Kamis, 31 Oktober 2024

Van Mook berkantor di Istana Gubernur Jenderal yang kelak menjadi Istana Merdeka, 1945 (1)

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 15 Oktober 1945
Tempat: Jakarta
Tokoh: Hubertus Johannes van Mook (Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda)
Peristiwa: Van Mook menggelar konferensi pers yang dihadiri para wartawan dari negeri-negeri yang menjadi anggota Sekutu.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 30 Oktober 2024

Peta kuno tentang Nusantara dari tahun 1623: Ketika Pulau Seram lebih besar daripada Sulawesi

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1623
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: 400 tahun lalu, seperti inilah wajah Nusantara menurut apa yang diyakini bangsa-bangsa Eropa. Sekarang tentu kita tahu banyak sekali yang keliru di peta ini; tapi ini menyadarkan kita bahwa kemungkinan besar apa yang sekarang kita ketahui atau yakini tentang wilayah yang jauh, misalnya dasar laut dalam atau ruang angkasa, akan harus dikoreksi besar-besaran di masa depan. Kembali ke peta tua ini, ada beberapa hal serta kekeliruan yang menarik untuk dicatat:
  • Minangkabau dan Indrapura ada di selatan Sumatera; Palembang juga ada di barat Jawa; Gunung Krakatau di utara Jakarta; Manado terpisah dari utara Sulawesi.
  • Papua terpecah menjadi 3 pulau. Pertama, wilayah Kepala Burung diberi nama "Ceiram" sehingga mengesankan Pulau Seram menjadi sangat besar, padahal Seram yang asli juga digambarkan dengan benar ada di utara Banda. Kemudian sebuah pulau yang diberi warna merah dan diberi nama "Don de Menese". Bagian yang paling besar adalah yang berwarna kuning dan diberi nama "Nova Guinea".
  • Pulau Sulawesi hanya dikenal sepotong , kemungkinan hanya bagian barat-utara saja karena kita bisa baca ada nama Totoli dan Mandar.
  • Meski peta ini disusun di Belanda, pengaruh Portugis sangat kental dan bisa terbaca di penulisan nama-nama di Jawa seperti Cunda Calepa (Sunda Kelapa), Cravaon (Karawang), Deremayo (Indramayu), Charabaon (Cirebon), Taggal (Tegal), Zapara (Jepara), dan Gorrici (Gresik).
  • Peta ini mengikuti tradisi yang menyebut Nusa Tenggara sebagai Iavæ minoris (Jawa Kecil); sementara itu Pulau Flores disebut insula (pulau) Batuliar yang bisa memica diskusi apakah ini nama asli dari pulau ini sebelum diberikan nama Portugis "flores" (=bunga).
Juru kartografi: Jodocus Hondius
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Selasa, 29 Oktober 2024

Van Mook berkunjung ke Morotai setelah Jepang kalah perang, 1945

Van Mook (berkacamata) bertemu dan berbincang dengan para pemuka masyarakat Morotai, kemungkinan dari kalangan umat Islam. Van Mook ditemani oleh Kolonel KNIL Abdulkadir Widjojoatmodjo (paling kanan).
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Van Mook (berkacamata) bertemu dengan perwakilan masyarakat, kemungkinan dari kalangan Kristiani, yang membawa pamflet bertuliskan "Morotai bertempik karena kebebasa, terima kasih" dan "Hidoeplah kiranja Oranje". Van Mook ditemani oleh Letnan Kouwenhoven, seorang perwira NICA.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Van Mook memberi hormat kepada barisan yang menyambutnya, diiringi oleh Jenderal Van Oyen (kanan) dan Letnan Kouwenhoven.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1945
Tempat: Morotai
Tokoh: Hubertus van Mook (Menteri Urusan Wilayah Jajahan, kelak Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda), Mayor Jenderal Ludolph Hendrik van Oyen (Panglima KNIL 1942-1946), Kolonel Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo (perwira KNIL asal Jawa yang sangat pro-Belanda; kelak menjadi ketua delegasi Belanda di perundingan Renville)
Peristiwa: Pihak Belanda diwakili Van Mook berkunjung ke berbagai wilayah Indonesia Timur, yang lebih dulu terbebas dari pendudukan Jepang, untuk mengukuhkan kembali kekuasaan Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 28 Oktober 2024

Salah satu peta Pulau Jawa dan Nusa Tenggara tertua berdasarkan catatan bangsa Portugis

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: sekitar 1600
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Bangsa Portugis sudah menjelajahi perairan Nusantara sebelum Belanda datang, karena itu orang Belanda pada awalnya tergantung pada catatan dan dokumen orang-orang Portugis ketika harus memetakan pulau-pulau di wilayah Nusantara, seperti peta tentang Pulau Jawa dan sekitarnya ini. Peta ini sangat tua dan karenanya, meskipun sudah memperlihatkan kontur pulau, masih memuat beberapa keliruan. Palembang, misalnya, selain ada di selatan Sumatera juga ditempatkan di bagian barat Jawa. Profil pesisir selatan Jawa masih hampir sepenuhnya berdasarkan rekaan karena tampaknya memang belum terjelajahi. Meskipun demikian, ada beberapa hal menarik yang layak dicatat:
  • Jawa disebut "Iava maior" (Jawa Besar) sementara kepulauan di sebelah timurnya disebut "Iava menor" (Jawa Kecil). Bangsa-bangsa Eropa kemudian mengubahnya menjadi "Kepulauan Sunda Besar" dan "Kepulauan Sunda Kecil"; nama pertama sekarang hilang, sementara nama kedua sekarang menjadi "Nusa Tenggara".
  • Beberapa nama tempat di pesisir utara Jawa yang bisa terdeteksi adalah, dari barat ke timur, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Sidayu, Gresik, Pasuruan, dan Panarukan.
  • Bali disebut "Ballã", sementara Lombok adalah "Galle"; Karimun Jawa ditulis "Cirimam Java"; Madura tetap memegang nama aslinya.
  • Sumbawa ("Cumbaya") tampaknya lebih dikenal karena petanya lebih mendetail dengan pencantuman beberapa nama tempat termasuk Bima.
  • Peta ini mungkin salah satu bukti tertua tentang penamaan Pulau Flores, yang di sini ditulis "Dos fleros".
Juru kartografi:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Minggu, 27 Oktober 2024

Perayaan hari ulang tahun Putri, kelak Ratu, Juliana di Jakarta, 30 April 1946 (4)

Prajurit-prajurit Inggris dari kesatuan The Seaforth Highlanders menunjukkan kebolehan musiknya, kemungkinan di jalan yang sekarang menjadi Jalan Merdeka Utara
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Sebuah tank Belanda bernama Bulldog berjaga di tengah perayaan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Parade dari pasukan KNIL dengan genderang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pengibaran bendera di depan sebuah gedung yang dijaga dua orang Belanda berseragam
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 30 April 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa foto dari perayaan hari ulang tahun ke-37 Putri Juliana, yang dua tahun kemudian dinobatkan menjadi Ratu Belanda, dan kelak di tahun 1971 merupakan kepala negara Belanda pertama yang berkunjung ke Indonesia setelah puluhan tahun.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lihat juga posting ini dan ini sebelumnya.

Sabtu, 26 Oktober 2024

Versi tanpa warna dari peta kota Jakarta keluaran tahun 1780

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1780
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Sekitar 250 tahun lalu kota yang kelak menjadi Jakarta masih sangat sederhana. Hanya ada beberapa bangunan, jalan, dan saluran air yang relati mudah diingat. Peta di atas, yang merupakan versi tanpa warna dari peta yang dimuat di posting ini sebelumnya, memperlihatkan situasi ini. Beberapa hal tapi tetap terwariskan sampai sekarang; misalnya nama Kali Besar (Groote Rivier), kawasan pecinan di sekitar Kali Besar (het chinese kwartier), Gereja Portugis (Portugeesche Kerk, sekarang Gereja Tugu), Kali Krukut (Crocot), serta Kali Ancol (De Rivier Angiol). Ada satu perbedaan antara peta ini dengan versi berwarnanya: di peta ini gereja dengan nama Portugeesche Buiten Kerk (Gereja Luar Portugis) di peta berwarna disebut Jassen Kerk.
Juru kartografi: Abram van Krevelt
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Jumat, 25 Oktober 2024

Perayaan hari ulang tahun Putri, kelak Ratu, Juliana di Jakarta, 30 April 1946 (3)

Barisam anak-anak dengan bendera Belanda yang akan menonton parade
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Defile dari korps KNIL perempuan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Barisan KNIL Laut perempuan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Parade dari pasukan Inggris yang saat itu masih ada di Jakarta dengan lantunan musik dari bag pipes
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 30 April 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa foto dari perayaan hari ulang tahun ke-37 Putri Juliana, yang dua tahun kemudian dinobatkan menjadi Ratu Belanda, dan kelak di tahun 1971 merupakan kepala negara Belanda pertama yang berkunjung ke Indonesia setelah puluhan tahun.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lihat juga posting ini dan ini sebelumnya.

Kamis, 24 Oktober 2024

Peta navigasi VOC dari tahun 1680 yang memperlihatkan Nusantara di antara dua benua dan dua samudra

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1680
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan versi tak-berwarna dari peta yang pernah dimuat di posting ini sebelumnya. Bukan hanya tanpa warna, peta ini juga tidak dihiasi gambar-gambar kapal di samudra, serta tanpa gambar gajah (mamut?) di sekitar Siberia. Yang menarik dari peta ini adalah penulisan nama-nama pulau di Nusantara, yang berbeda dari beberapa peta lain yang sezaman, sudah mendekati ejaan yang kita gunakan sekarang, tentunya terlepas dari nama yang memang digunakan berbeda seperti Borneo atau Celebes. Jadi bisa kita baca misalnya nama Nias, Mintaoa (Mentawai), Baly, Lomboc, Cumbawa, Timor, Alor, Moratay (Morotai), Bouton (Buton), Carimon Iava (Karimun Jawa), dsb.
Juru kartografi: Johannes van Keulen
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Rabu, 23 Oktober 2024

Perayaan hari ulang tahun Putri, kelak Ratu, Juliana di Jakarta, 30 April 1946 (2)

Perlombaan lari di antara dua garis di sebuah lapangan yang biasa digunakan untuk bermain sepak bola
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pertandingan lari melewati rintangan untuk anak-anak perempuan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pertandingan lari dengan mata tertutup untuk anak-anak perempuan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Balap karung untuk bocah-bocah laki-laki
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 30 April 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa foto dari perayaan hari ulang tahun ke-37 Putri Juliana, yang dua tahun kemudian dinobatkan menjadi Ratu Belanda, dan kelak di tahun 1971 merupakan kepala negara Belanda pertama yang berkunjung ke Indonesia setelah puluhan tahun.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lihat juga posting ini dan ini sebelumnya.

Selasa, 22 Oktober 2024

Peta kuno dari tahun 1760 tentang "Kepulauan Sunda" tetapi menampilkan Sumatera (dan Malaka)

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: sekitar 1760
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi: Dokumen ini berjudul Premiere Carte des Isles de la Sonde (peta pertama Kepulauan Sunda), tetapi sejatinya menampilkan Sumatera, Semenanjung Malaka, dan sekitarnya. Pulau Jawa dan Kalimantan, yang biasanya masuk ke dalam "Kepulauan Sunda", hanya tergambarkan secuil. Sumatera sendiri cukup ditampilkan dengan komprehensif, yaitu memuat nama-nama yang saat itu menjadi wilayah penting seperti Aceh, Pedir, Deli, Bengkalis, Indragiri, Jambi, Palembang, Bengkulu, Indrapura, Minangkabau, Padang, Pariaman, Singkil, beserta Pulau Weh, Pulau Beras, Nias, Bangka, Belitung, Lingga, Natuna, dsb. Satu catatan: Hampir semua peta kuno dari Eropa menyebut "Banten" sebagai Bantam, termasuk peta ini. Tetapi peta ini menyebut "pelabuhan Banten" sebagai P[ort] de Bentane, sebuah penyebutan yang sudah mendekati nama "Banten".
Juru kartografi: Jacques-Nicolas Bellin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Senin, 21 Oktober 2024

Perayaan hari ulang tahun Putri, kelak Ratu, Juliana di Jakarta, 30 April 1946 (1)

Kerumunan anak-anak Belanda dan lokal mengusung bendera Belanda
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Parade pasukan marinir Belanda yang kembali ke Indonesia setelah terusir Jepang 4 tahun sebelumnya
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tumpukan bendera dan hadiah yang akan dibagikan kepada anak-anak
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Minuman gratis untuk anak-anak di tengah panasnya Jakarta
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 30 April 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa foto dari perayaan hari ulang tahun ke-37 Putri Juliana, yang dua tahun kemudian dinobatkan menjadi Ratu Belanda, dan kelak di tahun 1971 merupakan kepala negara Belanda pertama yang berkunjung ke Indonesia setelah puluhan tahun.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lihat juga posting ini dan ini sebelumnya.

Minggu, 20 Oktober 2024

Peta kuno keluaran Venezia dari tahun 1740 tentang "Kepulauan Sunda"

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1740
Tempat terbit: Venezia / Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Yang langsung mencolok dari peta tentang Isole di Sunda (Jawa, Kalimantan, dan Sumatera) ini adalah nama-nama yang bertebaran dan ditulis dalam jarak yang ketat dari nama-nama yang lain. Hampir semua pulau termasuk yang kecil diberi nama; wilayah pesisir pun diberi nama satu per satu. Bagian selatan Jawa mengindikasikan bahwa nama-nama ini belum tentu julukan yang dipakai penduduk setempat, melainkan boleh jadi nama yang dipakai para pelaut (atau mungkin juga rekaan juru kartografi?). Yang menarik lainnya adalah munculnya nama "Deli" di utara Sumatera yang sebelum-sebelumnya masih absen di peta lain, begitu juga nama "Bima" di Sumbawa, serta "Sampit" di selatan Kalimantan.
Juru kartografi: G. Albrizzi / Isaac Tirion
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Sabtu, 19 Oktober 2024

Letnan Saleh Sadeli sebagai anggota dewan hakim yang mengadili kejahatan perang Jepang di Papua, 1945

Saleh Sadeli (duduk paling kanan) di depan tiga prajurit Jepang yang bersaksi di persidangan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Sidang dipimpin oleh Mr. Rijkee, pria berambut terang di sebelah Saleh Sadeli
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Sidang berlangsung di bawah foto Ratu Wilhelmina
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Komunikasi dipandu oleh penerjemah bernama Yake (berkacamata, keempat dari kanan)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Satu dari tiga prajurit Jepang memberikan kesaksian di hadapan Saleh Sadeli dan Mr. Rijkee
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1945
Tempat: Papua
Tokoh: Letnan Saleh Sadeli (perwira muda KNIL)
Peristiwa: Saleh Sadeli merupakan perintis dari kesatuan kavaleri TNI, dan pernah menjabat Komandan Pusat Kavaleri dari tahun 1956 hingga 1958. Seperti beberapa tokoh TNI lain, misalnya A.H. Nasution, Saleh Sadeli berasal dari KNIL. Ketika Sekutu berhasil mengalahkan Jepang di Papua, dan kemudian militer Belanda menginjakkan kaki kembali di pulau ini, Saleh Sadeli merupakan bagian dari anggota KNIL yang mengadili Jenderal Tanona (?) yang didakwa dengan kejahatan perang, seperti yang ditampilkan oleh foto-foto di atas.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 18 Oktober 2024

Peta kuno dari tahun 1789: Posisi Nusantara di Asia

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1789
Tempat terbit: Paris (?)
Tokoh:
Deskripsi: Peta ini berjudul "Hindia Timur dan kepulauannya", tetapi sejatinya menampilkan sepotong Asia mulai dari India hingga ke Tiongkok dan Nusantara. Tetapi memang wilayah Tiongkok hanya diperlihatkan secuil; Jepang dan Korea malah tidak muncul sama sekali. Kontur wilayah Nusantara sudah lumayan bagus, dengan profil Halmahera dan Sulawesi yang masih memerlukan perbaikan. Nama "Padang" yang masih absen di peta-peta sebelumnya, sudah mulai tercantum. Begitu juga "Martapura" di Kalimantan, dan cukup menarik: "Morotai" di Maluku.
Juru kartografi:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Kamis, 17 Oktober 2024

Foto-foto dari "masa bersiap": Belanda menangkap tersangka pelaku pembantaian atas 18 warga Eropa

"Masa bersiap" atau "bersiap" adalah istilah yang digunakan warga Belanda dan sejarah Belanda untuk menyebut masa-masa awal setelah warga Indonesia memproklamasikan diri yang diikuti konflik dan perseteruan di beberapa tempat yang dipicu banyak sekali faktor seperti nasionalisme, sentimen anti penjajah, kecemburuan sosial, dendam yang terpendam, masih belum siapnya aparat pemerintahan, dsb. Blog ini akan menampilkan beberapa foto dari era ini, yang beberapa di antaranya memang menampilkan sisi kejam dari masa ini.

Di Balapulang, Tegal, massa membantai 18 warga Belanda, dikabarkan tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Militer Belanda kemudian menangkap para tersangka …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

… menggiring mereka dan membuat foto seperti yang tercantum di atas ini
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 17 Agustus 1946
Tempat: Bulapulang (Tegal)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lihat juga posting terkait sebelum ini.

Rabu, 16 Oktober 2024

Peta kuno keluaran Perancis dari tahun 1750: Ketika di Jawa ada 4 kerajaan dan 27 provinsi

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)


Tahun terbit: 1750
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi: Peta ini merupakan pendahulu dari peta yang sebelumnya dimuat di posting ini dan ini. Ketiga-tiganya menaruh perhatian lumayan terhadap nama-nama sungai dan gunung. Namun yang menarik, dari sudut alokasi wilayah peta ini menampilkan pembagian yang lebih banyak atau beragam. Jumlah kerajaan tetap ada empat yaitu Kesultanan Banten, Batavia, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Gresik. Tetapi wilayah-wilayah lain dikelompokkan dalam 27 "provinsi", sebuah jumlah yang banyak, dengan beberapa nama yang sekarang sudah pudar atau dilampaui wilayah lain pamornya.

Di bagian barat Jawa ada

  • Bandung
  • Ciasem
  • Kandangwesi
  • Karawang
  • Koewassing Goloen & Impanagara (?)
  • Pamanukan
  • Parakan Muncang (saat itu tampaknya lebih luas daripada Bandung)
  • Priangan (saat itu belum termasuk Bandung)
  • Sidamar
  • Sukapura
  • Sumedang;

di bagian tengah Jawa ada

  • Bagelen
  • Banyumas
  • Gabbang (?)
  • Kedawung
  • Mataram
  • Panaraga;

di bagian timur Jawa ada

  • Blambangan
  • Brindiok (?)
  • Diapan (?)
  • Kediri
  • Lodaya
  • Madiun
  • Panarukan
  • Pasuruan
  • Puger
  • Singasari
  • Surabaya;

sementara di Madura kita membaca nama-nama tempat seperti Pamekasan, Sampang, dan Sumenep.

Juru kartografi: Jacques-Nicolas Bellin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Selasa, 15 Oktober 2024

Pertempuran Surabaya, Oktober-November 1945 (8)

Warga mengungsi di tengah-tengah kepulan asap dan bloksde jalanan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Dua pemulung di antara gundukan sampah di hari-hari pertempuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Seorang pemuda yang ditangkap militer Inggris
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: Oktober-November 1945
Tempat: Surabaya
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa foto dari peristiwa di sekitar pertempuran antara para pejuang kemerdekaan di wilayah Surabaya melawan pasukan Inggris, di antaranya dari kesatuan asal jazirah Hindia, yang berlangsung di bulan Oktober dan November 1945.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 14 Oktober 2024

Peta pariwisata Jakarta dari tahun 1920-an

Jilid peta
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Peta lengkap yang meliputi Batavia (wilayah Kota hingga ke pelabuhan), Weltevreden (sekitar Istana), Gondangdia termasuk Menteng, dan Meester Cornelis (Jatinegara), ditambah cuplikan kawasan pelabuhan Tanjung Priuk
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)
Zoom ke sekitar Stasiun Kota, a.l. dengan jalan bernama Financienst[raat] (=Jalan Keuangan) sebelum kemudian dilafalkan orang menjadi Pinangsia hingga sekarang
(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1920-an
Tempat terbit: Jakarta
Tokoh:
Deskripsi: Potensi pemasukan devisa melalui pariwisata mulai digenjot pemerintah Hindia-Belanda sejak awal abad ke-20 (lihat misalnya iklan dan brosur ini). Peta berbahasa Inggris di atas ini merupakan salah satu upaya menarik pelancong dari mancanegara menuju ke Jakarta. Banyak yang bisa dipelajari dari dokumen berusia 100 tahun ini selain tentunya situasi tata kota pada masa itu, misalnya hotel, restoran, dan club yang ada di Jakarta di tahun 1920-an ini. Kemudian bahwa HSBC dan Chartered Bank sudah memiliki cabang di Jakarta satu abad yang lalu, malah Chartered Bank di Jakarta saat itu juga menangani wilayah India, Australia, dan Tiongkok. Berikutnya nama-nama maskapai pelayaran yang menyediakan perjalanan hingga ke Jepang, Tiongkok, bahkan Amerika, selain tentunya ke Belanda dan Eropa. Daftar konsulat atau perwakilan diplomatik juga mereflesikan (sisa-sisa) kekuatan dunia saat itu misalnya Kekaisaran Austria serta Kesultanan Turki.
Juru kartografi:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Minggu, 13 Oktober 2024

Pertempuran Surabaya, Oktober-November 1945 (7)

Dua pemuda menyeberang sebuah kali; sebelumnya para pejuang merusak jembatan di atas kali ini guna menahan gerak maju pasukan Inggris
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pasukan Inggris menahan beberapa warga Indonesia di dekat sebuah baguna yang dipenuhi coretan-coretan mendukung kemerdekaan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Barisan para pemuda Surabaya, beberapa di antaranya berseragam
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jual beli di sebuah emperan di sela-sela pertempuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Sebuah gerobak berisi bongkahan arang menjadi tempat berkumpul beberapa warga
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: Oktober-November 1945
Tempat: Surabaya
Tokoh:
Peristiwa: Beberapa foto dari peristiwa di sekitar pertempuran antara para pejuang kemerdekaan di wilayah Surabaya melawan pasukan Inggris, di antaranya dari kesatuan asal jazirah Hindia, yang berlangsung di bulan Oktober dan November 1945.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 12 Oktober 2024

Peta kuno dari tahun 1598 yang menunjukkan rute pelayaran Cornelis de Houtman dari Amsterdam ke Nusantara

(klik untuk memperbesar | © Indies Gallery)

Tahun terbit: 1598
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi: Cornelis de Houtman baru berusia 30 tahun ketika dia memimpin rombongan kapal-kapal layar dari Amsterdam menuju wilayah Nusantara. Sebuah perjalanan yang penuh tantangan dan ketidakpastian karena tidak ada rombongan Belanda yang pernah melakukan ini sebelumnya, dan saat itu rute pelayaran dikuasai oleh bangsa Spanyol dan Portugis yang tentunya tidak akan rela melihat ada saingan baru yang akan mengganggu perdagangan rempah-rempah mereka. Peta di atas dibuat 2 tahun setelah De Houtman sukses kembali ke Belanda setelah berhasil mengadakan perjalanan pulang pergi dari Belanda ke Nusantara, meskipun dengan beberapa musibah.
Rute pergi ditunjukkan dengan lingkaran-lingkaran kecil dari Amsterdam menyusuri perairan Spanyol dan Portugal, kemudian kawasan laut di sebelah barat Afrika, melintasi Tanjung Harapan menuju Madagaskar, untuk kemudian menyeberangi Samudra Hindia. De Houtman memilih melintasi Selat Sunda, tidak menuju Selat Malaka, yang saat itu merupakan rute utama, untuk menghindari penghadangan pihak Portugis.
Rute pulang ditunjukkan dengan lingkaran-lingkaran kecil yang menyusuri pesisir selatan Jawa, menyeberangi Samudra Hindia lagi, kali ini langsung ke arah Tanjung Harapan tanpa mampir di Madagaskar, dan mengambil rute yang menjauhi wilayah yang dikuasai Spanyol-Portugis hingga akhirnya kembali di Amsterdam. Sebuah perjalanan yang mencetuskan pendirian VOC 5 tahun kemudian, dan turut menentukan jalan sejarah yang dialami nenek moyang kita dari Aceh hingga ke Papua.
Juru kartografi: Theodore De Bry
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan: