Sabtu, 30 Juni 2018

Kolonel Sungkono di perundingan gencatan senjata dengan pihak Belanda di Trowulan, 1949

Kolonel Sungkono diantar jip PBB
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Kol. Sungkono (tengah) didampingi pengamat militer dari Australia A.E. Knights
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Kol. Sungkono dan Kapten Moh. Iwan di meja perundingan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pasukan TNI bersama prajurit Belanda di sela-sela perundingan
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 13 Agustus 1949
Tempat: Trowulan
Tokoh: Kolonel Sungkono (Gubernur Militer Jawa Timur)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 29 Juni 2018

Kamis, 28 Juni 2018

Rabu, 27 Juni 2018

Penampilan tim sepakbola Hindia-Belanda di Piala Dunia 1938

Reims, 5 Juni 1938, pertandingan babak awal Piala Dunia di Perancis: Tim berkaos terang adalah Hungaria, yang beberapa hari kemudian masuk final dan menjadi runner-up. Tim berkaos gelap-terang berasal dari … Indonesia, atau Hindia-Belanda ketika itu. Ini adalah kesebelasan pertama dari Asia di ajang Piala Dunia.
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Setelah perjalanan berminggu-minggu dengan kapal laut, dan asupan makanan yang beda di lidah, tim kulit sawo-matang ini kalah 0-6 dari Hungaria. Lumayan mencolok, tapi saat itu Kuba kalah lebih telak: 0-8 lawan Swedia. Swedia sendiri kemudian dikalahkan … Hungaria. Sistem gugur membuat tim Hindia-Belanda hanya berkesempatan main satu kali.
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Ini dia wajah sebelas orang Asia pertama di Piala Dunia (atau mungkin sepuluh tanpa pemain paling kiri?). Pria berkacamata di tengah adalah kapten tim, Achmad Nawir, seorang terpelajar bergelar doktor. Foto diambil di Amsterdam, tanggal 27 Juni 1938, tepat 80 tahun lalu, saat tim ini berhadapan dengan kesebelasan Belanda dalam sebuah pertandingan persahabatan.
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Waktu: 5 dan 27 Juni 1938
Tempat: Reims (Perancis), Amsterdam
Tokoh: Achmad Nawir (tokoh sepakbola Indonesia)
Peristiwa: 
Fotografer: 
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Selasa, 26 Juni 2018

Minggu, 24 Juni 2018

Para pejuang TNI memasuki Purworejo, 1949

PENGANTAR

Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Oktober 1949
Tempat: Purworejo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: van den Brink
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Sabtu, 23 Juni 2018

Para bupati wilayah Priangan berkumpul di Bandung, 1912

Duduk di kursi d.ki.k.ka.: R.T. Wiratatuningrat, R.A.A. Wiratanudatar VII, R.A.A. Suriaatmaja, R.A.A. Martanegara, R.D. Natakusumah (?)
(klik untuk memperbesar | © Charls & Co / Universiteit Leiden)

Waktu: 1912
Tempat: Bandung
Tokoh: Raden Tumenggung Wiratanuningrat (bupati Sukapura 1908-1937), Raden Adipati Aria Wiratanudatar VII (bupati Garut 1871-1915), Raden Adipati Aria Suriaatmaja (bupati Sumedang 1882-1919), Raden Adipati Aria Martanegara (bupati Bandung 1893-1918), Raden Demang Natakusumah (bupati Cianjur 1910-1912)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan: Sukapura kemudian berganti nama menjadi Tasikmalaya; R.A.A. Suriaatmaja kemudian mendapat gelar "Pangeran".

Jumat, 22 Juni 2018

Para pejuang TNI memasuki Wonosobo (2), 1949

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 18 Oktober 1949
Tempat: Wonosobo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Boekholt
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Kamis, 21 Juni 2018

Pelantikan R.A.A. Suriadiningrat sebagai bupati Cianjur, 1920

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1920
Tempat: Cianjur
Tokoh: R.A.A. Suriadiningrat (bupati Cianjur 1920-1932), W.P. Hillen (residen Priangan)
Peristiwa: Pelantikan Suriadiningrat sebagai bupati Cianjur oleh residen Priangan, W.P. Hillen
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Rabu, 20 Juni 2018

Para pejuang TNI memasuki Wonosobo (1), 1949

PENGANTAR
Di tahun 1949, terutama menjelang akhir tahun di mana Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, di berbagai pelosok terjadi peristiwa yang sama: Militer Belanda menarik diri dari wilayah yang didudukinya, dan para pejuang kemerdekaan "turun gunung" mengambil alih daerah yang selama ini dikuasai Belanda. Beberapa foto dari berbagai daerah akan diperlihatkan di seri berikut ini.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 18 Oktober 1949
Tempat: Wonosobo
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Boekholt
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Selasa, 19 Juni 2018

Pembantu rumah tangga di sebuah keluarga Belanda di Bogor, 1920-an

Pengasuh bayi
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Penjaga anak kecil
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Pengasuh anak
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Pembantu dan tukang kebon (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Hari gajian (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1920-an
Tempat: Bogor
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 17 Juni 2018

Pedagang keliling di wilayah Priangan pada awal abad ke-20

Pedagang sayur, awal abad ke-20
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Singaparna (Tasikmalaya), 1925
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Bogor, 1930
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1900-an, 1925, 1930
Tempat: Bogor, Singaparna, Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Sabtu, 16 Juni 2018

Jenderal Sudirman di sebuah acara yang diorganisir kelompok komunis, 1946

(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 1 Mei 1946 (?)
Tempat: Jawa (?)
Tokoh:  Jenderal Sudirman (panglima besar TNI; kiri), Musso (pimpinan PKI; kanan)
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Catatan foto menyebutkan acara ini terjadi tanggal 1 Mei 1947 di Jakarta; ini kemungkinan besar salah karena pada saat itu Jakarta dikuasai oleh Belanda. Yang lebih mungkin adalah 1946, di wilayah yang dikuasai Republik dan memiliki basis kuat kelompok kiri (Jawa Tengah atau Jawa Timur?).

Jumat, 15 Juni 2018

Jalur kereta api wilayah Priangan di tahun 1900-an (4)

PENGANTAR

Buat para insinyur Belanda, yang berasal dari negeri yang umumnya berkontur datar, jalur kereta api di Indonesia adalah tantangan. Tidak mudah untuk membentangkan rel kereta yang memerlukan lahan landai, tetapi harus melewati perbukitan, dengan sungai, lembah, atau malah jurang di antaranya.
Tidak mengherankan, ketika mereka bisa menjawab tantangan ini, bahkan bisa menyambungkan rel dari Jakarta hingga Bandung di tahun 1884, warga Belanda bangga dengan prestasi ini. Jalur rumit, yang menembus bukit dan melompati lembah, menjadi motif yang banyak muncul di foto dan kartu pos. Kartu pos, yang dikirim ke Belanda seolah-olah berkata ke warga Belanda di sana: "Kami punya ginian loh di sini."

sekitar 1900
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
sekitar 1920
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Stasiun Cigombong (Sukabumi), sekitar 1915
(klik untuk memperbesar | © Helmig & Co. / Universiteit Leiden)
Stasiun Malangbong (Garut), sekitar 1900
(klik untuk memperbesar | © Salzwedel / Universiteit Leiden)

Waktu: sekitar 1900, 1915, 1920
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Kamis, 14 Juni 2018

Pertemuan antara TNI dan militer Belanda di Sidikalang, 1949

PENGANTAR

Menjelang pengakuan kedaulatan oleh pihak Belanda, yang menandai berakhirnya perang kemerdekaan, banyak terjadi pertemuan antara militer Belanda dengan TNI, yang umumnya diperantarai oleh KTN (Komisi Tiga Negara). Pertemuan bisa merundingkan gencatan senjata atau, jika di penghujung 1949, proses serah terima kekuasaan dari militer Belanda ke pihak TNI dan Republik. Rangkaian foto berikut akan menunjukkan peristiwa ini di berbagai tempat.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 14 Januari 1949
Tempat: Sidikalang (Dairi)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: A.J.M. Loomans
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Rabu, 13 Juni 2018

Jalur kereta api wilayah Priangan di tahun 1900-an (3)

PENGANTAR

Buat para insinyur Belanda, yang berasal dari negeri yang umumnya berkontur datar, jalur kereta api di Indonesia adalah tantangan. Tidak mudah untuk membentangkan rel kereta yang memerlukan lahan landai, tetapi harus melewati perbukitan, dengan sungai, lembah, atau malah jurang di antaranya.
Tidak mengherankan, ketika mereka bisa menjawab tantangan ini, bahkan bisa menyambungkan rel dari Jakarta hingga Bandung di tahun 1884, warga Belanda bangga dengan prestasi ini. Jalur rumit, yang menembus bukit dan melompati lembah, menjadi motif yang banyak muncul di foto dan kartu pos. Kartu pos, yang dikirim ke Belanda seolah-olah berkata ke warga Belanda di sana: "Kami punya ginian loh di sini."

(klik untuk memperbesar | © F.B. Smits / Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: sekitar 1910 (dua foto atas), sekitar 1930 (dua foto bawah)
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Selasa, 12 Juni 2018

Berbagai wajah para pejuang TNI di Yogyakarta, 1947

Dua prajurit TNI dari front Semarang menjadi perhatian khalayak.
Di latar belakang tampak pamflet "Ati-ati Telinga Mata Musuh"
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Seorang polisi militer memberi hormat
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Pasukan TNI berparade menyusuri jalan
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Pergantian penjaga markas besar TNI
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: Desember 1947
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: Hugo Wilmar
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:


UPDATE 2 Januari 2020
Foto yang sama dalam ukuran yang lebih besar:

(klik untuk memperbesar | © Het Geheugen / Spaanerstad)
(klik untuk memperbesar | © Het Geheugen / Spaanerstad)
(klik untuk memperbesar | © Het Geheugen / Spaanerstad)
(klik untuk memperbesar | © Het Geheugen / Spaanerstad)