Rabu, 31 Januari 2018

Selasa, 30 Januari 2018

Sultan Deli, Ma'mun al-Rasyid Perkasa Alamsyah, 1880-1910

Medan, 1880
(klik untuk memperbesar | © C.J. Kleingrothe / KITLV)
Jakarta, 1883
(klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / KITLV)
Jakarta, 1883
(klik untuk memperbesar | © Woodbury & Page / KITLV)
Medan, 1898
(klik untuk memperbesar | © C.J. Kleingrothe / KITLV)
Medan, 1910
(klik untuk memperbesar | © Asahi & Co / KITLV)

Waktu: 1880, 1883, 1898, 1910
Tempat: Jakarta, Medan
Tokoh: Ma'mun al-Rasyid Perkasa Alamsyah (Sultan Deli 1873-1924)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Minggu, 28 Januari 2018

Sultan Riau dan Lingga, Sulaiman II Badrul Alam Syah, di Jakarta 1867

(klik untuk memperbesar | © KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: 1867
Tempat: Jakarta
Tokoh: Sulaiman II Badrul Alam Syah (Sultan Riau dan Lingga 1858-1883)
Peristiwa: Badrul Alam Syah dan rombongan kesultanan berkunjung ke Jakarta guna menghadap Gubernur Jenderal P. Mijer. Perjalanan di tahun 1867 ini digunakan juga untuk berfoto.
Fotografer: Woodbury & Page
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Sabtu, 27 Januari 2018

Jembatan yang dirusak pejuang kemerdekaan untuk menghambat gerakan pasukan Belanda - Lobongkok (Pemalang), 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Juli 1947
Tempat: Lobongkok (Banjarmulya, Pemalang)
Tokoh:
Peristiwa: Para pejuang kemerdekaan mencoba menghambat gerakan pasukan Belanda semasa Aksi Polisionil 1 dengan memasang ranjau di jembatan di dukuh Lobongkok, yang menghubungkan Pemalang dengan Tegal. Kemungkinan para pejuang kemudian menembaki pasukan Belanda yang berada di sekitar jembatan, dan memaksa mereka untuk turun ke bantaran sungai untuk membalas serangan. Foto keempat kemungkinan memperlihatkan usaha memperbaiki jembatan sesudahnya dan mentransportasikan kendaraan militer secara darurat.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Ini adalah update atas sebuah posting sebelumnya.

Jumat, 26 Januari 2018

Abdulkadir Widjojoatmodjo sebagai perwira NICA di Papua 1944/1945

Seorang warga Papua mendatangi meja kerja Abdulkadir
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Abdulkadir (duduk di kursi keempat dari kiri) bersama aparat pemerintahan NICA di Jayapura
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Sebuah acara di mana Abdulkadir memberikan penghargaan kepada warga Papua bernama Jeschel Rimper
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: 1944/1945
Tempat: Jayapura (Papua)
Tokoh: Kolonel Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo (perwira KNIL asal Jawa yang sangat pro-Belanda; kelak Abdulkadir menjadi ketua delegasi Belanda di perundingan Renville)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Kamis, 25 Januari 2018

Tentara Jepang yang ditahan Belanda bersama pejuang kemerdekaan, 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 1947
Tempat: penjara militer Glodok (?)
Tokoh:
Peristiwa: Lelaki paling kiri dan yang di tengah kemungkinan besar adalah tentara Jepang yang menolak untuk menyerah atau dipulangkan ke negaranya, dan lebih memilih untuk bergabung bersama pejuang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 24 Januari 2018

Konferensi Malino, 1946 (16): Para peserta dari Sulawesi

PENGANTAR

Konferensi Malino adalah sebuah pertemuan yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, diprakarsai pihak Belanda, dan dihadiri oleh 39 perwakilan dari Kalimantan dan Indonesia bagian Timur (De Groote Oost), untuk membicarakan rencana pembentukan negara-negara federal di Hindia-Belanda. Pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal van Mook ini tampaknya bertujuan mengukuhkan pengaruh Belanda di masa depan Indonesia, dengan membentuk wilayah-wilayah yang cenderung pro-Belanda.

Berikut beberapa foto dari peristiwa ini.


Najamuddin Daeng Malewa dari Makassar
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Najamuddin Daeng Malewa (paling kanan) dan para peserta lain
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: antara 15 dan 25 Juli 1946
Tempat: Malino (Sulawesi Selatan)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Selasa, 23 Januari 2018

Aksi Polisionil 2: Pasukan Belanda menangkap para pejuang di Padang dan Rantauprapat, 1948

Rantauprapat, 19 Desember 1948
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Padang, 23 Desember 1948
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: Desember 1948
Tempat: Padang, Rantauprapat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 22 Januari 2018

Konferensi Malino, 1946 (15): Para peserta dari Flores, Sumbawa, dan Timor

PENGANTAR

Konferensi Malino adalah sebuah pertemuan yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, diprakarsai pihak Belanda, dan dihadiri oleh 39 perwakilan dari Kalimantan dan Indonesia bagian Timur (De Groote Oost), untuk membicarakan rencana pembentukan negara-negara federal di Hindia-Belanda. Pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal van Mook ini tampaknya bertujuan mengukuhkan pengaruh Belanda di masa depan Indonesia, dengan membentuk wilayah-wilayah yang cenderung pro-Belanda.

Berikut beberapa foto dari peristiwa ini.


H.A. Koroh dari Aramasi (Timor)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Don J. Thomas Ximenes da Silva dari Sikka, Flores
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
H.A. Koroh (kedua dari kiri), Muhamad Kaharuddin (Sultan Sumbawa, keempat dari kiri), da Silva (kedua dari kanan), bersama para peserta lain
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
H.A. Koroh (kedua dari kiri) dan da SIlva (ketiga dari kanan) bersama para peserta konferensi
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: antara 15 dan 25 Juli 1946
Tempat: Malino (Sulawesi Selatan)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Minggu, 21 Januari 2018

Pasukan Belanda menginterogasi warga Indonesia, 1947

(klik untuk memperbesar | © ANP / spaarnestad)
Cibatu-Wanaraja, Garut, 5 November 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Cibatu-Wanaraja, Garut, 5 November 1947
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 5 November 1947 (dua foto terakhir)
Tempat: sekitar Cibatu-Wanaraja, Garut (dua foto terakhir)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief / Spaarnestad Photo
Catatan:

Sabtu, 20 Januari 2018

Konferensi Malino, 1946 (14): Frans Kaisiepo dan peserta lain dari Maluku/Papua

PENGANTAR

Konferensi Malino adalah sebuah pertemuan yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, diprakarsai pihak Belanda, dan dihadiri oleh 39 perwakilan dari Kalimantan dan Indonesia bagian Timur (De Groote Oost), untuk membicarakan rencana pembentukan negara-negara federal di Hindia-Belanda. Pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal van Mook ini tampaknya bertujuan mengukuhkan pengaruh Belanda di masa depan Indonesia, dengan membentuk wilayah-wilayah yang cenderung pro-Belanda.

Berikut beberapa foto dari peristiwa ini.



Frans Kaisiepo, didampingi penasehatnya Kapten de Gruyn
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Salim Ajijudin dari Halmahera
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Perwakilan Maluku Selatan:
D.P. Taihitu (bertopi), R.J. Metekohy,  Kapten Tahiya (kanan)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: antara 15 dan 25 Juli 1946
Tempat: Malino (Sulawesi Selatan)
Tokoh: Frans Kaisiepo (tokoh Papua, bakal gubernur Irian 1964-1973)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Jumat, 19 Januari 2018

Pasukan Belanda menangkap, mengintoregasi, dan menahan warga Indonesia di Linggarjati, September 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: September 1947
Tempat: Linggarjati
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: H. Wakker
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Kamis, 18 Januari 2018

Konferensi Malino, 1946 (13): Sukawati dan peserta lain dari Bali dan Lombok

PENGANTAR

Konferensi Malino adalah sebuah pertemuan yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, diprakarsai pihak Belanda, dan dihadiri oleh 39 perwakilan dari Kalimantan dan Indonesia bagian Timur (De Groote Oost), untuk membicarakan rencana pembentukan negara-negara federal di Hindia-Belanda. Pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal van Mook ini tampaknya bertujuan mengukuhkan pengaruh Belanda di masa depan Indonesia, dengan membentuk wilayah-wilayah yang cenderung pro-Belanda.

Berikut beberapa foto dari peristiwa ini.


Anak Agung Gde Agung (kiri), Cokorda Gde Raka Sukawati (kedua dari kiri) bersama delegasi Bali
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Lalu Mahnep (kiri) dan Lalu Serinata dari Lombok
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Lalu Serinata
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: antara 15 dan 25 Juli 1946
Tempat: Malino (Sulawesi Selatan)
Tokoh: Cokorda Gde Raka Sukawati (bangsawan Bali, bakal presiden Negara Indonesia Timur), Anak Agung Gde Agung (bangsawan Bali, bakal Menteri Dalam Negeri NIT, kelak Menteri Luar Negeri RI)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Rabu, 17 Januari 2018

Tangki-tangki berisi bahan bakar yang disembunyikan Jepang di Lahat, 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 16 Oktober 1948
Tempat: Lahat
Tokoh:
Peristiwa: Warga dengan peralatan bersawah menggali lapisan tanah yang dijadikan oleh pasukan Jepang untuk menyembunyikan tangki-tangki berisi bahan bakar.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Selasa, 16 Januari 2018

Konferensi Malino, 1946 (12): Sultan Hamid II dan peserta lain dari Kalimantan

PENGANTAR

Konferensi Malino adalah sebuah pertemuan yang berlangsung dari tanggal 15 hingga 25 Juli 1946, diprakarsai pihak Belanda, dan dihadiri oleh 39 perwakilan dari Kalimantan dan Indonesia bagian Timur (De Groote Oost), untuk membicarakan rencana pembentukan negara-negara federal di Hindia-Belanda. Pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal van Mook ini tampaknya bertujuan mengukuhkan pengaruh Belanda di masa depan Indonesia, dengan membentuk wilayah-wilayah yang cenderung pro-Belanda.

Berikut beberapa foto dari peristiwa ini.


Sultan Hamid II berbicara di konfrensi.
Di sebelah kiri foto adalah Don J. Thomas Ximenes da Silva dari Sikka, Flores
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Perwakilan Kalimantan Timur d.ki.k.ka.:
Sampan alias Zainudin (Long Iram, Kutai); Datu Mohammad (Raja Bulungan); ?; A.R. Alfus (Kutai)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Perwakilan Kalimantan Selatan d.ki.k.ka.:
Ibas bin Uga (Kandangan); Abdul Asikin Noor (kiai dari Pegatan); R. Cyrillus (Pangkalan Bun); Haji Abdul Samad (Martapoera)
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Tiok Hiang Soen mewakili Kalimantan Barat
(klik untuk memperbesar | © KITLV)
Waktu: antara 15 dan 25 Juli 1946
Tempat: Malino (Sulawesi Selatan)
Tokoh: Sultan Hamid II (sultan Pontianak) dll. seperti tertulis di atas
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde
Catatan:

Senin, 15 Januari 2018

Tugu Romusha di Lebak, Banten 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 23 Desember 1948
Tempat: Lebak (Banten)
Tokoh:
Peristiwa: Sebuah monumen, yang kelak dikenal dengan nama Tugu Romusha, yang didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia, untuk mengenang warga Banten yang menjadi korban kerja paksa romusha di masa penjajahan Jepang.
Fotografer: Hesselman
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: