Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.
Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.
![]() |
| (klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD) |
- Teks asli penyerta foto:Waar de bevolking bevrijd is en er weer Recht en Veiligheid is. De opening van het vliegveld ging gepaard met een slamatan voor allen die er aan hadden gewerkt. Bevolking en hooge gasten o.a. de Radja van Djemebrana genieten van de dansen.
- Terjemahan:Di mana penduduk dibebaskan [dari kekuasaan Republik] di situlah keadilan dan keamanan kembali ditegakkan. Pembukaan landasan pacu [di Jembrana, Bali] diiringi dengan acara kemeriahan untuk semua yang telah terlibat dalam pengerjaannya. Warga dan tamu-tamu terhormat, termasuk Raja Jembrana, menikmati suguhan tarian.
- Bahasan: Di sini penulis propaganda ingin menunjukkan bahwa warga Jembrana merasa terbebas setelah Belanda datang dan lebih memilih untuk bekerja sama dengan Belanda.
- Catatan:
Tempat: Jembrana (Bali)
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar