Kamis, 26 November 2020

Karikatur Belanda tentang Pieter Gerbrandy, mantan PM Belanda penentang Republik Indonesia, pendukung RMS

Pieter Sjoerds Gerbrandy adalah Perdana Menteri Belanda di pengasingan ketika Jerman Nazi menduduki Belanda semasa Perang Dunia II. Pengalaman dikuasai bangsa lain ini rupanya tidak berbekas di Pieter Gerbrandy; ketika Jerman kalah perang, kemudian Ratu dan pemerintah Belanda kembali ke tanah air mereka dari pengasingan, dan rakyat Indonesia menyatakan diri merdeka, Gerbrandy adalah tokoh yang sangat gigih menentang kemerdekaan Indonesia. Ketika penghujung 1949 sudah memperlihatkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak dapat dibendung, Gerbrandy di tahun 1950 menyatakan dukungan atas pembentukan Republik Maluku Selatan.

Satu posting sebelum ini sudah menunjukkan sikap politisi Belanda ini dalam karikatur. Kali ini ada tambahan empat karikatur lagi tentang mantan Menteri Urusan Jajahan ini; semuanya karya dari karikaturis Leo Jordaan.

Het Parool, 18 Juni 1947
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Karikatur ini menyebut Gerbrandy salah mengambil cerutu, yang meledak di mulutnya, dan mengeluarkan asap berbunyi "Resolusi Partai Buruh: Jangan ada kekerasan di Indonesia". Tampaknya ada usaha Gerbrandy di parlemen Belanda yang justru malah menggolkan sikap Partai Buruh yang memang relatif lebih bersahabat dengan Indonesia.

De Groene Amsterdammer, 24 Januari 1948
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Tahun 1948 adalah masa kepopuleran Mahatma Gandhi dengan gerakan damainya, serta jubah putih sederhana, serta kambing. Karikatur di atas memperlihatkan bagaimana para tokoh dunia ingin dianggap pecinta damai seperti Gandhi, termasuk Harry Truman, Joseph Stalin, Winston Churchill, dan Charles de Gaulle. Gerbrandy pun ingin dianggap sama; hanya saja mukanya tidak bersahabat, malah kambingnya pun berwajah garang, dan tulisan yang dia usung memang keinginannya: "Pokoknya ke (=merebut) Jogja!".

Het Parool, 5 Mei 1948
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Ketidakpuasan Gerbrandy atas politik Belanda mengenai suasana di Indonesia membuat dia menggugat hal ini sebagai pelanggaran atas konstitusi. Sikap ini dikarikaturkan oleh Leo Jordaan dengan menggambarkan Gerbrandy sebagai Don Quichot yang akan memerangi kincir angin, dengan ditemani oleh politikus dari Partai Katolik, Charles Welter, yang mengambil posisi Sancho Panza.

Vrij Nederland, 14 Oktober 1950
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Ketika Republik Maluku Selatan dikumandangkan, Gerbrandy adalah tokoh yang menyerukan bantuan bersenjata untuk RMS. Karikatur di atas menggambarkan Gerbrandy sebagai sukarelawan pertama yang siap membantu RMS, dengan pakaian militer model kuno (kemungkinan menggambarkan bahwa dia masih memimpikan masa lalu), gombrang (kemungkinan menyimbolkan bahwa dia membesar-besarkan realita), dan bertumpu pada bantal (kemungkinan bahwa dia perlu penopang semu untuk kelihatan layak dilihat).

Waktu: 1947, 1948, 1950
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa di Indonesia
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar