Senin, 30 April 2018

Tandu sebagai alat transportasi di zaman Belanda (3)

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1875 (foto atas), 1910 (dua foto bawah)
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 29 April 2018

Pertemuan antara TNI dan militer Belanda di Purworejo, 1949

PENGANTAR

Menjelang pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda, yang menandai berakhirnya perang kemerdekaan, banyak terjadi pertemuan antara militer Belanda dengan TNI, yang umumnya diperantarai oleh KTN (Komisi Tiga Negara). Pertemuan bisa merundingkan gencatan senjata atau, jika di penghujung 1949, proses serah terima kekuasaan dari militer Belanda ke pihak TNI dan Republik. Rangkaian foto berikut akan menunjukkan peristiwa ini di berbagai tempat.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 21 Oktober 1949
Tempat: Purworejo
Tokoh: Ahmad Yani (? Komandan Wehrkreis II?)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 27 April 2018

Aksi Polisionil 1: Perundingan gencatan senjata di Mandiraja, Purbalingga

Kapten Suwito Haryoko (kiri) dan Letnan Abukasan menyalami para perwira KTN, yaitu Letnan R.G. Pierre (AS, kanan) dan Mayor Andrew Smith (Australia), dengan keramahtamahan khas Indonesia
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Abukasan dan Suwito Haryoko bersama R.G. Pierre dan Andrew Smith
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Penandatanganan sebuah dokumen oleh Kapten Suwito Haryoko
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Suwito dan Abukasan bersama para perwira KTNI dan dua perwira Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Agustus 1947
Tempat: Mandiraja (Purbalingga)
Tokoh: Kapten Suwiko Haryoko, Letnan Abukasan
Peristiwa: Pertemuan antara TNI yang diwakili Suwiko Haryoko dan Abukasan dengan KTN dan militer Belanda untuk membicarakan gencatan senjata di wilayah Purbalingga, Jawa Tengah
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Kamis, 26 April 2018

Ular sanca memakan celeng, 1901

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1901/1902
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Charls & van Es & Co./ Universiteit Leiden
Catatan: Foto ini berasal dari catatan perjalanan A.E.F. Muntz ke Jawa di tahun 1901-1902

Rabu, 25 April 2018

Pertemuan antara TNI dan militer Belanda di Leuwiliang, Bogor 1948 (2)

PENGANTAR

Menjelang pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda, yang menandai berakhirnya perang kemerdekaan, banyak terjadi pertemuan antara militer Belanda dengan TNI, yang umumnya diperantarai oleh KTN (Komisi Tiga Negara). Pertemuan bisa merundingkan gencatan senjata atau, jika di penghujung 1949, proses serah terima kekuasaan dari militer Belanda ke pihak TNI dan Republik. Rangkaian foto berikut akan menunjukkan peristiwa ini di berbagai tempat

Kolonel Mayer (perwira KTN asal AS) berjalan bersama para perwira TNI menuju barisan pasukan TNI
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Kolonel Mayer memeriksa barisan pasukan TNI
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pasukan TNI berbincang dengan seorang fotografer perang
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pertemuan antara TNI dan militer Belanda dengan perantara KTN
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pasukan TNI bersantai di saat pertemuan antara perwira mereka dengan pihak Belanda dan KTN
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 23 Januari 1948 (?)
Tempat: Leuwiliang (Bogor)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Hesselman
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Selasa, 24 April 2018

Lapangan terbang Sukamiskin, Bandung 1921

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1921
Tempat: Sukamiskin (Bandung)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Senin, 23 April 2018

Pertemuan antara TNI dan militer Belanda di Leuwiliang, Bogor 1948 (1)

PENGANTAR

Menjelang pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda, yang menandai berakhirnya perang kemerdekaan, banyak terjadi pertemuan antara militer Belanda dengan TNI, yang umumnya diperantarai oleh KTN (Komisi Tiga Negara). Pertemuan bisa merundingkan gencatan senjata atau, jika di penghujung 1949, proses serah terima kekuasaan dari militer Belanda ke pihak TNI dan Republik. Rangkaian foto berikut akan menunjukkan peristiwa ini di berbagai tempat.

Para perwira KTN dan Belanda berjalan menuju tempat pertemuan dengan melintasi jembatan yang tampaknya dirusak para pejuang di saat perang berkecamuk
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Seorang komandan TNI menyambut kedatangan para perwira KTN dan Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Komandan TNI menyalami Kolonel Mayer (perwira KTN asal AS) yang didampingi perwira KTN asal Perancis (berselimpang tas) dan Kolonel A.A.J. Thomson (komandan Brigade Infantri I Belanda; berkacamata gelap)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Komandan TNI membawa para perwira KTN dan Belanda menuju tempat pasukan TNI dengan menyeberangi kali yang jembatannya sudah dirusak dan dilalui dengan batang pohon sebagai jembatan darurat
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 23 Januari 1948 (?)
Tempat: Leuwiliang (Bogor)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Hesselman
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Minggu, 22 April 2018

Pengembangbiakan kuda di Pengalengan, Bandung, 1910

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1910 (dua foto pertama), 1930 (foto terakhir)
Tempat: Pengalengan (Bandung)
Tokoh:
Peristiwa: Kedua foto pertama tampaknya memperlihatkan kontes atau penilaian atau juga pemeriksaan atas kuda-kuda Pengalengan
Fotografer: 
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Sabtu, 21 April 2018

Pertemuan antara TNI dan militer Belanda di Batusangkar, 1949

PENGANTAR

Menjelang pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda, yang menandai berakhirnya perang kemerdekaan, banyak terjadi pertemuan antara militer Belanda dengan TNI, yang umumnya diperantarai oleh KTN (Komisi Tiga Negara). Pertemuan bisa merundingkan gencatan senjata atau, jika di penghujung 1949, proses serah terima kekuasaan dari militer Belanda ke pihak TNI dan Republik. Rangkaian foto berikut akan menunjukkan peristiwa ini di berbagai tempat.

Pasukan TNI berbaris menyambut kedatangan pihak militer Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pasukan KNIL berfoto bersama tokoh dan warga Batusangkar
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pasukan KNIL bersantai di acara pertemuan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Oktober 1949
Tempat: Batusangkar (Minangkabau)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 20 April 2018

Industri pengolahan belerang di Kawah Putih, Ciwidey, Bandung 1931

Kawah Putih di sekitar tahun 1925
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Pabrik pengolahan belerang di Kawah Putih, 1931
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Warga Belanda pengelola industri belerang di Kawah Putih
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1925, 1931
Tempat: Kawah Putih (Ciwidey, Bandung)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: P.J. Winter (dua foto terakhir)
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Kamis, 19 April 2018

Aksi Polisionil 2 di Blitar, Wonogiri, dan Medan

Blitar, 20/22 Desember 1948: Pasukan Belanda merebut sebuah markas TNI
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Wonogiri, Januari 1949: Pergerakan pasukan KNIL di rute Wonogiri-Pacitan
(klik untuk memperbesar | © Th. van de Burgt / gahetna)
Medan, Januari 1949: Markas TNI setelah dikuasai tentara Belanda
(klik untuk memperbesar | © B. Huisman / gahetna)

Waktu: 1948, 1949
Tempat: Blitar, Medan, Wonogiri
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Th. van de Burgt (foto kedua), B. Huisman (foto ketiga)
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo / Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 18 April 2018

Dewan pemerintahan daerah (regentschapsraad) di zaman Belanda: Batang, 1930

PENGANTAR

Dimulai di pertengahan tahun 1920-an pemerintah Hindia-Belanda membentuk regentschapsraad (dewan pemerintahan daerah) di beberapa wilayah. Meski kewenangannya tidak besar, dan juga keanggotaannya tidak ditentukan rakyat, ini termasuk langkah maju di dalam menampung aspirasi warga jajahan, sebagaimana halnya pembentukan Volksraad beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan foto-foto yang tersedia, dewan pemerintahan daerah ini kelihatannya hanya dibentuk di wilayah Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian kecil Jawa Tengah.

Yang menarik dari foto-foto ini adalah keanggotaan dewan dan bagaimana pakaian yang dikenakan menunjukkan latar belakangnya. Warga Belanda tentunya berpakaian a la Barat; dan tanpa tutup kepala. Jumlah warga Belanda ini umumnya sedikit, kecuali di daerah yang menjadi tempat favorit mereka tinggal, seperti Jakarta, Bandung, atau Garut.

Warga lokal memiliki keanekaragaman dalam hal berpakaian. Kelompok priyayi umumnya mengenakan blangkon, baju adat, serta kain batik untuk bawahannya. Warga yang mendapat pendidikan Barat sudah mengenakan pakaian a la Barat, misalnya bercelana panjang, berjas, berdasi, dan tanpa tutup kepala. Kaum bangsawan yang mengenyam pendidikan modern berada di tengah-tengah: tetap mengenakan blangkon dan baju adat, tetapi menambahinya dengan dasi, baik yang panjang maupun kupu-kupu; bawahannya bisa celana atau kain tradisional. Di samping itu ada juga kelompok ulama atau saudagar Muslim yang mengenakan serban atau peci, baju jas tertutup atau jubah panjang, dengan bawahan kain sarung atau celana panjang.

Hampir semua yang muncul di foto adalah laki-laki. Ada beberapa wanita kulit putih, serta perempuan berkebaya di foto tertentu; tapi tidak jelas apakah mereka anggota dewan juga, atau istri dari salah satu anggota dewan.

Dewan pemerintahan daerah Batang, 1930
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1930
Tempat: Batang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Selasa, 17 April 2018

Aksi Polisionil 2: Pasukan Belanda di Yogyakarta

19 Desember 1948: Infantri Belanda menggempur posisi TNI
(klik untuk memperbesar | © Th. van de Burgt / gahetna)
Desember 1948: Angkatan Udara Belanda setelah menduduki Maguwo
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 1948
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

UPDATE 9 Oktober 2021
Foto pertama dalam ukuran yang lebih besar:
(klik untuk memperbesar | © AVS)

Senin, 16 April 2018

Dewan pemerintahan daerah (regentschapsraad) di zaman Belanda: Pemalang, 1930

PENGANTAR

Dimulai di pertengahan tahun 1920-an pemerintah Hindia-Belanda membentuk regentschapsraad (dewan pemerintahan daerah) di beberapa wilayah. Meski kewenangannya tidak besar, dan juga keanggotaannya tidak ditentukan rakyat, ini termasuk langkah maju di dalam menampung aspirasi warga jajahan, sebagaimana halnya pembentukan Volksraad beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan foto-foto yang tersedia, dewan pemerintahan daerah ini kelihatannya hanya dibentuk di wilayah Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian kecil Jawa Tengah.

Yang menarik dari foto-foto ini adalah keanggotaan dewan dan bagaimana pakaian yang dikenakan menunjukkan latar belakangnya. Warga Belanda tentunya berpakaian a la Barat; dan tanpa tutup kepala. Jumlah warga Belanda ini umumnya sedikit, kecuali di daerah yang menjadi tempat favorit mereka tinggal, seperti Jakarta, Bandung, atau Garut.

Warga lokal memiliki keanekaragaman dalam hal berpakaian. Kelompok priyayi umumnya mengenakan blangkon, baju adat, serta kain batik untuk bawahannya. Warga yang mendapat pendidikan Barat sudah mengenakan pakaian a la Barat, misalnya bercelana panjang, berjas, berdasi, dan tanpa tutup kepala. Kaum bangsawan yang mengenyam pendidikan modern berada di tengah-tengah: tetap mengenakan blangkon dan baju adat, tetapi menambahinya dengan dasi, baik yang panjang maupun kupu-kupu; bawahannya bisa celana atau kain tradisional. Di samping itu ada juga kelompok ulama atau saudagar Muslim yang mengenakan serban atau peci, baju jas tertutup atau jubah panjang, dengan bawahan kain sarung atau celana panjang.

Hampir semua yang muncul di foto adalah laki-laki. Ada beberapa wanita kulit putih, serta perempuan berkebaya di foto tertentu; tapi tidak jelas apakah mereka anggota dewan juga, atau istri dari salah satu anggota dewan.

Dewan pemerintahan daerah Pemalang, 1930
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 31 Januari 1930
Tempat: Pemalang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 15 April 2018

Pasukan Belanda meninggalkan Wonosobo menjelang penyerahan kota ke pihak TNI, 1949

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 18 Oktober 1949
Tempat: Wonosobo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Boekholt
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

UPDATE 10 Desember 2018: Tambahan foto yang memperlihatkan tentara Belanda dengan truk militernya yang mengeret meriam, siap meninggalkan Wonosobo. Kemungkinan ini adalah truk yang sama yang ada di foto ketiga di atas, tetapi diambil dari sisi depan.

(klik untuk memperbesar | © Boekholt / gahetna)

Sabtu, 14 April 2018

Dewan pemerintahan daerah (regentschapsraad) di zaman Belanda: Majalengka, 1926

PENGANTAR

Dimulai di pertengahan tahun 1920-an pemerintah Hindia-Belanda membentuk regentschapsraad (dewan pemerintahan daerah) di beberapa wilayah. Meski kewenangannya tidak besar, dan juga keanggotaannya tidak ditentukan rakyat, ini termasuk langkah maju di dalam menampung aspirasi warga jajahan, sebagaimana halnya pembentukan Volksraad beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan foto-foto yang tersedia, dewan pemerintahan daerah ini kelihatannya hanya dibentuk di wilayah Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian kecil Jawa Tengah.

Yang menarik dari foto-foto ini adalah keanggotaan dewan dan bagaimana pakaian yang dikenakan menunjukkan latar belakangnya. Warga Belanda tentunya berpakaian a la Barat; dan tanpa tutup kepala. Jumlah warga Belanda ini umumnya sedikit, kecuali di daerah yang menjadi tempat favorit mereka tinggal, seperti Jakarta, Bandung, atau Garut.

Warga lokal memiliki keanekaragaman dalam hal berpakaian. Kelompok priyayi umumnya mengenakan blangkon, baju adat, serta kain batik untuk bawahannya. Warga yang mendapat pendidikan Barat sudah mengenakan pakaian a la Barat, misalnya bercelana panjang, berjas, berdasi, dan tanpa tutup kepala. Kaum bangsawan yang mengenyam pendidikan modern berada di tengah-tengah: tetap mengenakan blangkon dan baju adat, tetapi menambahinya dengan dasi, baik yang panjang maupun kupu-kupu; bawahannya bisa celana atau kain tradisional. Di samping itu ada juga kelompok ulama atau saudagar Muslim yang mengenakan serban atau peci, baju jas tertutup atau jubah panjang, dengan bawahan kain sarung atau celana panjang.

Hampir semua yang muncul di foto adalah laki-laki. Ada beberapa wanita kulit putih, serta perempuan berkebaya di foto tertentu; tapi tidak jelas apakah mereka anggota dewan juga, atau istri dari salah satu anggota dewan.

Dewan pemerintahan daerah Majalengka, 1926
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: antara 1926-1929
Tempat: Majalengka
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 13 April 2018

Aksi Polisionil 1: Beberapa foto dari Jawa Timur

Madura, 4 Agustus 1947: Tank amfibi dari kesatuan marinir Belanda mencoba melintaso sebuah kali
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Malang, 2 Agustus 1947: Pasukan Belanda menggeledah dua delman
(klik untuk memperbesar | © Hugo Wilmar / spaarnestad / gahetna)
Tugu berwarna merah putih di Mojokerto yang didirikan para pejuang untuk mengenang para rekannya yang gugur
(klik untuk memperbesar | © Hugo Wilmar / spaarnestad / gahetna)
Probolinggo, 22 Juli 1947: Pasukan Belanda menduduki pelabuhan dan mengganti bendera merah putih dengan merah putih biru
(klik untuk memperbesar | © Hugo Wilmar / spaarnestad / gahetna)
Juli 1947: Seorang prajurit Belanda mengawasi garis demarkasi di sekitar Surabaya, menjelang Aksi Polisionil 1
(klik untuk memperbesar | © Hugo Wilmar / spaarnestad / gahetna)

Waktu: 1947
Tempat: Madura, Malang, Mojokerto, Probolinggo, Surabaya
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Hugo Wilmar (4 foto)
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo / Het Nationaal Archief
Catatan:

UPDATE 3 Januari 2020
Foto nomor 2 dan 4 dalam ukuran yang lebih besar:

(klik untuk memperbesar | © Het Geheugen / Spaanerstad)
(klik untuk memperbesar | © Het Geheugen / Spaanerstad)