Sabtu, 12 Desember 2015

Abdulkadir Widjojoatmodjo, kolonel KNIL yang lebih memilih penjajahan Belanda daripada merdeka

Abdulkadir Widjojoatmodjo, seorang kolonel KNIL asal Salatiga, adalah contoh dari warga Indonesia yang merasa lebih nyaman berada di bawah kekuasaan Belanda daripada merdeka. Belanda bisa memanfaatkan orang seperti ini untuk memperlihatkan bahwa kekuasaan mereka memang dibutuhkan. Tidak heran kalau Abdulkadir ditunjuk sebagai ketua delegasi Belanda di perundingan Renville, menghadapi tokoh-tokoh seperti Haji Agus Salim dan Ali Sastroamidjojo.

Tetapi sejarah menunjukkan bahwa posisi mendukung kekuasaan asing akan kalah. Abdulkadir harus melihat bahwa hasrat kemerdekaan rakyat Indonesia tidak bisa dibendung. Dia mencoba tetap bertahan tinggal di Indonesia, tetapi akhirnya memutuskan hengkang ke Belanda di tahun 1951. Di sana dia wafat di tahun 1992.

Abdulkadir di Gedung PBB di New York, 31 Maret 1949
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Abdulkadir di bandara Schiphol Belanda, 28 Oktober 1948
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Abdulkadir mendampingi van Mook (bertopi tropis) dan para petinggi militer Belanda di tempat yang sekarang bernama Lapangan Merdeka, Jakarta, 6 September 1948.
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: l.d.a.
Tempat: l.d.a.
Tokoh: Abdulkadir Widjojoatmodjo (perwira KNIL pendukung Belanda), Hubertus Johannes van Mook (Gubernur-Jenderal Hindia Belanda)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar