperbesar)
Seorang bupati di Jawa yang diiringi seorang punakawan. Bupati ini mengenakan blangkon batik, pakaian kebesaran dengan banyak ornamen keemasan, keris yang dipasang di pinggang belakang, kain batik yang berurai hingga ke bawah lutut, serta celana yang panjang hingga ke bawah sepatu. Sang punakawan yang berbadan kerdil membawa payung kehormatan dari kertas, mengenakan blangkon, baju kebesaran, serta sarung selutut, tanpa alas kaki.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Rekaan AI ini cukup menyajikan gambaran yang realistis, kecuali celana dan sepatu bupati yang ditampilkan seperti zaman sekarang, dan bukan model stirrup pants yang menutupi sebagian sepatu.
(klik untuk memperbesar)
  
Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar