De Vlam, 26 Maret 1949 (klik untuk memperbesar | © Wim van Wieringen / AVS) |
Salah satu saat paling kelam dalam sejarah Belanda adalah era pendudukan Jerman Nazi di masa Perang Dunia II. Karenanya, membandingkan petinggi sipil dan militer Belanda dengan tokoh Nazi merupakan sindiran yang sangat pedas. Dan ini dilakukan oleh karikaturis Wim van Wieringen.
Pemicunya adalah sanggahan dari para pejabat Belanda atas adanya kekerasan atau malah kejahatan perang yang dilakukan KNIL dan/atau militer Belanda di Indonesia; padahal, laporan tentang itu paling tidak terdengar dari Sulawesi Selatan, Pakishaji, Bondowoso, Karawang, dan Bangka. Wim membandingkan sanggahan ini dengan penyangkalan para tokoh Nazi bahwa mereka tahu adanya pengiriman kaum Yahudi ke kamp pemusnahan.
Wim menggambarkan Komisioner Tinggi untuk Hindia-Belanda, Louis Beel (kelak menjadi PM Belanda), dan Panglima Belanda Jenderal Simon Spoor, berbaris seirama dengan Panglima SS, Heinrich Himmler, dan Menteri Propaganda Jerman, Joseph Goebbels, dan semuanya berteriak dalam bahasa Jerman "Es ist nicht wahr" (Itu tidak benar).
De Vlam, 5 November 1949 (klik untuk memperbesar | © Wim van Wieringen / AVS) |
Penghujung 1949 adalah masa ketika Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia. Karikatur di atas menggambarkan burung garuda yang menjadi terbang bebas meninggalkan sebagian kalangan Belanda yang tampaknya selama ini memiliki beberapa rencana yang terpaksa menjadi batal dan berantakan. Rencana yang terbaca a.l. penangkapan atas ibunda Soekarno, pergerakan tentara, serta rencana atas Papua.
Vrij Nederland, 28 Januari 1950 (klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS) |
Buku sejarah di Indonesia umumnya menyebut pemberontakan APRA sebagai ulah Westerling. Tetapi karikatur di atas menggambarkan bahwa Westerling hanyalah sebagai bidak catur yang dimainkan orang lain. Karikatur ini bertanya: "Wie is de speler?" (Siapa pemainnya/dalangnya?).
Vrij Nederland, 31 Maret 1952 (klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS) |
Pada tanggal 22 Mei 1952, atasa militer Indonesia di Belanda, Kolonel Mas Tirtodarmo Haryono, dikepung dan ditodong dengan pistol oleh 2 orang tak dikenal. Sempat terjadi pergulatan dan tembakan, namun Haryono selamat meskipun kepalanya berdarah terpukul gagang pistol. Karikatur di atas memperlihatkan bagaimana PM Belanda, Willem Drees, bersama Nona (Nyonya?) Belanda harus kaget melihat bahwa di kasur mereka (artinya di negeri mereka) banyak sekali kutu busuk. Menurut catatan atas karikatur ini, pelaku kekerasan atas Haryono bukanlah perorangan, melainkan bagian dari kelompok anti-Indonesia yang terorganisir.
Tempat: karikatur di atas terbit di Belanda dengan mengacu ke peristiwa di Belanda dan Indonesia
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan | Wim van Wieringen
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar