Rabu, 30 November 2016

Perkebunan teh di Cianjur tahun 1902

(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Waktu: 1902
Tempat: Cianjur (Puncak)
Tokoh:
Peristiwa: Dua orang Belanda berpose di tengah perkebunan teh.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:


UPDATE 14 Agustus 2018
Gambar asalnya dengan ukuran yang lebih besar, dan tentunya kualitas foto:

(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Selasa, 29 November 2016

Mayor Jenderal Djatikoesoemo di tahun 1948

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 1948 (?)
Tempat: ?
Tokoh: Mayor Jenderal Gusti Pangeran Harjo Djatikoesoemo (Panglima Divisi V Ronggolawe)
Peristiwa:
Fotografer: 
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 28 November 2016

Delegasi Kongres Liga Bangsa-bangsa untuk Higiene Pedesaan di Bandung, 1937

Resepsi dalam rangka Kongres Liga Bangsa-bangsa untuk masalah higiene pedesaan
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Tjarda dan isteri menyambut kedatangan peserta kongres
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Tjarda bersama isteri berbincang dengan Ny. Juno (kiri) yang mewakili Rockefeller Foundation
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Tjarda dalam pembicaraan dengan pejabat-pejabat Liga Bangsa-bangsa
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
Waktu: 1937
Tempat: Bandung
Tokoh: Alidius Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1936-1942)
Peristiwa: Penyambutan para delegasi Kongres Liga Bangsa-bangsa untuk Higiene Pedesaan oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan: Bandung terkenal sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika 1955; namun orang jarang kenal bahwa 18 tahun sebelumnya Bandung pun pernah menjadi tempat konferensi internasional lainnya.

Minggu, 27 November 2016

Mayor Jenderal Djatikoesoemo di lapangan terbang Morokembangan, 1948 (2)

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 26 Januari 1948
Tempat: lapangan terbang Morokembangan (Surabaya)
Tokoh: Mayor Jenderal Gusti Pangeran Harjo Djatikoesoemo (Panglima Divisi V Ronggolawe)
Peristiwa: Mayjen Djatikoesoemo sebelum kepulangan ke Jogja dengan menaiki pesawat militer AS setelah pembicaraan dengan pihak tentara Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Sabtu, 26 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (16): rumah tradisional

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut beberapa cuplikan ilustrasi dari buku ini.

rumah panggung dikunjungi ular sanca

perumahan di Dobo (Aru)

pondok Wallace di Waigeo

 
rumah adat Minangkabau
Waktu: 1856-1862
Tempat: Minangkabau, Aru, Waigeo (Papua)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

UPDATE 26 Juni 2019

Berikut sketsa tentang pasar di Dobo dalam versi yang lebih mendetails. Kita akan lihat di sebelah kiri seorang pedagang Tionghoa sedang berbincang dengan warga asli. Warga asli umumnya digambarkan berpostur Melanesia dengan pakaian seadanya. Di dekat situ terlihat kanguru yang tampaknya menjadi hewan yang biasa berkeliaran di sana.

Di bagian tengah terlihat seorang pedagang Eropa sedang berbincang dengan dua warga asli. Di latar belakang tampak pula ada seorang dengan sorban yang mungkin menggambarkan pedagang Arab.

Yang terlihat banyak adalah orang dengan topi caping atau ikat kepala yang tampaknya menunjukkan pedagang atau pendatang dari bagian lain wilayah Nusantara.

(klik untuk memperbesar)

Kamis, 24 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (15): perkakas

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut beberapa cuplikan ilustrasi dari buku ini.

sauh kayu (Makassar)

tongkat sagu

pencuci sagu

tungku sagu

pencetak tembikar

sauh Melayu
Waktu: 1856-1862Tempat: 
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

Rabu, 23 November 2016

Beberapa perintis TNI Angkatan Udara di sebuah lapangan terbang, 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 1947
Tempat: ? (Jawa)
Tokoh: 
Peristiwa: Beberapa orang berseragam TNI, bersama beberapa berpakaian sipil, berpose di depan sebuah hanggar. Sayang belum ada keterangan di mana foto dibuat dan siapa saja yang ada di sana.
Fotografer: 
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Selasa, 22 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (14): Papua

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut beberapa cuplikan ilustrasi dari buku ini.



Waktu: 1856-1862Tempat: Papua
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

Senin, 21 November 2016

Secarik kertas perintah perang TNI yang jatuh ke tangan Belanda, 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)

Waktu: 25 Agustus 1947 (semasa Aksi Polisionil 1)
Tempat: ? (Jawa)
Tokoh:
Peristiwa: 
Fotografer: Secarik dokumen yang ditandatangani komandan sektor "M.G./A." bernama Boediono yang a.l. berisi perintah pembuatan kekacauan, perusakan tank Belanda, penempatan kesatuan beserta jumlah personelnya. Menarik bahwa dokumen menyebutkan adanya 6 serdadu asal India yang berada di pihak pejuang kemerdekaan.
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Sayang tidak diketahui detail lebih lanjut, misalnya di mana dokumen ini dibuat. Kata "Sector M.G./A." dan "Tandjoengredjo" mungkin bisa membantu?

Minggu, 20 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (13): Lombok dan Timor

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut beberapa cuplikan ilustrasi dari buku ini.


Waktu: 1856-1862Tempat: Lombok, Timor
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

Sabtu, 19 November 2016

Tabrakan kereta api berisi para pejuang TNI di Pematang Siantar, 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 29 Juli 1947
Tempat: Pematang Siantar
Tokoh: Pergerakan pasukan Belanda dari Medan ke Tebing Tinggi semasa Aksi Polisionil 1 membuat para pejuang TNI serta pegawai pemerintahan RI mengungsi ke Pematang Siantar dengan menggunakan kereta api. Malangnya, dari arah Pematang Siantar melaju pula sebuah kereta lain, sehingga tabrakan yang mengenaskan ini tidak bisa dihindarkan.
Fotografer: van Kalken
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Jumat, 18 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (12): peta Aru, sebagian Maluku, Halmahera, dan sekitarnya

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut beberapa peta dari buku ini.

(klik untuk memperbesar)
(klik untuk memperbesar)
(klik untuk memperbesar)
Waktu: 1856-1862
Tempat: Maluku
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

Kamis, 17 November 2016

Penangkapan dan penahanan pejuang kemerdekaan oleh pasukan Belanda (7)

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 1947 (kemungkinan semasa Aksi Polisionil 1)
Tempat: Palembang
Tokoh: 
Peristiwa: 
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Foto keempat sayang fokusnya ke pohon di latar depan, bukan ke para pejuang yang ditangkap.

Rabu, 16 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (11): peta Minahasa, Seram, dan sekitarnya

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut beberapa peta dari buku ini.

(klik untuk memperbesar)
(klik untuk memperbesar)
(klik untuk memperbesar)
Waktu: 1856-1862
Tempat: 
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

Selasa, 15 November 2016

Aksi Polisionil 1 di Baturaja (1): persenjataan TNI yang direbut Belanda, 1947

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: Juli 1947
Tempat: Baturaja (Ogan Komering Ulu)
Tokoh: 
Peristiwa: 
Fotografer: Th. van de Burgt
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan:

Senin, 14 November 2016

Ilustrasi dari buku The Malay Archipelago karya Alfred Wallace (10): garis Wallace

PENGANTAR

Bagi dunia ilmu pengetahuan nama Alfred Russel Wallace disejajarkan dengan Charles Robert Darwin, yang bukan hanya hidup senegeri dan sezaman, tapi juga menggeluti bidang ilmu yang sama. Namun tidak dapat disangkal bahwa Darwin jauh lebih dikenal dan diperdebatkan. Padahal karya utama Wallace, yaitu The Malay Archipelago berisi terobosan-terobosan ilmiah yang kemudian menelurkan istilah garis Wallace dan efek Wallace. Buku yang pertama kali terbit tahun 1869 ini (dan masih diterbitkan hingga sekarang!) merupakan hasil perjalanan dan penelitian Wallace tujuh tahun di wilayah Nusantara dari tahun 1856 hingga 1862.

Berikut peta garis Wallace sebagaimana tertuang di buku ini.

(klik untuk memperbesar)
Waktu: 1856-1862Tempat: 
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: The Malay Archipelago
Catatan:

Minggu, 13 November 2016

Pertukaran tawanan perang antara TNI dan pasukan Belanda di Bobotsari, 1949

Keenam tentara Belanda memasuki lokasi pertukaran dengan dikawal TNI
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Ke-39 warga TNI yang diserahkan pihak Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Mayor Brotosiswoyo di hadapan 39 pasukan TNI yang diserahkan Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
TNI menyerahkan enam tentara Belanda kepada perwira penghubung
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Mayor Berhoudt menerima penyerahan keenam tentara Belanda
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Keenam tentara Belanda yang diserahkan TNI disambut oleh para perwiranya
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Pihak militer Belanda menyalami keenam tentara Belanda yang diserahkan TNI
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: September 1949
Tempat: Bobotsari (Purbalingga)
Peristiwa: Di bulan September 1949 TNI dan pihak Belanda sepakat melakukan pertukaran tahanan. Enam tentara Belanda yang ditahan TNI ditukar dengan 39 pejuang kemerdekaan yang ditangkap Belanda. Kejadian ini berlangsung di Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah.
Tokoh: Mayor Brotosiswoyo (pejuang kemerdekaan, komandan BKR di Purbalingga)
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: