Rabu, 11 September 2019

Jakarta, Oktober 1945: Pengemis dan gelandangan (1)

PENGANTAR

Jakarta di sekitar bulan September dan Oktober 1945 berada di situasi yang tidak menentu. Jepang sudah kalah perang, tetapi bala tentaranya masih berada di mana-mana lengkap dengan persenjataannya. Indonesia sudah menyatakan diri merdeka, tetapi aparat negara dan pemerintahan masih dalam tahap pembentukan.

Belanda berusaha kembali ke Indonesia, tetapi di tanah airnya masih terkendala proses pemulihan setelah pendudukan Jerman, dan di Hindia-Belanda terkendala kenyataan bahwa para lelaki dewasa mereka dibuang Jepang ke Manchuria. Sisa-sisa lelaki Belanda berada di penjara militer Jepang, atau jompo dan sakit di penampungan darurat.

Sementara itu Inggris, atas nama pihak Sekutu, mendatangkan kesatuan tentara Indianya dengan tugas resmi mengurus sisa-sisa militer Jepang, tetapi bentrok dengan para pemuda Indonesia yang mencurigai Inggris mempermudah masuknya kembali Belanda ke Indonesia.

Di situasi ini, seorang fotografer bernama H. Ripassa berhasil membuat beberapa foto dari berbagai sudut Jakarta. Kemungkinan besar Ripassa ini seorang campuran Eropa-Asia sehingga dia memiliki berbagai kemudahan untuk bergerak dan mengambil foto. Seri ini akan menampilkan beberapa jepretan dia.

Gelandangan di tembok bambu dekat sebuah rumah besar
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Segerombol gelandangan di sebuah taman
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Gelandangan mencari hal yang masih bisa dimanfaatkan dari tumpukan sampah
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pengemis membawa bocah
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
Pengemis membawa bayi
(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)


Waktu: kemungkinan September/Oktober 1945
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer: H. Ripassa
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar