Salah satu cara Belanda dalam mempertahankan kekuasaan di Indonesia, atau paling tidak memegang pengaruh atau malah kendali atas beberapa wilayah, adalah dengan membentuk negara-negara federal, terutama di luar Jawa. Kelihatannya Belanda ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Republik Indonesia hanyalah negara orang Jawa, atau malah hanya sebagian orang Jawa. Karikatur-karikatur di bawah ini memperlihatkan bahwa di Belanda sendiri ide ini dipertanyakan.
![]() |
De Groene Amsterdammer, 31 Mei 1947 (klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS) |
Karikatur ini memperlihatkan bahwa Belanda, digambarkan sebagai 3 orang di belakang layar, mengatur seorang dalang untuk memperlihatkan besarnya "Negara Pasundan", yang sejatinya hanyalah bayangan dari sebuah wayang.
![]() |
De Vlam, 15 Agustus 1947 (klik untuk memperbesar | © Wim van Wieringen / AVS) |
Karikatur ini memperlihatkan bagaimana Van Mook membuat Konferensi Malino dengan memilah-milah Indonesia menjadi Bangka, Belitung, Indonesia Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dsb. dengan merangkul tokoh-tokoh yang dia sukai. Sementara Republik Indonesia, digambarkan dengan Sutan Sjahrir, sama sekali tidak diperhatikan, dan tampak gusar dengan aksi Van Mook ini.
![]() |
De Vlam, 23 Januari 1949 (klik untuk memperbesar | © Wim van Wieringen / AVS) |
Karikatur ini menggambarkan bagaimana banteng Indonesia, yang sebenarnya kuat, terikat oleh perjanjian Linggarjati. Keterbatasan ruang gerak ini dimanfaatkan oleh Van Mook untuk mengganggu sang banteng dengan menembakkan peluru-peluru "negara federal", seperti Bangka, Belitung, Jawa Barat, Kaimantan, Madura, Minangkabau, dan Palembang sementara Aceh, Ambon, dan Bali siap ditembakkan.
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke kejadian di Indonesia
Tokoh: Hubertus Johannes van Mook (Letnan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda), Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI)
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan | Wim van Wieringen
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar