Selasa, 31 Mei 2022

Dari sebuah album foto tentang Cilacap dan sekitarnya di kisaran tahun 1908 (2)

Solok Kipah, di pesisir selatan Nusa Kambangan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Sebuah jalan yang diapit rangkaian pohon kenari
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Gudang penyimpanan gula
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Kediaman Asisten Residen Cilacap
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Gedung De sociëteit te Tjilatjap
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: sekitar 1908
Tempat: Cilacap, Nusa Kambangan
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Senin, 30 Mei 2022

Fasisme di Hindia Belanda: Para pengikut NSB di Medan

PENGANTAR

Selepas Perang Dunia I fasisme merebak di banyak negara di Eropa, dan memuncak di berkuasanya pengikut paham ini di Italia dan Jerman. Belanda, dan juga Hindia-Belanda, ikut dilanda ideologi ini. Warga Belanda di Nusantara yang terpikat fasisme mendirikan organisasi NIFO (Nederlandsch Indische Fascisten Organisatie) di awal tahun 1930an, yang kemudian melebur ke organisasi "induk" Belanda NSB (Nationaal-Socialistische Beweging) pimpinan Anton Mussert.

Ketika Jerman menyerbu serta menduduki Belanda di tahun 1940, dan pemerintah Belanda bersama pihak Kerajaan harus mengungsi ke Inggris, NSB menjadi kaki tangan pendudukan Jerman. Pemerintahan Hindia-Belanda yang loyal terhadap Ratu Wilhelmina, melarang NSB dan menutup semua kantornya di Nusantara.

Seri foto berikut menampilkan gambar dari masa maraknya NSB dan pengikutnya di Hindia-Belanda.


22 Februari 1935: Sebuah rumah yang menjadi markas NSB di Medan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
8 Juli 1936: Pimpinan NSB di Medan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
6 September 1936: Tokoh NSB Belanda, Gerrit van Duyl (memegang topi kolonial) bersama para pengikut NSB di pelabuhan Belawan …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
… sebelum Van Duyl kembali ke Belanda setelah lawatannya di Nusantara
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)


Waktu: 1935, 1936
Tempat: Medan
Tokoh: Gerrit van Duyl (teolog Protestan dan politisi pucuk pimpinan NSB)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lelaki di foto keempat yang mengenakan topi kolonial di belakang Van Duyl lumayan mirip dengan tokoh yang disinyalir sebagai "dalang" NSB oleh karikatur yang pernah dimuat di posting ini. Pilihan lain adalah lelaki paling kanan di foto kedua.

Minggu, 29 Mei 2022

Dari sebuah album foto tentang Cilacap dan sekitarnya di kisaran tahun 1908 (1)

Sampul album foto
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pantai selatan Nusa Kambangan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Pantai utara Nusa Kambangan
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Benturan ombak di Solok Kipah, pesisir selatan Nusa Kambangan
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Waktu: sekitar 1908
Tempat: Nusa Kambangan
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia
Catatan:

Sabtu, 28 Mei 2022

Fasisme di Hindia Belanda: Ir. Anton Ludovicus van der Laaken, pucuk pimpinan NSB yang peranakan

PENGANTAR

Selepas Perang Dunia I fasisme merebak di banyak negara di Eropa, dan memuncak di berkuasanya pengikut paham ini di Italia dan Jerman. Belanda, dan juga Hindia-Belanda, ikut dilanda ideologi ini. Warga Belanda di Nusantara yang terpikat fasisme mendirikan organisasi NIFO (Nederlandsch Indische Fascisten Organisatie) di awal tahun 1930an, yang kemudian melebur ke organisasi "induk" Belanda NSB (Nationaal-Socialistische Beweging) pimpinan Anton Mussert.

Ketika Jerman menyerbu serta menduduki Belanda di tahun 1940, dan pemerintah Belanda bersama pihak Kerajaan harus mengungsi ke Inggris, NSB menjadi kaki tangan pendudukan Jerman. Pemerintahan Hindia-Belanda yang loyal terhadap Ratu Wilhelmina, melarang NSB dan menutup semua kantornya di Nusantara.

Seri foto berikut menampilkan gambar dari masa maraknya NSB dan pengikutnya di Hindia-Belanda, termasuk tentang insinyur asal Bandung, Anton Ludovicus van der Laaken, yang menjadi pucuk pimpinan NSB di Hindia-Belanda. Menarik untuk dicatat bahwa Van der Laaken, seperti halnya sekitar 70% pendukung NSB di Hindia-Belanda, berdarah indo, alias campuran antara Belanda dan Indonesia. Tingginya persentase pengikut NSB yang peranakan memunculkan dugaan bahwa para indo ini melihat NSB sebagai saluran untuk memperlihatkan bahwa mereka tidak kalah kelas dengan Belanda "totok".


Van der Laaken dalam seragam fasis hitam-hitam
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jakarta, 18 Desember 1937: Van der Laaken mengacungkan salam fasis di acara Landdag (pertemuan akbar) NSB
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Jakarta, 18 Desember 1937: Van der Laaken (di jendela kedua dari kanan) di kendaraan yang membawa para pengikut NSB peserta Landdag ke hotel tempat mereka menginap
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1937
Tempat: Jakarta
Tokoh: Anton Ludovicus van der Laaken (pemimpin NSB di Hindia-Belanda)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 27 Mei 2022

Sepuluh foto dari "Atjeh-Album" karya perwira Belanda S. Bonga keluaran tahun 1889 (4)

Dari NGA

Pohon beringin di Neusu, Kutaraja, di kawasan perumahan perwira Belanda
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Gunongan (kiri) dan makam Sultan Iskandar Thani (kanan)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Makam Letnan Satu D.J. Schäfer yang tewas dalam sebuah pertempuran pada tanggal 18 Mei 1886. Menurut batu nisannya, D.J. Schäfer lahir di Singkawang.
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Dari Universiteit Leiden

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1889 atau sebelumnya
Tempat: Kutaraja
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia | Universiteit Leiden
Catatan:

Kamis, 26 Mei 2022

Fasisme di Hindia Belanda: Pengikut NSB di Surabaya

PENGANTAR

Selepas Perang Dunia I fasisme merebak di banyak negara di Eropa, dan memuncak di berkuasanya pengikut paham ini di Italia dan Jerman. Belanda, dan juga Hindia-Belanda, ikut dilanda ideologi ini. Warga Belanda di Nusantara yang terpikat fasisme mendirikan organisasi NIFO (Nederlandsch Indische Fascisten Organisatie) di awal tahun 1930an, yang kemudian melebur ke organisasi "induk" Belanda NSB (Nationaal-Socialistische Beweging) pimpinan Anton Mussert.

Ketika Jerman menyerbu serta menduduki Belanda di tahun 1940, dan pemerintah Belanda bersama pihak Kerajaan harus mengungsi ke Inggris, NSB menjadi kaki tangan pendudukan Jerman. Pemerintahan Hindia-Belanda yang loyal terhadap Ratu Wilhelmina, melarang NSB dan menutup semua kantornya di Nusantara.

Seri foto berikut menampilkan gambar dari masa maraknya NSB dan pengikutnya di Hindia-Belanda, antara lain di Surabaya.


19 Januari 1934: Deklarasi pendirian NSB di Surabaya, dengan bendera NSB, foto Ratu Wilhelmina, dan foto Anton Mussert
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
19 Januari 1935: Foto bersama para pengikut NSB memperingati satu tahun berdirinya NSB di Surabaya, sesi para lelaki …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
… dan sesi foto bersama para wanita
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
22 Agustus 1936: Pimpinan Nationale Jeugdstorm (berseragam) bersama seorang petinggi NSB …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
…  dan bersama tiga petinggi NSB
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Tiga pimpinan NSB di Surabaya, salah satunya kemungkinan berdarah campuran
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1930-an (a.l. 1934, 1935, 1936)
Tempat: Surabaya
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 25 Mei 2022

Sepuluh foto dari "Atjeh-Album" karya perwira Belanda S. Bonga keluaran tahun 1889 (3)

Dari NGA

Gampong Keudah di Kutaraja dengan kediaman controleur Belanda
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Kereta api dan barisan pasukan Belanda di jembatan di atas Krueng Aceh (jembatan Demmenie)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Kawasan pemukiman orang Eropa di Gampong Keudah, Kutaraja
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Dari Universiteit Leiden

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1889 atau sebelumnya
Tempat: Kutaraja
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia | Universiteit Leiden
Catatan:

Selasa, 24 Mei 2022

Fasisme di Hindia Belanda: Kunjungan Anton Mussert ke Nusantara

PENGANTAR

Selepas Perang Dunia I fasisme merebak di banyak negara di Eropa, dan memuncak di berkuasanya pengikut paham ini di Italia dan Jerman. Belanda, dan juga Hindia-Belanda, ikut dilanda ideologi ini. Warga Belanda di Nusantara yang terpikat fasisme mendirikan organisasi NIFO (Nederlandsch Indische Fascisten Organisatie) di awal tahun 1930an, yang kemudian melebur ke organisasi "induk" Belanda NSB (Nationaal-Socialistische Beweging) pimpinan Anton Mussert.

Ketika Jerman menyerbu serta menduduki Belanda di tahun 1940, dan pemerintah Belanda bersama pihak Kerajaan harus mengungsi ke Inggris, NSB menjadi kaki tangan pendudukan Jerman. Pemerintahan Hindia-Belanda yang loyal terhadap Ratu Wilhelmina, melarang NSB dan menutup semua kantornya di Nusantara.

Seri foto berikut menampilkan gambar dari masa maraknya NSB dan pengikutnya di Hindia-Belanda, termasuk kunjungan pucuk pimpinan NSB Anton Mussert dari Belanda ke Jawa bulan Juli/Agustus 1935.


Anton Mussert di tangsi tentara Darmo, Surabaya, bersama simpatisan NSB dari kalangan militer. D.ki.ke.ka.: Kruitbos (pemimpin NSB Surabaya, mantan kapten artileri), Koppers (kolonel kesatuan lapis baja), Anton Mussert, 2 petinggi NSB, J. de Mos (kapten KNIL)
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Kruitbos (kedua dari kiri) dan Anton Mussert (tengah), di teras sebuah rumah dengan lambang NSB
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Anton Mussert bersama para pendukung NSB di Tretes, Pasuruan
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)


Waktu: 1935
Tempat: Surabaya, Tretes (Pasuruan)
Tokoh: Anton Adriaan Mussert (tokoh utama fasisme di Belanda)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: Lihat juga karikatur yang kritis atas kunjungan Anton Mussert ini di posting ini.

Senin, 23 Mei 2022

Sepuluh foto dari "Atjeh-Album" karya perwira Belanda S. Bonga keluaran tahun 1889 (2)

Dari NGA

Masjid Raya Baiturrahman dan pohon Kohler
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Rangkaian artileri di Kutaraja; yang beroda merupakan senjata Belanda, yang tanpa roda adalah meriam perungu Aceh yang dikuasai Belanda
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Tempat tinggal untuk 4 letnan Belanda di Kutaraja, di area yang disebut "kawasan Surabaya"
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Dari Universiteit Leiden

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1889 atau sebelumnya
Tempat: Kutaraja
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia | Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 22 Mei 2022

Fasisme di Hindia Belanda: Pengikut NSB di Bandung

PENGANTAR

Selepas Perang Dunia I fasisme merebak di banyak negara di Eropa, dan memuncak di berkuasanya pengikut paham ini di Italia dan Jerman. Belanda, dan juga Hindia-Belanda, ikut dilanda ideologi ini. Warga Belanda di Nusantara yang terpikat fasisme mendirikan organisasi NIFO (Nederlandsch Indische Fascisten Organisatie) di awal tahun 1930an, yang kemudian melebur ke organisasi "induk" Belanda NSB (Nationaal-Socialistische Beweging) pimpinan Anton Mussert.

Ketika Jerman menyerbu serta menduduki Belanda di tahun 1940, dan pemerintah Belanda bersama pihak Kerajaan harus mengungsi ke Inggris, NSB menjadi kaki tangan pendudukan Jerman. Pemerintahan Hindia-Belanda yang loyal terhadap Ratu Wilhelmina, melarang NSB dan menutup semua kantornya di Nusantara.

Seri foto berikut menampilkan gambar dari masa maraknya NSB dan pengikutnya di Hindia-Belanda.


Lima pengurus NSB Bandung, salah satunya berwajah lokal
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Seorang kader NSB bersama pembantu rumah tangganya
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Petinggi NSB Bandung dalam pakaian putih-putih …
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
… sebagian beralih ke seragam fasis hitam-hitam
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Waktu: 1930-an
Tempat: Bandung
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 21 Mei 2022

Sepuluh foto dari "Atjeh-Album" karya perwira Belanda S. Bonga keluaran tahun 1889 (1)

Dari NGA

Jilid album foto
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Halaman pertama yang a.l. menerangkan bahwa foto-foto diambil oleh seorang perwira Belanda bernama S. Bonga, dan teks penjelasan dibuat oleh Kolonel Zeni Gustaaf Eugenius Victor Lambert van Zuylen (1837-1905)
(klik untuk memperbesar | © NGA)
Dermaga di Ulee Lheue, Banda Aceh
(klik untuk memperbesar | © NGA)

Dari Universiteit Leiden

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1889 atau sebelumnya
Tempat: Banda Aceh
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: National Gallery of Australia | Universiteit Leiden
Catatan: