Minggu, 23 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (9)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:Bevrijde Indonesiërs op Bali.
  • Terjemahan:Warga Indonesia yang dibebaskan [Belanda] di Bali.
  • Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: kemungkinan 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 22 November 2025

Peta kuno keluaran Jerman tentang Asia dan Nusantara dari tahun 1624

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)


Tahun terbit: 1624
Tempat terbit: Jerman
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan peta berbahasa Latin karya orang Jerman bernama Philipp Clüver yang sekarang dikenang sebagai salah satu perintis geografi sejarah (historical geography). Terkait Nusantara, berikut nama pulau/kepulauan dan tempat yang sudah dikenal di kalangan masyarakat berpendidikan di Eropa pada saat itu:

  • Aru
  • Baly (Bali)
  • Banca (Bangka)
  • Banda
  • Borneo (Kalimantan)
  • Bouro (Buru)
  • Cambava (Sumbawa)
  • Carimon Iava (Karimun Jawa)
  • Celebes (Sulawesi)
  • Ceram (Seram)
  • Flores
  • Gilolo (Halmahera)
  • Iava Maior (Jawa)
  • Madura
  • Mintaon (Mentawai)
  • Moretay (Morotai)
  • Nyas (Nias)
  • Pars Nova Guinea
  • Sumatra
  • Timor

  • Achem (Aceh)
  • Amboina (Ambon)
  • Bancalis (Bengkalis)
  • Bandarmassin (Banjarmasin)
  • Bantam (Banten)
  • Batavia / Iacatra (Jakarta)
  • Iamby (Jambi)
  • Macasser (Makassar)
  • Manado
  • Mataran (Mataram)
  • Palimbam (Palembang)
  • Sambas
  • Sampit
  • Succadano (Sukadana)
  • Tetolli (Toli Toli)

Juru kartografi: Philipp Clüver (berdasarkan karya Willem Blaeu)
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Jumat, 21 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (8)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto: met een geladenheid, die de bevolking eigen is, wacht iedereen rustig zijn beurt af. Bali. Distributie Amacal..
  • Terjemahan: Dengan ketenangan khas penduduk [setempat], semua orang dengan tenang menunggu giliran [mendapatkan bantuan]. Bali. Distribusi Amacal.
  • Catatan:
Waktu: kemungkinan besar 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 20 November 2025

Pertempuran laut antara Belanda dan Portugis dalam memperebutkan Banten, 1601 (2)

Di penghujung tahun 1601 Belanda mencatat tonggak penting dalam sejarah penjajahannya. Satuan kapal perang Belanda yang hanya terdiri dari 5 kapal utama, berhasil mengalahkan armada Portugis yang terdiri dari 30 kapal. Inilah momentum yang membuat Belanda mulai menggeser posisi Portugis, yang sampai saat itu masih mendominasi perairan Nusantara, hingga akhirnya menjadi penjajah yang hampir tunggal di kawasan Nusantara.

Lukisan di bawah merupakan salah satu usaha Belanda mengilustrasikan peristiwa ini. Versi berwarna dari gambar ini pernah dimuat di posting ini sebelumnya. 

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)

Tahun terbit: 1644 (tentang peristiwa di 1601)
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Rabu, 19 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (7)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:wanneer het Rode Kruis team naar elders vertrekt wordt het steeds door de bevolking nagewuifd.. Bali 1946.
  • Terjemahan:Setiap kali tim Palang Merah [Belanda] berangkat ke lokasi lain, penduduk setempat selalu melambaikan tangan. Bali, 1946.
  • Catatan: 
Waktu: 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Selasa, 18 November 2025

Lukisan Belanda tentang Geger Pacinan, konflik bersenjata antara VOC dan warga Tionghoa Batavia, 1740 (2)

Selama hampir dua pekan, tepatnya dari tanggal 9 hingga 22 Oktober 1740, terjadi konflik bersenjata antara VOC dengan warga Tionghoa di Batavia. Diperkirakan pergolakan ini memakan korban sekitar 500 serdadu VOC anak-anak, dan orang jompo.

Dahulu, orang Belanda menyebut kejadian ini sebagai "schrikkelijke slagting der Chinezen, na de ontdekking van hun verraad" (pertempuran mengerikan orang Tionghoa setelah pengkhianatan mereka terbongkar), dan orang Jerman memberi istilah "Rebellion der Chinesen" (pemberontakan orang Tionghoa) yang senada dengan istilah Belanda "Opstand der Chinezen te Batavia", yang memberi konotasi pelaku atas warga Tionghoa. Sekarang orang lebih memilih istilah "Chinezenmoord" (pembunuhan atas warga Tionghoa) atau "Batavia Massacre" (pembantaian Batavia) yang memberi konotasi korban kepada warga Tionghoa. Sejarawan Indonesia menggunakan istilah "Geger Pacinan" yang lebih tidak memihak.

Berikut ini adalah lukisan yang pernah dimuat di posting ini sebelumnya; kali ini dalam ukuran yang dua kali lebih besar, dan tampaknya berasal dari edisi lain. Edisi ini hanya berisi keterangan dua baris di bawah gambar, tidak sebanyak yang sebelumnya. Gambarnya tetapi tetap sama, yaitu a.l. memperlihatkan bagaimana meriam VOC menembaki perkampungan warga Tionghoa (yang atap rumahnya memiliki bulan sabit) sementara api sudah membara di wilayah pecinan ini. Adegan yang mengerikan tentunya bagian di mana VOC mengepung dan membantai warga Tionghoa, atau menggiringnya ke sungai untuk kemudian ditenggelamkan.

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)

Tahun terbit: sekitar 1740
Tempat terbit: Belanda 
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Adolf van der Laan 
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Senin, 17 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (6)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:Nederlandse militaire colonne begroet door plaatselijke bevolking, Java.
  • Terjemahan: Konvoi militer Belanda disambut penduduk setempat, Jawa.
  • Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: