De Amsterdammer, 16 September 1888 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Karikatur di atas mengenang salah satu jenderal KNIL yang mashur di Perang Aceh dan tampaknya menyukai wilayah Minangkabau, Johannes van Swieten, yang meninggal pada tanggal 9 September 1888.
De Amsterdammer, 8 Oktober 1892 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Karikatur di atas menggambarkan serah terima jabatan Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda dari Cornelis Pijnacker Hordijk (kanan) ke Carel Herman Aart van der Wijck (kiri) dengan latar belakang Istana Bogor. Hordijk mengeluhkan bahwa nama Buyten-Sorgh (=buiten zorge; cikal bakal nama Bogor) yang maknanya "tanpa kekhawatiran" telah menjadi Nooyt-Gedagt (=nooit gedagt) yang bermakna "tidak pernah bermesraan". Tampaknya keluhan ini keluar karena konflik di Aceh dan kemudian Lombok menjadi masalah pelik untuk kedua gubernur-jenderal ini.
De Amsterdammer, 17 April 1893 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Karikatur di atas menggambarkan bagaimana Presiden Perancis, Marie François Sadi Carnot, yang kewalahan menghadapi perlawanan bangsa Afrika di koloni Perancis di sana, meminta saran dari politisi Belanda, Willem Karel van Dedem, yang dianggap handal dalam menghadapi wilayah jajahannya. Van Dedem hanya bisa berujar bahwa Carnot pastinya belum pernah mendengar perlawanan rakyat Aceh.
De Amsterdammer, 24 Oktober 1897 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Karikatur di atas menggambarkan bagaimana Gubernur-Jenderal Cornelis Pijnacker Hordijk memberikan kursi baru untuk rakyat Indonesia dengan tumpuan batubara, tembakau, minyak bumi, dan emas, untuk menggantikan kursi lama yang sudah mulai patah yang bertumpu sepenuhnya pada hasil agraria tembakau, gula, dan kopi.
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke beberapa peristiwa di Nusantara
Tokoh: l.d.a.
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Braakensiek
Sumber / Hak cipta: Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar