![]() |
| (klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection) |
Tahun terbit: ?
Tempat terbit: London (?)
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Hochstetter
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:
Sebuah usaha untuk mengumpulkan foto/gambar tentang Indonesia zaman dulu yang tersebar di dunia maya. Setelah 12 tahun (hampir) tiap hari mengudara blog ini mohon izin untuk mulai mengurangi frekwensi siarannya. Anda tetap diminta untuk menambahkan/membetulkan informasi di setiap foto/gambar ini. Urun rembug Anda akan membantu pemirsa yang lain.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection) |
Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.
Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD) |
![]() |
| (klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery) |
Tahun terbit: 1624
Tempat terbit: Jerman
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan peta berbahasa Latin karya orang Jerman bernama Philipp Clüver yang sekarang dikenang sebagai salah satu perintis geografi sejarah (historical geography). Terkait Nusantara, berikut nama pulau/kepulauan dan tempat yang sudah dikenal di kalangan masyarakat berpendidikan di Eropa pada saat itu:
Juru kartografi: Philipp Clüver (berdasarkan karya Willem Blaeu)
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:
Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.
Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD) |
Di penghujung tahun 1601 Belanda mencatat tonggak penting dalam sejarah penjajahannya. Satuan kapal perang Belanda yang hanya terdiri dari 5 kapal utama, berhasil mengalahkan armada Portugis yang terdiri dari 30 kapal. Inilah momentum yang membuat Belanda mulai menggeser posisi Portugis, yang sampai saat itu masih mendominasi perairan Nusantara, hingga akhirnya menjadi penjajah yang hampir tunggal di kawasan Nusantara.
Lukisan di bawah merupakan salah satu usaha Belanda mengilustrasikan peristiwa ini. Versi berwarna dari gambar ini pernah dimuat di posting ini sebelumnya.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery) |
Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.
Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD) |
Selama hampir dua pekan, tepatnya dari tanggal 9 hingga 22 Oktober 1740, terjadi konflik bersenjata antara VOC dengan warga Tionghoa di Batavia. Diperkirakan pergolakan ini memakan korban sekitar 500 serdadu VOC anak-anak, dan orang jompo.
Dahulu, orang Belanda menyebut kejadian ini sebagai "schrikkelijke slagting der Chinezen, na de ontdekking van hun verraad" (pertempuran mengerikan orang Tionghoa setelah pengkhianatan mereka terbongkar), dan orang Jerman memberi istilah "Rebellion der Chinesen" (pemberontakan orang Tionghoa) yang senada dengan istilah Belanda "Opstand der Chinezen te Batavia", yang memberi konotasi pelaku atas warga Tionghoa. Sekarang orang lebih memilih istilah "Chinezenmoord" (pembunuhan atas warga Tionghoa) atau "Batavia Massacre" (pembantaian Batavia) yang memberi konotasi korban kepada warga Tionghoa. Sejarawan Indonesia menggunakan istilah "Geger Pacinan" yang lebih tidak memihak.
Berikut ini adalah lukisan yang pernah dimuat di posting ini sebelumnya; kali ini dalam ukuran yang dua kali lebih besar, dan tampaknya berasal dari edisi lain. Edisi ini hanya berisi keterangan dua baris di bawah gambar, tidak sebanyak yang sebelumnya. Gambarnya tetapi tetap sama, yaitu a.l. memperlihatkan bagaimana meriam VOC menembaki perkampungan warga Tionghoa (yang atap rumahnya memiliki bulan sabit) sementara api sudah membara di wilayah pecinan ini. Adegan yang mengerikan tentunya bagian di mana VOC mengepung dan membantai warga Tionghoa, atau menggiringnya ke sungai untuk kemudian ditenggelamkan.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery) |