Rabu, 01 Agustus 2018

Warga Tionghoa di masa perang kemerdekaan (11): Kerusakan dan pengungsian di Ciledug, Cirebon

Pengantar: Kerusuhan 1998 termasuk bagian paling hitam di dalam sejarah hubungan warga "pribumi" dan Tionghoa di Indonesia. Peristiwa ini memicu munculnya era reformasi yang kemudian memberikan banyak kemajuan di dalam hubungan ini.

Harus diakui, peristiwa di tahun 1998 bukanlah yang pertama. Kekurang-harmonisan ini sudah ada puluhan tahun sebelumnya, termasuk di masa perang kemerdekaan. Blog ini sebelumnya sudah memperlihatkan perusakan pada harta benda warga Tionghoa yang dilakukan pejuang kemerdekaan di beberapa tempat, dan bagaimana Belanda dipandang sebagai pelindung warga Tionghoa dan terlibat dalam pembentukan milisi Tionghoa bersenjata yang berseteru dengan para pejuang.

Sebagian dari kita boleh jadi berpendapat "Ah, sudahlah, itu masa lalu. Tidak diusah diungkit-ungkit, hanya akan membuka luka dan borok lama. Kita lihat ke depan saja agar ada hubungan yang lebih harmonis." Pendapat seperti ini mengimplikasikan bahwa kita sebaiknya menutup sejarah yang tidak enak didengar. Di sini ada kemungkinan bahwa generasi ke depan, dari semua pihak baik "pribumi" maupun Tionghoa, tidak mencernai apa yang telah terjadi sebelumnya, dan menghadapi risiko akan mengulang apa yang justru seharusnya dihindari.

Penyelidikan sejarah secara jernih, tanpa generalisasi, tanpa praduga, tanpa emosi, diharapkan bisa menjadi bahan yang berharga agar kita, semua, bisa belajar dari masa lalu. Gambar-gambar berikut mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi ke arah sana.

(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
(klik untuk memperbesar | © gahetna)
Waktu: 7 Oktober 1947
Tempat: Ciledug (Cirebon)
Tokoh:
Peristiwa: Pada tanggal 6 Oktober 1947 malam, di suasana perseteruan setelah Aksi Polisionil 1, perumahan warga Tionghoa di wilayah Cirebon yang dekat perbatasan dengan Jawa Tengah dihancurkan oleh kelompok yang tampaknya adalah para pejuang kemerdekaan. Bangunan yang tidak disentuh diberi tulisan "Milik Republik Indonesia". Peristiwa ini memicu pengungsian warga Tionghoa keesokan harinya dengan bantuan pihak militer Belanda.
Fotografer: H. Wakker
Sumber / Hak cipta: Het Nationaal Archief
Catatan: Beberapa tahun kemudian orang menuliskan "Milik Pribumi" ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar