Minggu, 31 Maret 2019

Foto-foto bangsawan keraton Jawa di awal abad ke-20

Salah satu istri dari Pakubuwono X?
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)
(klik untuk memperbesar | © spaarnestad)

Waktu: antara 1880 dan 1910
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Spaarnestad Photo
Catatan:

Sabtu, 30 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 16: Berbagai wajah

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Menenun
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Catatan foto menyebutkan ini adalah  "Kyai Warraga" (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Catatan foto menyebutkan ini adalah warga "Bano Ampo" (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Catatan foto menyebutkan ini adalah seorang "nyai" (selir)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Mencari kutu
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Orang Keling dari Hindia
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Orang Melayu Penang
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Jumat, 29 Maret 2019

Aksi Polisionil 2: Fatmawati, Guntur, dan Megawati setelah Soekarno ditangkap Belanda dan dibawa ke Maguwo, 1948

(klik untuk memperbesar | © NIMH)

Waktu: Desember 1949
Tempat: Kantor Gubernuran, Yogyakarta
Tokoh: Fatmawati (isteri ke-3 Soekarno; menggendong Megawati), Guntur Soekarnoputra (anak Soekarno; berdiri di samping ibunya), Megawati Soekarnoputri (anak Soekarno; digendong ibunya)
Peristiwa: Keluarga Soekarno dan teman-temannya berkumpul di depan Kantor Gubernuran di Yogyakarta setelah militer Belanda menangkap Soekarno dan membawanya ke Maguwo untuk diasingkan ke Sumatera.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan:

Kamis, 28 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 15: Para tukang dan pekerja

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Tukang potong rumput
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Penari ronggeng
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Tukang pedati
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Tukang kebon
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Tukang sapu
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat: kemungkinan di Jakarta atau sekitarnya
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Rabu, 27 Maret 2019

Sutan Sjahrir, Soekarno, dan Haji Agus Salim dalam tahanan Belanda di Parapat, 1949

(klik untuk memperbesar | © NIMH)
(klik untuk memperbesar | © NIMH)
(klik untuk memperbesar | © NIMH)

Waktu: 9 Februari 1949
Tempat: Parapat (Simalungun, Sumatera Utara)
Tokoh: Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI), Soekarno (Presiden RI), Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI)
Peristiwa: Sutan Sjahrir, Soekarno, dan Haji Agus Salim dalam tahanan Belanda setelah militer Belanda merebut Yogyakarta dalam Aksi Polisionil 2 dan menangkapi para pemimpin Republik Indonesia serta mengasingkan ketiga perintis kemerdekaan ini ke Parapat.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.

Selasa, 26 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 14: Pedagang

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Tionghoa penjual barang kelontong, kemungkinan bersama kulinya
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Penjual daging babi
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Penjual ayam
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Penjual arang
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat: kemungkinan di Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Senin, 25 Maret 2019

Soekarno berpawai di belakang bendera Jepang dan Merah-Putih, 1944

(klik untuk memperbesar | © NIMH)

Waktu: kemungkinan 1944
Tempat: kemungkinan di Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Soekarno berbaris di sebuah pawai yang mengusung bendera Merah-Putih dan bendera Matahari-Terbit
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan:

Minggu, 24 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 13: Jawa

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Rangkaian buah
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang ningrat Jawa bersama abdi dalemnya
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Sepasang warga Jawa di Batavia (?)
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang lelaki Jawa dengan seragam pelaut dan istri
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Rangkaian flora
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Sabtu, 23 Maret 2019

Soekarno dan para anggota Chuo Sangi In, 1944

(klik untuk memperbesar | © NIMH)

Waktu: 3 Februari 1944
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa: Soekarno (Ketua Chuo Sangi In, dengan jas agak gelap di depan tengah) bersama para anggota Chuo Sangi In lain seperti Muhammad Hatta (ketiga dari kanan), Haji Agus Salim (di belakang Soekarno), Ki Hajar Dewantara (di sebelah kanan Soekarno), dan KH Mas Mansur (depan kiri mengenakan sarung dan peci).
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan:

UPDATE 22 April 2019

Berdasarkan foto di bawah ini, yang tampaknya merupakan sumber dari foto di atas, keterangan foto dikoreksi. Para tokoh bangsa ini berpose di penutupan sidang kedua dari Chuo Sangi In, pada tanggal 3 Februari 1944 (bukan September 1943 seperti ditulis di posting ini sebelumnya).

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)

Jumat, 22 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 12: Semarang, Surabaya, Madura

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Dua wanita Semarang dengan baju kurung dan seorang bocah
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Tiga perempuan di Semarang dengan baju kurung dan kebaya serta seorang anak laki-laki
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Wanita Madura dengan kebaya panjang
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Dua wanita di Surabaya
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat: Madura, Semarang, Surabaya
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Kamis, 21 Maret 2019

Mural mendukung Soekarno-Hatta dan menolak Van Mook di Yogyakarta, 1948

(klik untuk memperbesar | © NIMH)

Waktu: Desember 1948
Tempat: Yogyakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan: Foto diambil oleh Koninklijke Landmacht setelah militer Belanda merebut Yogyakarta di Aksi Polisionil 2.

Rabu, 20 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 11: Sumatera

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Dua perempuan Melayu
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Dua tengku dari bagian utara Sumatera
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Sepasang warga Palembang
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang budak Batak
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang gadis anak pemuka warga Batak
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat: Sumatera
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Selasa, 19 Maret 2019

Aksi Polisionil 1: Truk militer Belanda meledek "Mana Soekarno?", 1947

(klik untuk memperbesar | © NIMH)

Waktu: Juli-September 1947
Tempat: Jawa Barat (?)
Tokoh:
Peristiwa: Seekor anjing memandang dari lubang sebuah truk militer Belanda milik Tijger Brigade yang dicoreti dengan tulisan Waar is Soekarno? (Mana Soekarno?) semasa Aksi Polisionil 1.
Fotografer: Vermeulen
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan:

Senin, 18 Maret 2019

United Colorization of Nusantara 10: Sunda dan Betawi

PENGANTAR

Di pertengahan abad ke-19 seorang Belanda bernama J.A. Meessen mengadakan perjalanan di Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan. Dia memotret aneka ragam suku yang dia temui di daerah-daerah ini, dengan fokus pada sosok manusianya. Kumpulan dari foto-foto ini diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1867 dengan judul Indisch Album (Album Hindia). Yang menarik dari album ini, foto-fotonya diwarnai (colorized) secara manual, agar ada warna-warni di gambar-gambar hitam putih ini

Seri foto berikut ini akan menampilkan isi dari album ini, yang menunjukkan beragamnya warga Nusantara saat itu yang kelak akan menjadi keragaman Indonesia saat ini pula.


Sepasang warga Priangan
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Dua wanita Sunda dengan kebaya panjangnya berpose dengan papan congklak
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Sepasang warga Banten
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang pembantu rumah tangga di Batavia
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Seorang wanita di Batavia
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)

Waktu: 1867
Tempat: Banten, Jakarta, Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: J.A. Meessen
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:

Minggu, 17 Maret 2019

Aksi Polisionil 2: Propaganda Belanda setelah para pemimpin Republik ditangkap dan diasingkan ke Sumatera, 1948

(klik untuk memperbesar | © NIMH)
(klik untuk memperbesar | © NIMH)
Waktu: Desember 1948
Tempat: Jawa
Tokoh: Soekarno (Presiden RI), Muhammad Hatta (Wakil Presiden RI), Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RI), Suryadi Suryadarma (Kepala Staff TNI-AU)
Peristiwa: Propaganda Belanda dalam bahasa Jawa yang meminta masyarakat untuk tidak lagi mendukung Republik Indonesia setelah militer Belanda dalam Aksi Polisionil 2 merebut Yogyakarta dan kota-kota lain serta menangkap para pemimpin Republik. Pamflet ini menampilkan 3 foto, yaitu Soekarno di Maguwo sebelum diterbangkan oleh militer Belanda ke Bukittinggi, kemudian foto kedua yang menampilkan Muhammad Hatta dan Suryadi Suryadarma setelah ditangkap Belanda, serta foto yang menunjukkan Sutan Sjahrir dikelilingi tentara Belanda.
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Nederlands Instituut voor Militaire Historie
Catatan: