Senin, 30 September 2019

Dari album foto Mayor H.A.L. Wichers: Yogyakarta di sekitar Fort Vredeburg, 1890/1896

PENGANTAR

H.A.L. Wichers adalah seorang perwira KNIL di penghujung abad ke-19 yang sempat terlibat Perang Aceh dengan pangkat mayor. Dia meninggalkan album foto yang menampilkan tempat, manusia, dan suasana di beberapa tempat di tanah air saat itu. Berikut beberapa foto di antaranya.

Fort Vredeburg
(klik untuk memperbesar | © Kassian Céphas / Universiteit Leiden)
Perumahan para perwira KNIL
(klik untuk memperbesar | © Kassian Céphas / Universiteit Leiden)
Salah satu jalan di Yogyakarta dekat Fort Vredeburg
(klik untuk memperbesar | © Kassian Céphas / Universiteit Leiden)
Salah satu jalan di luar Fort Vredeburg; lelaki yang sedang berjalan kemungkinan adalah Mayor Wichers
(klik untuk memperbesar | © Kassian Céphas / Universiteit Leiden)
Apel pasukan KNIL di depan Fort Vredeburg
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Parade pasukan KNIL
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1890 (kecuali foto kedua: 1896)
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Kassian Céphas (4 foto pertama)
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 29 September 2019

Suasana warga Belanda di kamp tahanan Jepang di Kampung Makassar, 1945 (4)

Foto yang menunjukkan bagaimana satu barak diisi oleh beberapa penghuni
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Wanita dan anak-anak di ruangan untuk kegiatan bersama
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Dua wanita Belanda yang kemungkinan berada di bagian perawatan darurat
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Anak-anak di dalam barak
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: penghujung 1945
Tempat: Kampung Makassar (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Foto kedua pernah dimuat sebelumnya di posting ini.

Sabtu, 28 September 2019

Kaum wanita Belanda di Jakarta mengenakan kimono, 1895

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: sekitar 1895
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Lama sebelum Harajuku street fashion dsb. mendunia, Jepang sudah mempesona dunia luar dengan kimononya. Perempuan Belanda mencoba mengenakannya seperti di foto-foto di atas. Bahkan RA Kartini (dan adik-adiknya), yang sekarang hampir selalu diidentikkan dengan kebaya, ikut memakainya (lihat posting ini).
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 27 September 2019

Suasana warga Belanda di kamp tahanan Jepang di Kampung Makassar, 1945 (3)

Wanita dan anak-anak Belanda berhimpit-himpitan di barak bambu yang sudah dipenuhi berbagai barang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kegiatan memasak untuk semua di dapur umum. Lelaki yang berkacamata dipastikan datang belakangan karena kamp ini ditujukan untuk wanita dan anak-anak, sementara para lelaki Belanda diasingkan oleh Jepang ke Manchura, ditahan di penjara militer, ditempatkan di panti darurat, atau harus mengungsi.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Foto yang lumayan menarik karena memuat campuran anak-anak Belanda, warga Indonesia, dan tentara Jepang sekaligus
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Persiapan memasak di dapur umum, sementara itu seorang anak tanggung menyelinap
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Ini kemungkinan adalah apotek darurat
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: penghujung 1945
Tempat: Kampung Makassar (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 26 September 2019

Dari album foto Mayor H.A.L. Wichers: Wajah-wajah orang Garut, 1895

PENGANTAR

H.A.L. Wichers adalah seorang perwira KNIL di penghujung abad ke-19 yang sempat terlibat Perang Aceh dengan pangkat mayor. Dia meninggalkan album foto yang menampilkan tempat, manusia, dan suasana di beberapa tempat di tanah air saat itu. Berikut beberapa foto di antaranya.

Seorang pemuka warga Garut bersama keluarganya
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Pasar di Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Guru dan murid Hollands-Inlandse School di Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang guru bersama istri dan anaknya; kemungkinan besar yang memakai baju putih di foto sebelumnya
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Domba Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1895
Tempat: Garut
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Rabu, 25 September 2019

Gadis cilik di Makassar berpose bersama sten-gun, 1945

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: penghujung 1945
Tempat: Makassar
Tokoh:
Peristiwa: Foto ini diambil di bagian akhir 1945, ketika Indonesia sudah menyatakan diri merdeka, tentara Jepang menunggu dipulangkan ke tanah airnya, sementara militer Belanda sedang bersiap-siap pergi dari Eropa menuju Indonesia, beberapa warga Belanda sudah datang atau kembali ke Indonesia. Salah satu di antaranya, kemungkinan wartawan, mengambil foto ini di Makassar.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Selasa, 24 September 2019

Dari album foto Mayor H.A.L. Wichers: Wisata ke Garut, 1895

PENGANTAR

H.A.L. Wichers adalah seorang perwira KNIL di penghujung abad ke-19 yang sempat terlibat Perang Aceh dengan pangkat mayor. Dia meninggalkan album foto yang menampilkan tempat, manusia, dan suasana di beberapa tempat di tanah air saat itu. Berikut beberapa foto di antaranya.

Mayor Wichers (dan istri?) di depan hotel tempat mereka menginap di Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Berwisata di Situ Cangkuang, Leles
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Kambing dan kerbau merumput di alun-alun Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Mesjid di alun-alun Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Mayor Wichers (dan istri?) di halaman hotel tempat mereka menginap di Garut
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Dua pasang warga Belanda di Situ Cangkuang, Leles
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1895
Tempat: Garut
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Senin, 23 September 2019

Wanita dan anak-anak Belanda di kamp tawanan Jepang (4)

Dua bocah Belanda di kamp Cideng; yang kiri bernama Boudewyn van Oort.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tiga wanita Belanda di kamp Cideng
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Anak-anak Belanda mengerumuni seorang tentara Inggris setelah pembebasan kamp Cideng
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Anak-anak Belanda berpose bersama kesatuan laut Inggris dari kapal HMS Cumberland mengambil alih kamp Cideng dari pasukan Jepang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Ibu dan anak di Cideng. Entah di mana bapaknya.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Seorang ibu di belakang rumah yang dipenuhi pelbagai barang
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tiga wanita Belanda di semacam dapur umum di kamp Cideng
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Barak di kamp tempat beberapa wanita berbagi tepat
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: kemungkinan September/Oktober 1945
Tempat: Cideng (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 22 September 2019

Bangsawan Jawa dalam jepretan S.W. Camerik, 1860: Bupati Magelang, Raden Tumenggung Danukusumo dan keluarga

Bupati Magelang, Raden Tumenggung Danukusumo (atau Danuningrat)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Istri dari R.T. Danukusumo
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Anak laki-laki dari R.T. Danukusumo
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1860
Tempat: kemungkinan di Surakarta (bukan di Magelang)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: S.W. Camerik
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Sabtu, 21 September 2019

Kamp tawanan Cideng setelah Jepang menyerah (4)

Tentara Jepang penjaga kamp
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Dua tentara Jepang menyaksikan tanpa semangat bagaimana pembebasan kamp akan difilmkan di mana pintu gerbang kamp secara simbolis akan dibuka
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Rumah-rumah tempat tinggal wanita dan anak-anak Belanda di kamp Cideng
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Banyaknya baskom di halaman kemungkinan menunjukan sulitnya air di kamp,dan air hujan harus ditampung
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Antri air di kamp
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pekarangan rumah yang dipenuhi berbagai barang dan jemuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kemungkinan kerja bakti membersihkan area kamp
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: kemungkinan September/Oktober 1945
Tempat: Cideng (Jakarta)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 20 September 2019

Bangsawan Jawa dalam jepretan S.W. Camerik, 1860: Mangkunegoro IV dan istri

Mangkunegoro IV
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Kemungkinan Bendoro Raden Ajeng Dunuk
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1860
Tempat: Surakarta
Tokoh: Mangkunegoro IV (Pangeran Praja Mangkunegaraan 1853-1881); Bendoro Raden Ajeng Dunuk (istri Mangkunegoro IV)
Peristiwa:
Fotografer: S.W. Camerik
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan: