Senin, 02 November 2020

Karikatur Belanda yang kritis atas Perang di Aceh, 1896-1935

Tidak semua pihak di Belanda setuju atau malah mendukung sepak terjang Belanda di Perang Aceh. Tiga karikatur di bawah ini adalah contoh dari suara kritis yang mengingatkan masyarakat Belanda bahwa perang di Aceh telah membawa banyak sekali korban, termasuk dari kalangan sipil.

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Karya Johan Braakensiek yang diterbitkan tanggal 27 September 1896. Karikatur ini memperlihatkan IsaƤc Dignus Fransen van de Putte, politisi Belanda yang sempat menjadi Perdana Menteri dan Menteri Urusan Jajahan; Van de Putte tampaknya turut terlibat dalam keputusan untuk melancarkan aksi militer di Aceh. Teks di bawah menyebutkan bagaimana Van de Putte berkata "Saya tidak sekejap pun mundur dari tanggung jawab yang saya pikul," dengan postur tubuh yang percaya diri tetapi dengan muka yang berpaling dari kekacauan dan penderitaan yang muncul dari Perang Aceh.

(klik untuk memperbesar | AVS)

Karya Albert Hahn dari tahun 1904. Karikatur ini menggambarkan langit memerah darah, rakyat Aceh bergelimpangan membasahi bumi dengan darah. PM Belanda, Abraham Kuyper, yang memang juga rohaniawan, berjalan di antara jasad warga Aceh sambil mengutip kitab suci, sementara seorang lain membagi-bagikan kitab suci ke mayat warga Aceh.
Teks puitis di bawah kartikatur berbunyi ("Bram" tampaknya dimaksudkan Abraham Kuyper):
Perang Aceh itu pada mulanya adalah ketidakadilan, begitu sabda Tuhan.
Bram berkata: "Ketidakadilan itu dilarang", maka jadilah dia bukan ketidakadilan.
Tewasnya orang Aceh, di persisaan Deli yang kaya,
- tapi kemudian bawakan dia rahmat Injil!

(klik untuk memperbesar | AVS)

Karya Chris Lebeau dari tahun 1935. Karikatur ini diarahkan ke pengagungan Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz sebagai pahlawan Perang Aceh. Karya ini menyindir bahwa apa yang dielu-elukan sebagai "Nederlands Pacificator" (pembawa perdamaian Belanda) dan "De vredestichter die men huldigt" (pembawa perdamaian yang diagungkan orang" sejatinya berdiri di atas penderitaan banyak orang dan dengan topangan meriam.
Gambar dua pesawat tampaknya (tempur) tampaknya ditambahkan untuk mengingatkan warga Belanda akan efek mengerikan kerusakan akibat Perang Dunia I beberapa tahun sebelumnya. Pada masa Perang Aceh belum ada penggunaan pesawat tempur di dunia.

Waktu: 1896, 1904, 1935
Tempat: tiga karikatur ini mengacu ke perang yang terjadi di Aceh
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Braakensiek / Albert Hahn / Chris Lebeau
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk / Universiteit Leiden
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar