Sabtu, 17 Oktober 2020

Karikatur Belanda tentang Papua: Faktor Tunku Abdul Rahman

Vrij Nederland, 22 Oktober 1960: "Ik vond het niet nodig vooraf met de Nederl. Regering te praten"
(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Vrij Nederland, 3 Desember 1960:
Soepele diplomatie: "Geen verwikken aan … welterusten!"
(klik untuk memperbesar | © Leo Jordaan / AVS)

Kedua karikatur ini menunjukkan bagaimana Belanda merasa bahwa Federasi Malaya (kelak menjadi Malaysia), yang diwakili oleh Perdana Menterinya, Tunku Abdul Rahman, memiliki kepentingan tersendiri dalam hal Papua (yang tidak dijabarkan lebih lanjut).
Karikatur pertama memperlihatkan bagaimana Rahman berkata kepada A.H. Nasution dalam hal Papua, di belakang Joseph Luns, bahwa "Saya tidak merasa perlu untuk berbicara dengan pemerintah Belanda sebelumnya."
Di karikatur kedua tampak Rahman tidak melanjutkan kegiatan menyetrika baju (di atas badan Subandrio), dan melepas sepatu serta memakai baju tidur, membawa lilin ke kamar, dan berkata "Selamat malam." Potongan koran di pojok kanan atas menyebutkan bahwa Subandrio sebelumnya berkata bahwa satu-satunya penyelesaian masalah Papua adalah dengan penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia secepatnya. Tunku Abdul Rahman mengomentari pernyataan ini dengan berkata: "Jika ini adalah posisi resmi pemerintah Indonesia, maka langkah saya berikutnya adalah pergi tidur dulu."

Waktu: 1960
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa:
Juru foto/gambar: Leo Jordaan
Sumber / Hak cipta: Atlas Van Stolk
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar