Sebelum warga Nusantara belum mengenal konstruksi beton atau baja, bambu adalah bahan yang digunakan untuk membuat jembatan. Bambu relatif mudah didapat, tersedia dalam berbagai ukuran panjang, mudah dipotong sesuai kebutuhan, dan cukup elastis dalam menahan beban.
Kelemahan bambu tetapi adalah daya topangnya yang terbatas. Di sini, warga Nusantara mencoba menyiasatinya dengan berbagai kreasi struktur, yang akan kita lihat di beberapa foto berikut ini.
Ketika beban yang harus diseberangkan makin besar dan rumit, serta rentang jembatan makin panjang, akhirnya bambu menemui limit kemampuannya, dan harus menyerahkan fungsi jembatan kepada beton dan baja hingga sekarang ini.
Jembatan bambu di atas Kali Serayu juga merupakan karya yang mengesankan. Di sini orang menggunakan dan menyambung-nyambung bambu sebagai penahan suspensi, dan menggambungkan batang-batang bambu sebagai menara penyangga. Foto-foto di bawah memperlihatkan jembatan dengan penyangga yang terdiri dari beberapa lapis.
1910: Penyangga 2 lapis (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
1922: Penyangga 2 lapis (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
1900: Penyangga 4 lapis (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
1902: Penyangga 4 lapis (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Tempat: kemungkinan di wilayah Banjarnegara
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar