Harus diakui, peristiwa di tahun 1998 bukanlah yang pertama. Kekurang-harmonisan ini sudah ada puluhan tahun sebelumnya, termasuk di masa perang kemerdekaan. Blog ini sebelumnya sudah memperlihatkan perusakan pada harta benda warga Tionghoa yang dilakukan pejuang kemerdekaan di beberapa tempat, dan bagaimana Belanda dipandang sebagai pelindung warga Tionghoa dan terlibat dalam pembentukan milisi Tionghoa bersenjata yang berseteru dengan para pejuang.
Sebagian dari kita boleh jadi berpendapat "Ah, sudahlah, itu masa lalu. Tidak diusah diungkit-ungkit, hanya akan membuka luka dan borok lama. Kita lihat ke depan saja agar ada hubungan yang lebih harmonis." Pendapat seperti ini mengimplikasikan bahwa kita sebaiknya menutup sejarah yang tidak enak didengar. Di sini ada kemungkinan bahwa generasi ke depan, dari semua pihak baik "pribumi" maupun Tionghoa, tidak mencernai apa yang telah terjadi sebelumnya, dan menghadapi risiko akan mengulang apa yang justru seharusnya dihindari.
Penyelidikan sejarah secara jernih, tanpa generalisasi, tanpa praduga, tanpa emosi, diharapkan bisa menjadi bahan yang berharga agar kita, semua, bisa belajar dari masa lalu. Gambar-gambar berikut mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi ke arah sana.
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad) |
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad) |
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad) |
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad) |
Waktu: 27 Juli 1947
Tempat: Purwokerto
Tokoh:
Peristiwa: Warga Tionghoa di Purwokerto mencari dan mengais barang-barang yang mungkin masih bisa diselamatkan di antara puing-puing reruntuhan rumah mereka. Perumahan mereka dihancurkan para pejuang kemerdekaan dalam rentetan aksi kekerasan menyusul Aksi Polisionil 1 yang dilancarkan militer Belanda.
Fotografer: Hugo Wilmar
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar