Sabtu, 23 November 2019

Konstruksi jembatan bambu zaman dulu: Tipe rumit

PENGANTAR

Sebelum warga Nusantara belum mengenal konstruksi beton atau baja, bambu adalah bahan yang digunakan untuk membuat jembatan. Bambu relatif mudah didapat, tersedia dalam berbagai ukuran panjang, mudah dipotong sesuai kebutuhan, dan cukup elastis dalam menahan beban.

Kelemahan bambu tetapi adalah daya topangnya yang terbatas. Di sini, warga Nusantara mencoba menyiasatinya dengan berbagai kreasi struktur, yang akan kita lihat di beberapa foto berikut ini.

Ketika beban yang harus diseberangkan makin besar dan rumit, serta rentang jembatan makin panjang, akhirnya bambu menemui limit kemampuannya, dan harus menyerahkan fungsi jembatan kepada beton dan baja hingga sekarang ini.

Kediri 1900: Ini adalah jembatan gantung yang lumayan mengesankan. Tentunya konstruksi bambu harus dibantu dengan tambahan balok kayu yang lebih kokoh, dan anyaman tali/sabut yang kuat. Kuatnya konstruksi ini bisa terlihat dari melintasnya sebuah kereta kuda beroda empat di sebelah kanan.
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Cipait, Karawang 1893: Ini juga sebuah karya yang lumayan impresif yang menggabungkan banyak faktor dari tipe-teipe sebelumya: sambungan bambu mendatar, atap pelindung, pagar pegangan, dan sekarang ditambah dengan konstruksi busur atau bambu melengkung. Sedikit balok kayu turut memperkuat topangan.
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Mendut, Magelang 1874: Konstruksi ini harus diakui agak membingungkan. Tidak terlihat adanya konsep yang jelas jembatan ini harusnya seperti apa. Kemungkinan ini hasil kerja gotong royong di mana tiap orang menerapkan apa yang menurutnya paling baik.
(klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden)
Waktu: 1874, 1893, 1900
Tempat: Karawang, Kediri, Magelang
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan: Foto kedua pernah dimuat di posting ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar