Dalam menarasikan perjuangan kemerdekaan, buku pelajaran sejarah di Indonesia, begitu juga blog ini, umumnya menggunakan istilah "Belanda" seolah-olah sebagai satu blok yang menyatu. Sejatinya, ada banyak pandangan di Belanda dalam menyikapi kemerdekaan Indonesia; mulai dari yang mendukung penuh (mis. kelompok komunis), hingga ke yang menentang mati-matian (mis. kelompok konservativ), dan tentunya posisi di antara keduanya dengan kadar kebebasan untuk Indonesia yang berbeda-beda mulai dari yang seminimal mungkin hingga ke yang relatif luas. Beberapa karikatur di bawah ini menyiratkan perbedaan-perbedaan ini.
Het Parool, 21 Mei 1947 (klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS) |
Karikatur ini memperlihatkan kendaraan pemerintah Belanda yang sudah sesak dengan Louis Beel, Willem Drees, dan Jan Jonkman dengan beban perjanjian Linggarjati, dicoba dihentikan oleh Carl Romme dan Jo Meynen yang ingin ikut menumpang.
De Groene Amsterdammer, 23 Agustus 1947 (klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS) |
Karikatur ini memperlihatkan ketersesatan para politisi Belanda di labirin Indonesia. Mereka bukan hanya tidak menjalani langkah dan posisi yang sama, tapi sebagian tampak bingung harus ke mana. Tokoh-tokoh yang ditampilkan a.l.: Max van Poll, Van Mook, Willem Drees, Koos Vorrink, Jan Jonkman, Willem Schermerhorn, Pieter Sjoerds Gerbrandy, Louis Beel, Carl Romme, dan Eelco van Kleffens.
Elsevier, 13 Agustus 1949 (klik untuk memperbesar | © Eppo Doeve / AVS) |
Silang langkah para politisi Belanda dalam menghadapi kemerdekaan Indonesia diperlihatkan dalam sebuah karikatur yang menggambarkan perosotan yang meliuk-liuk, memiliki banyak putaran, meninggalkan banyak tahap seperti perjanjian Linggarjati dan Renville, keputusan Dewan Keamanan PBB, serta perjanjian Roem-Royen, sebelum menuju putaran final di Konferensi Meja Bundar dengan hasil akhir yang masih menjadi tanda tanya. Beberapa tokoh tampak terlempar atau tertinggal, seperti Willem Schermerhorn, Jan Jonkman, Van Mook, dan Louis Beel. Tokoh-tokoh lain tampak masih bertahan, seperti Carl Romme, Willem Drees, Eelco van Kleffens, Herman van Roijen, dan Van Maarseveen, tetapi mahkota Kerajaan Belanda tampak akhirnya terlempar juga.
Waktu:
1947, 1949
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke
Tokoh:
- Carl Romme (anggota parlemen, pendiri Partai Rakyat Katolik)
- Eelco van Kleffens (diplomat Belanda di PBB)
- Hubertus Johannes van Mook (Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda)
- Jan Anne Jonkman (Menteri Urusan Jajahan)
- Jan Herman van Roijen (diplomat)
- Johannes Henricus van Maarseveen (Menteri Urusan Jajahan)
- Johannes Meynen (politisi)
- Koos Vorrink (pemuka kelompok sosialis)
- Louis Joseph Maria Beel (PM Belanda)
- Maximus Josephus Maria van Poll (politisi)
- Pieter Sjoerds Gerbrandy (politisi penentang kemerdekaan Indonesia)
- Willem Drees (Wakil PM Belanda)
- Willem Schermerhorn (mantan PM Belanda)
Juru foto/gambar: Leo Jordaan | Eppo Doeve
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar