Amerika punya Uncle Sam, Inggris memiliki John Bull, dan dari Belanda ada Nederlandse Maagd (Dutch Maiden; Nona Belanda). Nona Belanda ini bisa tampil dalam versi terhormat seperti dewi Romawi, atau versi ndeso dalam pakaian tradisional Belanda.
Para karikaturis Belanda zaman dulu tampaknya juga mencoba mengilustrasikan Hindia-Belanda dalam bentuk seorang perempuan. Perempuan ini bisa mengenakan kain dan kebaya, atau kain kemben. Si Mbok Indonesia ini terkadang langsing, terkadang juga berisi; terkadang terlihat lanjang, atau memiliki banyak anak.
Posting kali ini akan memperlihatkan si Nona Belanda dalam kaitannya dengan Indonesia, atau malah muncul bersamaan dengan si Mbok Indonesia.
De Amsterdammer, 14 Agustus 1904 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
John Bull, yang mengalami konflik di jajahannya di Afrika Selatan, bertemu dengan Nona Belanda, yang masih berperang melawan rakyat Aceh. John Bull menawarkan Nona Belanda untuk meniru cara dia di Afrika Selatan, yaitu dengan membuat kamp konsentrasi serta juga memerangi wanita dan anak-anak. Nona Belanda menampik dengan berujar bahwa dia memerangi musuhnya, tapi tidak menyiksanya.
De Amsterdammer, 16 April 1905 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Perang Jepang melawan Rusia di tahun 1904-1905, yang dimenangkan Jepang, telah membuat Nona Belanda merasa khawatir bahwa posisi Mbok Indonesia terancam. Si Nona berteriak minta pertolongan, yang disambut oleh PM Belanda Abraham Kuyper. Saat itu Belanda tampaknya sudah memiliki firasat bahwa Jepang suatu saat akan datang ke Indonesia.
De Amsterdammer, 20 Agustus 1905 (klik untuk memperbesar | © Universiteit Leiden) |
Louis Frederik Johannes Bouwmeester adalah salah seorang seniman teater dan perfilman Belanda yang terkenal. Di tahun 1905-1906 Bouwmeester meninggalkan Belanda untuk menjalankan bakat seninya di Hindia-Belanda. Kepergian ini membuat Nona Belanda tampak cemburu dan bertanya apakah Bouwmeester sudah merasa menjadi seniman yang terlalu besar untuk ukuran Belanda. Bouwmeester menjawab bahwa ada hal-hal kecil yang mendorongnya pergi, katanya sambil menggandeng tangan Mbok Indonesia.
De Amsterdammer, 14 Oktober 1916 (klik untuk memperbesar | © AVS) |
Karikatur ini memperlihatkan bagaimana berharganya wilayah jajahan Hindia-Belanda buat Nona Belanda, laksana untaian kalung zamrud.
De Amsterdammer, 9 Oktober 1920 (klik untuk memperbesar | © AVS) |
Nona Belanda memperkenalkan Dirk Fock sebagai Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang baru. Sambutan Mbok Indonesia cukup mengagetkan.
1930 (klik untuk memperbesar | © AVS) |
Letusan Gunung Merapi di tahun 1930 menginspirasi Johan Braakensiek untuk memperlihatkan bahwa Nona Belanda bisa menjadi pelindung bagi Mbok Indonesia dan anak-anaknya.
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa terkait Indonesia
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Johan Braakensiek
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk | Universiteit Leiden
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar