Kamis, 27 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (11)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Haveloos, gekleed in jute, in het pas bevrijd gebied. Voedseldristributie Amacal. West-Java.
  • Terjemahan:Miskin, berpakaian karung goni, di wilayah yang baru dibebaskan [dari kekuasaan Republik Indonesia]. Distribusi makanan [oleh] Amacal, Jawa Barat.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 26 November 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang sumber air panas berbelerang di Serang

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: 1817 
Tempat terbit: London 
Tokoh:
Deskripsi: Gambar ini merupakan bagian dari catatan perjalanan Clarke Abel di Serang, Banten. Abel menulis "We returned to Sirang on the evening of the 15th, and on the following morning made an excursion to a place called Epetan, about eighteen miles to the north of Sirang, to see some mineral springs. These springs are in the midst of a jungle on the right hand side of the road from Sirang to Batavia, and the country for many miles around is a perfect flat. On approaching them I smelt the sulphureous gas, which they throw out in immense quantities." Berdasarkan informasi ini, yang dia maksud dengan "Epetan" tempat sumber belerang ini kemungkinan adalah Kampung Cibetik, Kelurahan Pengampelan, Kecamatan Walantaka.
Juru foto/gambar:
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Selasa, 25 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (10)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Zodra het volk bevrijd was verdrong het zich om de keuken van onze troepen om, als het mogelijk was, een restantje te krijgen. Uitgehongerd en arm - zo vonden we de bevolking in de rijkste streken van Java.
  • Terjemahan:Begitu rakyat dibebaskan [dari kekuasan Republik Indonesia], mereka mengerumuni dapur pasukan kami  untuk mengambil sisa makanan yang bisa mereka dapatkan. Kelaparan dan miskin — begitulah kami menemukan penduduk di wilayah-wilayah [yang sejatinya] terkaya di Jawa.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 23 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (9)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:Bevrijde Indonesiërs op Bali.
  • Terjemahan:Warga Indonesia yang dibebaskan [Belanda] di Bali.
  • Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: kemungkinan 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 22 November 2025

Peta kuno keluaran Jerman tentang Asia dan Nusantara dari tahun 1624

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)


Tahun terbit: 1624
Tempat terbit: Jerman
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan peta berbahasa Latin karya orang Jerman bernama Philipp Clüver yang sekarang dikenang sebagai salah satu perintis geografi sejarah (historical geography). Terkait Nusantara, berikut nama pulau/kepulauan dan tempat yang sudah dikenal di kalangan masyarakat berpendidikan di Eropa pada saat itu:

  • Aru
  • Baly (Bali)
  • Banca (Bangka)
  • Banda
  • Borneo (Kalimantan)
  • Bouro (Buru)
  • Cambava (Sumbawa)
  • Carimon Iava (Karimun Jawa)
  • Celebes (Sulawesi)
  • Ceram (Seram)
  • Flores
  • Gilolo (Halmahera)
  • Iava Maior (Jawa)
  • Madura
  • Mintaon (Mentawai)
  • Moretay (Morotai)
  • Nyas (Nias)
  • Pars Nova Guinea
  • Sumatra
  • Timor

  • Achem (Aceh)
  • Amboina (Ambon)
  • Bancalis (Bengkalis)
  • Bandarmassin (Banjarmasin)
  • Bantam (Banten)
  • Batavia / Iacatra (Jakarta)
  • Iamby (Jambi)
  • Macasser (Makassar)
  • Manado
  • Mataran (Mataram)
  • Palimbam (Palembang)
  • Sambas
  • Sampit
  • Succadano (Sukadana)
  • Tetolli (Toli Toli)

Juru kartografi: Philipp Clüver (berdasarkan karya Willem Blaeu)
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Jumat, 21 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (8)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto: met een geladenheid, die de bevolking eigen is, wacht iedereen rustig zijn beurt af. Bali. Distributie Amacal..
  • Terjemahan: Dengan ketenangan khas penduduk [setempat], semua orang dengan tenang menunggu giliran [mendapatkan bantuan]. Bali. Distribusi Amacal.
  • Catatan:
Waktu: kemungkinan besar 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: