Senin, 02 Desember 2019

Hasil perjanjian Linggarjati menurut karikatur Belanda, 1946

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
"Kesepakatan di Cirebon. Pas!" Menurut karikatur ini hasil perjanjian Linggarjati (yang berada di Kuningan, dan waktu itu termasuk Kresidenan Cirebon) menggembirakan semua pihak, baik yang pribumi maupun yang berkulit putih, baik yang melambaikan peci maupun yang mengacungkan topi kolonial. Hanya saja, karikatur ini termasuk pihak yang menafsirkan bahwa berdasarkan perjanjian Linggarjati semuanya tetap berada di naungan Kerajaan Belanda yang disimbolkan dengan mahkota.

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
"Waktu berlalu tanpa bisa ditahan!" Menurut karikatur ini Linggarjati merupakan usaha berat dari para pembesar Belanda, baik militer maupun sipil, untuk mencari kompromi di antara memberikan kemerdekaan (nationale vrijheid) kepada Indonesia dan menerapkan sanksi (poenale sanctie); sementara pilihan lain adalah hak yang sangat luas (exhorbitante rechten) atau eksploitasi penjajahan (koloniale uitbuiting).

(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
"Prof. Romme melihat realitas Linggarjati". Karikatur ini memperlihatkan Carl Romme (anggota parlemen Belanda, pendiri Partai Rakyat Katolik) berdiri di pegunungan sekitar Linggarjati, sementara di sekelilingnya terlihat bagaimana Belanda menguasai Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya, sementara Soekarno bertahta di Yogyakarta, dengan pergerakan-pergerakan kelompok bersenjata di sekitarnya.

Waktu: 1946
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar