Dalam acara ini, harimau yang sudah ditangkap dari hutan atau pinggir hutan, dibawa ke tengah alun-alun dengan kandang tertutup. Sementara itu sekeliling alun-alun sudah dijaga rapat oleh para lelaki bersenjata bambu runcing panjang. Kandang harimau kemudian dibuka, kemungkinan besar dengan mekanisme jarak jauh dengan menggunakan tali. Si harimau akan keluar atau dipaksa keluar dengan api atau ledakan dan kemungkinan juga sorak sorai dari sekeliling alun-alun.
Naluri di macan tentunya akan berlari menjauh dari keramaian manusia. Tapi di tiap sudut yang dia dekati dia akan dihujani tusukan bambu runcing. Sebuah situasi yang tidak memang tidak memberi kesempatan bagi si harimau untuk menang. Pada akhirnya dia akan tewas, setelah kehabisan tenaga dan luka tusuk yang bertubi-tubi.
Di tahun 1905 pemerintah kolonial Hindia-Belanda secara resmi melarang tradisi ini.
Semua mata tertuju ke kandang-kandang macan di tengah alun-alun (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Harimau yang tampaknya baru keluar dari kandang (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Si harimau sendiri di tengah-tengah alun-alun (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Si macan berlari dari satu sisi alun-alun ke sisi lain (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Keroyokan di salah satu sisi alun-alun (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Waktu: antara 1877-1892
Tempat: Blitar
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: H.G. Rimestadt (atau Herman Salzwedel?)
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan: Foto-foto ini banyak beredar, terutama yang nomer 3 yang sudah banyak direproduksi sejak zaman Belanda dulu. Keterangan waktu dan tempat bisa bervariasi, tetapi tampaknya informasi yang dicantumkan di atas adalah yang paling akurat.
UPDATE 11 Juni 2020: Foto nomor 3 dari sumber lain
(klik untuk memperbesar | © NGA) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar