Sarana yang selama ratusan tahun telah terbukti cepat, lincah, dan fleksibel adalah berkuda, seperti yang dilakukan oleh pejabat muda Belanda ini, ketika menginspeksi wilayah Priangan di abad ke-19, dengan dikawal oleh rombongan kuda warga lokal. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Untuk pejabat yang lebih tinggi, kereta berkuda seperti yang terlihat di Cisokan (Cianjur, sebelum 1874) ini akan memberikan lebih banyak kenyamanan dalam perjalanan. (klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / Universiteit Leiden) |
Para pembesar yang sangat tinggi tentunya memiliki kereta kencana seperti milik Susuhunan Solo ini (sebelum 1874). (klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / Universiteit Leiden) |
Jika daya angkut lebih penting daripada kecepatan, maka pedati sapi merupakan pilihan yang telah teruji berabad-abad, seperti pengangkut air di Medan tahun 1900 ini. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Pedati sapi juga sangat fleksibel dalam hal jenis beban yang bisa angkut. Pedati di Semarang pada tahun 1901/1902 ini misalnya mengangkut kaleng minyak. (klik untuk memperbesar | © A.E.F. Muntz / Universiteit Leiden) |
Penemuan dan produksi massal kendaraan bermotor di awal abad ke-20 perlahan-lahan menyingkirkan transportasi bertenaga hewan. Ketika mobil mulai populer, pemerintah Hindia-Belanda mulai membangun jembatan berbasis besi untuk menyeberangi sungai, seperti jembatan Sungai Cimanuk di Tomo (Sumedang) pada tahun 1915 ini. (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Tempat: Cianjur, Jawa Barat, Medan, Semarang, Sumedang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: A.E.F. Muntz / Woodbury & Page (Batavia)
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar