Rabu, 31 Juli 2019

Buku belajar huruf "Indisch ABC" dari tahun 1910 (1)

Sampul buku Indisch ABC
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
A ... arit; B ... babu; C ... Cina
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
J ... jager (pemburu); K ... kerbau; L ... lutung: M ... mangga; N ... negro; O ... opas
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)

Waktu: 1910
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa: Buku Indisch ABC adalah buku Belanda untuk anak-anak berisi pengenalan huruf dengan mengacu pada hal-hal di Hindia-Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Zwiggelaar Auctions
Catatan:

Selasa, 30 Juli 2019

Jongkok di pinggir jalan, kebiasaan warga desa zaman dulu (hingga sekarang)

Penduduk kota, bila berkendara ke desa-desa mungkin akan heran melihat para lelaki muda atau dewasa pada jongkok berdekatan di pinggir jalan. Mereka tidak duduk di tanah, tidak duduk di kursi, atau bersender di batang pohon; mereka jongkok begitu saja. Kebiasaan ini tetap dilakukan jika penduduk desa ini datang ke kota, misalnya Jakarta; tradisi jongkok ini akan terlihat di misalnya stasiun kereta api, atau di peron-peronnya.

Tidak jelas apa manfaat dari jongkok ini. Tapi jika kita melihat foto-foto zaman dulu, tampaknya ini memang kebiasaan yang sudah mendarah daging dari banyak generasi. Mungkin tidak sedikit foto zaman dulu yang menunjukkan orang jongkok. Di sini kita akan batasi ke rangkaian foto dari album perjalanan seorang Belanda bernama A.E.F. Muntz yang mengunjungi Jawa dari bulan Maret 1901 hingga Juli 1902.

Jongkok di Cirebon
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Jongkok di jembatan
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Jongkok lagi di Cirebon
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Jongkok di Kendal
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1901-1902
Tempat: Cirebon, Kendal
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Senin, 29 Juli 2019

Warga Dayak dalam sketsa zaman dulu

1848: Tarian perang (?)
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Sekitar 1840-an: Warga Dayak Ngaju
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Waktu: 1840-an, 1848
Tempat: Kalimantan
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Zwiggelaar Auctions
Catatan:

UPDATE 11 November 2020

Sebelumnya gambar ini diberi judul "1852: Wanita dan anak-anak Dayak"; sejatinya ini adalah wajah warga Karo, Sumatera Utara. Blog ini akan menampilkan foto asal dari gambar ini. Dengan ini kesalahan ini diperbaiki.


(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)

Minggu, 28 Juli 2019

Wilopo dan Ida Anak Agung Gde Agung di tahun 1948

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1948
Tempat: Kemayoran (?)
Tokoh: Wilopo (Menteri Muda Perburuhan; kelak perdana menteri dari Kabinet Wilopo; berjalan paling depan berpeci), Ida Anak Agung Gde Agung (perwakilan Negara Indonesia Timur; keempat dari kanan, berdasi dan memegang topi)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 27 Juli 2019

Sketsa tentang reruntuhan candi-candi di Jawa zaman dulu

Reruntuhan Candi Jabung
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Reruntuhan Candi Singhasari
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Reruntuhan Candi Singhasari
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Sekitar 1857: reruntuhan Candi Arjuna
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Reruntuhan Candi Prambanan
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)

Waktu: abad ke-19
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Zwiggelaar Auctions
Catatan:

Jumat, 26 Juli 2019

Sultan Hamid II di tahun 1948

1 (atau 10?) Januari 1948: Sultan Hamid II dan Monseigneur d'Arlois de Jonge dalam acara resepsi tahun baru
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
November 1948: Sultan Hamid II berbincang dengan D.R.K. de Boer, seorang tokoh penyiaran radio
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1948
Tempat: Jakarta
Tokoh: Sultan Hamid II (Sultan Pontianak)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 25 Juli 2019

Warga dan budaya Aceh dalam buku zaman dulu

1894: Anak-anak Aceh dalam pakaian kebesaran
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
1894: Berbagai jenis senjata warga Aceh seperti rencong, keris, badik, dsb.
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
1922: Perempuan Aceh
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Seorang guru dan murid-muridnya
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Tari Ula Ula Lembing (?)
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)

Waktu: 1894, 1922
Tempat: Aceh
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Zwiggelaar Auctions
Catatan:

UPDATE 16 Agustus 2020:

Untuk foto nomor 3 bandingkan juga foto lain yang akan dimuat di posting tanggal 18 Agustus 2020 yang menampilkan latar belakang studio yang sama.

Rabu, 24 Juli 2019

Pertemuan Wilopo dengan PM Belanda, Louis Beel, 1948

Louis Beel berbicang dengan Wilopo
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Louis Beel dan Wilopo melepas sepatu ...
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
... kemungkinan karena akan memasuki area yang dianggap sakral (mesjid?)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Louis Beel bersebelahan dengan Wilopo disambut Tari Tanggai
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Waktu: 1948 (atau 1947?)
Tempat: kemungkinan besar Palembang (karena disambut Tari Tanggai)
Tokoh: Wilopo (Mentri Muda Perburuhan; kelak menjadi perdana menteri yang dikenang karena nama Kabinet Wilopo), Louis Joseph Maria Beel (Perdana Menteri Belanda)
Peristiwa: Salah satu pertemuan antara pemerintah Belanda dan pihak Republik Indonesia yang masing-masing diwakili oleh PM Louise Beel dan Wilopo.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Selasa, 23 Juli 2019

Beberapa bangsawan Bali zaman dulu

Sekitar 1820: Raja Buleleng dan istri
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Sekitar 1927: Dua bangsawan muda membawa keris
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Sekitar 1931: I Gusti Agung Bagus Jelantik
(klik untuk memperbesar | © National Gallery of Australia)
Gusti Ngurah Jelantik (?)
(klik untuk memperbesar)

Waktu: 1820, 1927, 1931
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia | Zwiggelaar Auctions
Catatan:

Senin, 22 Juli 2019

Sultan Hamid II dan istrinya, Didi van Delden, di tahun 1947

Kemayoran, 16 November 1947: Didi van Delden (kiri) dan Sultan Hamid II (kanan) setelah mendarat di Jakarta.
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Didi van Delden (berbaju putih) dan Sultan Hamid II (paling kanan) di tempat dan waktu yang belum diketahui (karena ada abdi dalem berpayung kemungkinan di Kalimantan Barat?)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 16 November 1947 (foto atas)
Tempat: Kemayoran, Jakarta (foto atas)
Tokoh: Sultan Hamid II (Sultan Pontianak), Didi van Delden (istri Sultan Hamid II)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 21 Juli 2019

Reproduksi atas sketsa Jakarta dan pelabuhannya karya Jan Van Ryne 1754

(klik untuk memperbesar)

Contoh salinan yang terbalik
(klik untuk memperbesar)
Contoh salinan dari zaman mesin cetak
(klik untuk memperbesar)
Waktu: 1754 (di karya original)
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta:
Catatan:

Sabtu, 20 Juli 2019

Pakubuwono XI bersama Gubernur Jawa Timur Charles Olke van der Plas, 1941

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 6 Maret 1941
Tempat: Surabaya
Tokoh d.ki.k.ka.: Charles Olke van der Plas (Gubernur Jawa Timur), Pakubuwono XI (Susuhunan Surakarta), istri Pakubuwono XI, istri van der Plas
Peristiwa: Pakubuwono XI bersama Ratu berbincang dengan Gubernur Jawa Timur dalam kunjungannya ke Surabaya, dengan latar belakang foto Ratu Wilhelmina.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 19 Juli 2019

Lukisan-lukisan tentang Jakarta dari tahun 1770

Balai kota
(klik untuk memperbesar)
Tembok pertahanan Gelderland dengan Gereja Portugis dan latar belakang pegunungan sekitar Bogor
(klik untuk memperbesar)
Benteng pelabuhan (Sunda Kelapa?) dan tempat kediaman Gubernur VOC
(klik untuk memperbesar)

Waktu: 1770
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Ini adalah 3 lukisan tentang Jakarta yang dikeluarkan di tahun 1770. Lukisan-lukisan ini selalu diberi judul terbalik di bagian atas, dalam bahasa Perancis, dan diberi deskripsi di bagian bawah dalam bahasa Jerman (kiri) dan Perancis (kanan).
Fotografer:
Sumber / Hak cipta:
Catatan:

Kamis, 18 Juli 2019

Hamengkubuwono IX dan Tony Lovink dalam acara pengakuan kedaulatan, 1949

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 27 Desember 1949
Tempat: Istana Merdeka (Jakarta)
Tokoh: Hamengkubuwono IX (Sultan Yogyakarta), Antonius Hermanus Johannes Lovink (Komisaris Tinggi, ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda; berpidato)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 17 Juli 2019

Gambar Diponegoro, Kiai Maja, dan Sentot Prawirodirjo dari abad ke-19

Diponegoro
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Kiai Maja
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Sentot Prawirodirjo
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Diponegoro
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)

Waktu: abad ke-19 (kemungkinan sekitar tahun 1840-1850)
Tempat:
Tokoh: Pangeran Diponegoro (pemimpin perjuangan melawan kekuasaan Belanda di Jawa), Sentot Prawirodirjo (panglima perang dalam perang Diponegoro), Kiai Maja (ulama pendukung perang Diponegoro)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Zwiggelaar Auctions
Catatan:

Selasa, 16 Juli 2019

Nasib Tjarda van Starkenborgh Stachouwer di pengasingan di Manchuria, 1943

Tjarda van Starkenborgh Stachouwer berkebun di kamp tawanan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tawanan Belanda lainnya (dengan topi KNIL?) di perkebunan di kamp tawanan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1943
Tempat: Manchuria (Tiongkok)
Tokoh: Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Hindia-Belanda 1936-1942)
Peristiwa: Setelah Hindia-Belanda menyerah kepada Jepang, militer Jepang memasukkan kaum wanita Belanda dan anak-anak ke kamp tawanan seperti di Cideng, Kampung Makassar, atau Kampili (Gowa). Lelaki Belanda diasingkan ke kamp tawanan di Manchuria, Tiongkok. Jepang menawarkan tahanan rumah, kemungkinan di Jakarta, dan perlakuan khusus untuk Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, tetapi Tjarda menolak. Maka dia pun ikut diasingkan ke Manchuria. Dua foto di atas merupakan propaganda Jepang untuk rakyat Indonesia yang memperlihatkan bahwa "tuan-tuan" Belanda yang dulu sangat kuasa sekarang harus kalah dan tunduk pada Jepang.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 15 Juli 2019

Jenis-jenis pembantu di rumah Belanda zaman dulu dalam gambar

Babu
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Koki
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Jongos
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)
Tukang menjahit
(klik untuk memperbesar | © zwiggelaarauctions)

Waktu: kemungkinan 1909
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Zwiggelaar Auctions
Catatan:  Gambar pertama akan dimuat ulang pada tanggal 27 Juni 2020 dalam ukuran yang lebih besar.