Minggu, 14 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang Pulau Krakatau seabad sebelum letusan dahsyat menenggelamkannya (2)

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: 1788
Tempat terbit: London
Tokoh:
Deskripsi: Di Februari 1780, kapal HMS Resolution dan HMS Discovery singgah di Pulau Krakatau dalam perjalanan pulang ke Inggris setelah menjelajah dunia di bawah pimpinan James Cook, yang tewas di Hawaii setahun sebelumnya. Di pulau yang mereka sebut "Cocoterra/Cracatoa" ini mereka bisa mendapatkan air tawar untuk perjalanan, dan bahkan sumber air panas. John Webber, salah satu anggota penjelajahan, membuat lukisan tentang penampakan di dalam pulau ini, sesuatu yang jarang, dan kemudian malah tidak mungkin karena letusan besar Gunung Krakatau di 1883 menghancurkan sekitar 2/3 dari pulau ini dan membuatnya tidak bisa dihuni lagi.
Gambar di atas memperlihatkan seorang pria Krakatau di dekat sebuah rumah yang dikelilingi berbagai pepohonan. 
Juru foto/gambar: John Webber
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Sabtu, 13 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (19)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Voedseldistributie door Amacal, Midden-Sumatra
  • Terjemahan: Pembagian makanan oleh Amacal, Sumatera Tengah
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1946/1947
Tempat: Sumatera
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 12 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang Pulau Krakatau seabad sebelum letusan dahsyat menenggelamkannya (1)

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: 1788
Tempat terbit: London
Tokoh:
Deskripsi: Di Februari 1780, kapal HMS Resolution dan HMS Discovery singgah di Pulau Krakatau dalam perjalanan pulang ke Inggris setelah menjelajah dunia di bawah pimpinan James Cook, yang tewas di Hawaii setahun sebelumnya. Di pulau yang mereka sebut "Cocoterra/Cracatoa" ini mereka bisa mendapatkan air tawar untuk perjalanan, dan bahkan sumber air panas. John Webber, salah satu anggota penjelajahan, membuat lukisan tentang penampakan di dalam pulau ini, sesuatu yang jarang, dan kemudian malah tidak mungkin karena letusan besar Gunung Krakatau di 1883 menghancurkan sekitar 2/3 dari pulau ini dan membuatnya tidak bisa dihuni lagi.
Gambar di atas memperlihatkan seorang warga Krakatau (kemungkinan perempuan) duduk di antara pepohonan. 
Juru foto/gambar: John Webber
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Kamis, 11 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (18)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Voedseldistributie, West-Java.
  • Terjemahan:Pembagian makanan, Jawa Barat.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1946
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 10 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang penari Ronggeng di Jawa

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: 1817 
Tempat terbit: London 
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: William Daniel
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Selasa, 09 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (17)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Hedendaags Batavia: slapers op de keien.
  • Terjemahan: Jakarta sekarang ini: orang tidur di atas batu ubin jalanan.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1946
Tempat: Jakarta
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 08 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang bayi dan warga dewasa Dayak

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: sekitar 1839 
Tempat terbit: Leiden (?)
Tokoh:
Deskripsi: Gambar-gambar zaman dulu buatan orang Eropa tentang warga Nusantara jarang sekali menampilkan bayi. Karenanya, lukisan di atas menjadi unik dan merupakan sebuah pengecualian yang jarang ditemukan. Selain itu, lukisan ini juga lumayan mendetail dalam menggambarkan perkakas dan asesoris warga Dayak zaman dulu. Kita lihat a.l. tattoo di sekujur tubuh pria dayak, istrinya (?) yang telanjang dada, sementara budaknya yang menggendong bayi mengenakan pakaian, sesuatu yang di logika masa sekarang kurang masuk akal. Kita saksikan juga penutup kepala kedua perempuan yang bundar dan lebar, sementara si pria cukup memakai ikat kepala. Tidak ketinggalan: mandau, keranjang punggung, bentuk perahu, dan juga rumah panggung warga Dayak.
Juru foto/gambar: H.A. von Henrici / Willem Jan Gordon
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Minggu, 07 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (16)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Repoeblik Indonesia betekent verpaupering. Indonesische pauper. Midden-Java, 1947.
  • Terjemahan:Republik Indonesia berarti kemiskinan. Orang Indonesia miskin. Jawa Tengah, 1947.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa Tengah
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 06 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang tiga lelaki Dayak setelah memburu macan tutul

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: sekitar 1839 
Tempat terbit: Leiden (?)
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: H.A. von Henrici / Willem Jan Gordon
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Jumat, 05 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (15)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Een van de veertien ten dode gedoemden, die wij in een afdeling van de gevangenis te Banjoemas aantroffen. Deze lieden waren veroordeeld tot de doodstraf door uithongering en waarom? Omdat zijn "koerang semangat" (onvoldoende ijverig) waren. Banjoemas.
  • Terjemahan:Salah satu dari empat belas terpidana mati yang kami temukan di salah satu sudut penjara di Banyumas. Orang-orang ini dihukum mati dengan cara dibiarkan kelaparan, dan mengapa? Karena mereka "koerang semangat". Banyumas.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Banyumas
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 04 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang kawah Gunung Papandayan

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: kemungkinan abad ke-19 
Tempat terbit: Belanda atau Inggris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Pieter van Oort / W.J. Gordon
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Rabu, 03 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (14)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:In de gevangenis van Banjoemas vonden we tusschen vodden en lompen 14 levende skeletten die veroordeeld waren tot de "hongerdood"en waarom? Omdat ze "koerang semangat" waren, d.w.z. geen voldoende ijver aan den dag legden voor de z.g. Republiek. De man in de achtergrond was pas 3 maanden binnen. Allen leden aan dysentie en lagen in hun vuil.
  • Terjemahan:Di penjara Banyumas, di antara tumpukan kain yang compang-camping, kami menemukan 14 kerangka hidup yang dikutuk "kelaparan", dan mengapa? Karena mereka "koerang semangat", yang berarti mereka tidak menunjukkan semangat yang cukup untuk [berjuang demi] Republik. Lelaki di latar belakang baru berada di dalam penjara selama tiga bulan. Semuanya menderita disentri dan terbaring di antara kotoran mereka.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: kemungkinan 1947
Tempat: Banyumas
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Selasa, 02 Desember 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang bagian timur laut dari Kawah Ratu di Gunung Tangkuban Perahu

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: kemungkinan abad ke-19 
Tempat terbit: kemungkinan besar Belanda 
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Pieter van Oort
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Senin, 01 Desember 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (13)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Deze man heeft met levensgevaar de demarcatielijn weten te behalen. Een nederlandse arts onderzoekt de ongelukkige. Medisch onderzoek te velde (KNIL). 
  • Terjemahan:Lelaki ini mempertaruhkan nyawa untuk mencapai garis demarkasi [=melintas dari wilayah yang dikuasai Republik ke area yang dikontrol Belanda]. Seorang dokter Belanda memeriksa korban yang malang ini. Pemeriksaan medis di lapangan (KNIL).
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 30 November 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang Gunung Api Banda

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: kemungkinan besar abad ke-19 
Tempat terbit: Belanda (?)
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan tiga penampakan Gunung Api Banda: sisi tenggara (atas), sisi timur laut (bawah kiri), dan kawahnya (bawah kanan).
Juru foto/gambar: Van Oort
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Sabtu, 29 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (12)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Zo worden de gevluchte kinderen uit de republikeinse "heilstaat" aangetroffen. Medisch ondezoek te Velde (KNIL). West-Java.
  • Terjemahan:Beginilah bagaimana anak-anak pengungsi dari "negara sejahteraan" Republik [Indonesia] ditemukan. Pemeriksaan kesehatan oleh Velde (KNIL), Jawa Barat.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 28 November 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang lembah beracun di Banten

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: abad ke-19 
Tempat terbit: kemungkinan London 
Tokoh:
Deskripsi: Ini kemungkinan berasal dari catatan perjalanan Alexander Loudon di Banten. Lembah beracun yang ditulis Guevo Upas ini masih sulit diidentifikasi. Tapi kemungkinan ini adalah salah satu mata sumber gas belerang di Banten yang membuat binatang (dan manusia?) yang mendekatinya terkena sesak napas dan kemudian tewas.
Juru foto/gambar:
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Kamis, 27 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (11)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Haveloos, gekleed in jute, in het pas bevrijd gebied. Voedseldristributie Amacal. West-Java.
  • Terjemahan:Miskin, berpakaian karung goni, di wilayah yang baru dibebaskan [dari kekuasaan Republik Indonesia]. Distribusi makanan [oleh] Amacal, Jawa Barat.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Rabu, 26 November 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang sumber air panas berbelerang di Serang

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: 1817 
Tempat terbit: London 
Tokoh:
Deskripsi: Gambar ini merupakan bagian dari catatan perjalanan Clarke Abel di Serang, Banten. Abel menulis "We returned to Sirang on the evening of the 15th, and on the following morning made an excursion to a place called Epetan, about eighteen miles to the north of Sirang, to see some mineral springs. These springs are in the midst of a jungle on the right hand side of the road from Sirang to Batavia, and the country for many miles around is a perfect flat. On approaching them I smelt the sulphureous gas, which they throw out in immense quantities." Berdasarkan informasi ini, yang dia maksud dengan "Epetan" tempat sumber belerang ini kemungkinan adalah Kampung Cibetik, Kelurahan Pengampelan, Kecamatan Walantaka.
Juru foto/gambar:
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Selasa, 25 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (10)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Kemiskinan ada dari dulu hingga sekarang, termasuk di masa penjajahan Belanda, dan kemudian dikabarkan meningkat tajam di masa pendudukan Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga tidak menyulap kemiskinan menjadi sirna; perang kemerdekaan malah makin mempersulit pelaksanaan pengentasan kemiskinan karena prioritas para pihak berada di memenangkan konflik. Banyak foto yang menunjukkan kemiskinan semasa perang kemerdekaan: orang yang berpakaian compang-camping, berbadan kurus kering, luntang-lantung, dan warga yang senang mendapatkan makanan atau layanan kesehatan yang dibagikan pihak Belanda. Ini dimanfaatkan oleh beberapa pihak untuk menunjukkan bahwa masyarakat yang berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia sangat menderita; dan bahwa Belanda datang untuk mengubah suasana ini ke yang jauh lebih baik.
  • Teks asli penyerta foto:Zodra het volk bevrijd was verdrong het zich om de keuken van onze troepen om, als het mogelijk was, een restantje te krijgen. Uitgehongerd en arm - zo vonden we de bevolking in de rijkste streken van Java.
  • Terjemahan:Begitu rakyat dibebaskan [dari kekuasan Republik Indonesia], mereka mengerumuni dapur pasukan kami  untuk mengambil sisa makanan yang bisa mereka dapatkan. Kelaparan dan miskin — begitulah kami menemukan penduduk di wilayah-wilayah [yang sejatinya] terkaya di Jawa.
  • Catatan: Lihat juga kumpulan foto yang menampilkan kemiskinan di masa lalu.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Senin, 24 November 2025

Dari kumpulan dokumen lama di Wellcome Collection: Lukisan kuno tentang Kawah Ratu di Gunung Tangkuban Perahu

(klik untuk memperbesar | @ Wellcome Collection)

Tahun terbit: kemungkinan besar dari abad ke-19
Tempat terbit: London (?)
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Hochstetter
Sumber / Hak cipta: Wellcome Collection
Catatan:

Minggu, 23 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (9)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:Bevrijde Indonesiërs op Bali.
  • Terjemahan:Warga Indonesia yang dibebaskan [Belanda] di Bali.
  • Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: kemungkinan 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Sabtu, 22 November 2025

Peta kuno keluaran Jerman tentang Asia dan Nusantara dari tahun 1624

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)


Tahun terbit: 1624
Tempat terbit: Jerman
Tokoh:
Deskripsi: Ini merupakan peta berbahasa Latin karya orang Jerman bernama Philipp Clüver yang sekarang dikenang sebagai salah satu perintis geografi sejarah (historical geography). Terkait Nusantara, berikut nama pulau/kepulauan dan tempat yang sudah dikenal di kalangan masyarakat berpendidikan di Eropa pada saat itu:

  • Aru
  • Baly (Bali)
  • Banca (Bangka)
  • Banda
  • Borneo (Kalimantan)
  • Bouro (Buru)
  • Cambava (Sumbawa)
  • Carimon Iava (Karimun Jawa)
  • Celebes (Sulawesi)
  • Ceram (Seram)
  • Flores
  • Gilolo (Halmahera)
  • Iava Maior (Jawa)
  • Madura
  • Mintaon (Mentawai)
  • Moretay (Morotai)
  • Nyas (Nias)
  • Pars Nova Guinea
  • Sumatra
  • Timor

  • Achem (Aceh)
  • Amboina (Ambon)
  • Bancalis (Bengkalis)
  • Bandarmassin (Banjarmasin)
  • Bantam (Banten)
  • Batavia / Iacatra (Jakarta)
  • Iamby (Jambi)
  • Macasser (Makassar)
  • Manado
  • Mataran (Mataram)
  • Palimbam (Palembang)
  • Sambas
  • Sampit
  • Succadano (Sukadana)
  • Tetolli (Toli Toli)

Juru kartografi: Philipp Clüver (berdasarkan karya Willem Blaeu)
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Jumat, 21 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (8)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto: met een geladenheid, die de bevolking eigen is, wacht iedereen rustig zijn beurt af. Bali. Distributie Amacal..
  • Terjemahan: Dengan ketenangan khas penduduk [setempat], semua orang dengan tenang menunggu giliran [mendapatkan bantuan]. Bali. Distribusi Amacal.
  • Catatan:
Waktu: kemungkinan besar 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Kamis, 20 November 2025

Pertempuran laut antara Belanda dan Portugis dalam memperebutkan Banten, 1601 (2)

Di penghujung tahun 1601 Belanda mencatat tonggak penting dalam sejarah penjajahannya. Satuan kapal perang Belanda yang hanya terdiri dari 5 kapal utama, berhasil mengalahkan armada Portugis yang terdiri dari 30 kapal. Inilah momentum yang membuat Belanda mulai menggeser posisi Portugis, yang sampai saat itu masih mendominasi perairan Nusantara, hingga akhirnya menjadi penjajah yang hampir tunggal di kawasan Nusantara.

Lukisan di bawah merupakan salah satu usaha Belanda mengilustrasikan peristiwa ini. Versi berwarna dari gambar ini pernah dimuat di posting ini sebelumnya. 

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)

Tahun terbit: 1644 (tentang peristiwa di 1601)
Tempat terbit: Amsterdam
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar:
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Rabu, 19 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (7)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:wanneer het Rode Kruis team naar elders vertrekt wordt het steeds door de bevolking nagewuifd.. Bali 1946.
  • Terjemahan:Setiap kali tim Palang Merah [Belanda] berangkat ke lokasi lain, penduduk setempat selalu melambaikan tangan. Bali, 1946.
  • Catatan: 
Waktu: 1946
Tempat: Bali
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Selasa, 18 November 2025

Lukisan Belanda tentang Geger Pacinan, konflik bersenjata antara VOC dan warga Tionghoa Batavia, 1740 (2)

Selama hampir dua pekan, tepatnya dari tanggal 9 hingga 22 Oktober 1740, terjadi konflik bersenjata antara VOC dengan warga Tionghoa di Batavia. Diperkirakan pergolakan ini memakan korban sekitar 500 serdadu VOC anak-anak, dan orang jompo.

Dahulu, orang Belanda menyebut kejadian ini sebagai "schrikkelijke slagting der Chinezen, na de ontdekking van hun verraad" (pertempuran mengerikan orang Tionghoa setelah pengkhianatan mereka terbongkar), dan orang Jerman memberi istilah "Rebellion der Chinesen" (pemberontakan orang Tionghoa) yang senada dengan istilah Belanda "Opstand der Chinezen te Batavia", yang memberi konotasi pelaku atas warga Tionghoa. Sekarang orang lebih memilih istilah "Chinezenmoord" (pembunuhan atas warga Tionghoa) atau "Batavia Massacre" (pembantaian Batavia) yang memberi konotasi korban kepada warga Tionghoa. Sejarawan Indonesia menggunakan istilah "Geger Pacinan" yang lebih tidak memihak.

Berikut ini adalah lukisan yang pernah dimuat di posting ini sebelumnya; kali ini dalam ukuran yang dua kali lebih besar, dan tampaknya berasal dari edisi lain. Edisi ini hanya berisi keterangan dua baris di bawah gambar, tidak sebanyak yang sebelumnya. Gambarnya tetapi tetap sama, yaitu a.l. memperlihatkan bagaimana meriam VOC menembaki perkampungan warga Tionghoa (yang atap rumahnya memiliki bulan sabit) sementara api sudah membara di wilayah pecinan ini. Adegan yang mengerikan tentunya bagian di mana VOC mengepung dan membantai warga Tionghoa, atau menggiringnya ke sungai untuk kemudian ditenggelamkan.

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)

Tahun terbit: sekitar 1740
Tempat terbit: Belanda 
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Adolf van der Laan 
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Senin, 17 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (6)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Bahasan di awal: Di tahun 1940-an, bahkan hingga ke masa tidak terlalu lama sebelum sekarang, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di pedesaan dan tempat terpencil, tidak sering menikmati hiburan. Tidak ada radio, bioskop, televisi, apalagi telepon genggam dan internet. Ketika ada rombongan orang kulit putih melintas dengan kendaraan militer, bagi banyak masyarakat itu adalah semacam tontonan yang harus dilihat meskipun harus berjalan kaki jauh ke untuk sampai ke tepi jalan. Karena pada dasarnya mereka murah senyum, rombongan ini disambut meriah pula; apalagi jika rombongan ini membagi-bagikan makanan atau barang yang belum pernah mereka lihat. Momen seperti ini banyak diabadikan juru foto Belanda; dan ada pihak yang menambahkan narasi bahwa masyarakat Indonesia menyambut meriah dan gembira kedatangan pihak Belanda, seolah-olah ini sama dengan gembiranya orang Eropa mengelu-elukan kedatangan pasukan Amerika yang mengusir tentara Nazi Jerman dari tempat mereka.
  • Teks asli penyerta foto:Nederlandse militaire colonne begroet door plaatselijke bevolking, Java.
  • Terjemahan: Konvoi militer Belanda disambut penduduk setempat, Jawa.
  • Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: 1947
Tempat: Jawa
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Minggu, 16 November 2025

Peta kuno dari tahun 1750: Jakarta ketika masih dikelilingi pesawahan dan kebun (3)

(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)


Tahun terbit: 1750
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi: Peta ini merupakan versi yang tidak diwarnai dari dokumen yang pernah ditampilkan di posting sebelum ini. Peta ini memperlihatkan kawasan dari Angke di barat hingga Ancol di timur, yang saat itu hampir sepenuhnya merupakan pesawahan dan perkebunan terutama tebu. Kawasan kota yang disebut Batavia sendiri hanya terdiri dari beberapa kompleks bangunan di selatan pelabuhan Sunda Kelapa, ditambah beberapa bangunan kecil di sepanjang Kali Besar. Pada saat itu Belanda menempatkan beberapa benteng dan pos pertahanan yang tampak jelas di peta ini, yaitu Ancol di timur, Jacatra di tenggara, Noordwyck di selatan, Anke di barat daya, serta Corps de Garde di Untung Jawa di barat laut.
Juru kartografi: Jacques-Nicolas Bellin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Sabtu, 15 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (5)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Teks asli penyerta foto:Tientallen Hindoes vluchten naar de Nederlanders en zijn daar veilig. Gevluchte Hindoe-families. West-Java.
  • Terjemahan:Puluhan umat Hindu mengungsi ke [wilayah yang dikuasai] Belanda dan menemukan keamanan di sana. Keluarga-keluarga Hindu yang mengungsi. Jawa Barat.
  • Bahasan:Berbeda dengan di Jawa Timur di mana ada wilayah dengan komunitas yang menganut agama Hindu, di Jawa Barat tidak ada kelompok seperti ini. Warga Badui, saat itu secara administratif masih masuk Jawa Barat, tidak menyebut diri penganut Hindu; pakaian yang dikenakan di foto ini pun bukanlah baju yang biasa dipakai warga Badui, baik yang dalam maupun yang luar. Jadi, kemungkinan besar ibu-ibu dan anak-anak ini sekedar warga yang berkumpul di tepi jalan untuk melihat rombongan militer Belanda lewat, dan difoto. Pihak propandis Belanda kemudian menggunakan foto ini dengan narasi bahwa kaum minoritas tidak merasa aman di wilayah Republik Indonesia dan lebih memilih mengungsi ke kawasan yang dikuasai militer Belanda.
  • Catatan:
Waktu: kemungkinan 1947
Tempat: kemungkinan Jawa Barat
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan:

Jumat, 14 November 2025

Tayang ulang lukisan-lukisan karya Ernest Alfred Hardouin tentang aneka penampilan manusia di Jawa di abad ke-19 (12)

Ernest Alfred Hardouin aalah seorang pelukis yang lahir di Versailles, Perancis, pada tanggal 23 Januari 1820. Garis nasib membawanya ke Nusantara, di mana dia banyak mengabadikan wajah-wajah manusia di Jawa dalam bentuk lukisan. Hardouin wafat dalam usia relatif muda, yaitu 33 tahun, di kota tempat dia banyak mengeluarkan karyanya, yaitu di Jakarta pada tanggal 21 September 1953.

Blog ini pernah menampilkan rangkaian lukisan karya Hardouin ini, a.l. yang dimulai di posting ini. Warisan Hardouin ini turut berjasa untuk memperlihatkan bagaimana keadaan dan penampilan nenek moyang kita di sekitar 200 tahun lalu. Kali ini kita mencoba menayang ulang beberapa gambar yang sejatinya sudah pernah muncul, tetapi sekarang dari sumber lain dan dalam ukuran yang lebih besar. Kali ini kita coba juga untuk meminta bantuan AI untuk mereka-reka bagaimana penampilan sesungguhnya dari orang-orang yang digambar oleh Hardouin. Tentu saja, keluaran AI ini hanya merupakan pendekatan, bukan aslinya. Bahkan di beberapa detail, AI, karena keterbatasan di data latihannya harus menyerah dan menampilkan hal yang berbeda, atau malah mengambil kebebasan untuk menggambar menurut kemauan dia sendiri.


Hardouin memperlihatkan wajah seorang ulama di Jawa di abad ke-19, kemungkinan di sebuah area keagamaan misalnya mesjid atau pesantren. Dia mengenakan serban, sarung kotak-kotak, baju gamis yang ditutup jubahm serta sndal jepit. Dia juga membawa sebuah kitab dan tasbih.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
AI cukup berhasil dalam membuat lukisan Hardouin menjadi tampak realistis. Bagian-bagian dari pakaian si ulama, hingga ke kita dan tasbihnya tampak seperti hasil fotografi. AI tetapi menambahkan kumis dan janggut putih ke Pak Kyai yang membuatnya tampak lebih matang.
(klik untuk memperbesar)
Ini adalah seorang Tionghia yang duduk memainkan kongahyan, sebuah alat musik gesek yang kemudian menyebar ke masyarakat Betawi, Sunda, Jawa, hingga ke Bali. Pria ini digambarkan bertelanjang dada dan bertaucang dan kelihatan sedang berada di sebuah kawasan pecinan.
(klik untuk memperbesar | @ Indies Gallery)
Secara keseluruhan AI lumayan berhasil menampilkan gambaran yang lebih realistis dari lukisan Hardouin di atas. Si pemain konghayan digambarkan seperti nyata, begitu juga pria di latar belakang, kawasan perumahan hingga ke lampion yang menggantung. Kesalahan muncul di alat penggesek yang ditampilkan seperti sepasang sumpit yang panjang.
(klik untuk memperbesar)
 
Tahun terbit: 1855
Tempat terbit: Paris
Tokoh:
Deskripsi:
Juru foto/gambar: Ernest Alfred Hardouin
Sumber / Hak cipta: Indies Gallery
Catatan:

Kamis, 13 November 2025

Propaganda semasa Perang Kemerdekaan yang menjelekkan Republik Indonesia dan memperindah Belanda (4)

Orang bilang, ketika dua kubu berkonflik maka pihak pertama yang menjadi korban adalah sang kebenaran. Kedua kubu akan berusaha mencari dukungan, baik dari dalam maupun dari luar, agar posisi dia semakin kuat dalam perseteruan. Usaha ini tidak jarang dilakukan dengan peluncuran propaganda yang tentunya membagus-baguskan diri sendiri, dan memburuk-burukkan pihak lain. Tidak jarang pula bahan propaganda ini tidak selaras dengan fakta dan kebenaran. Dan ini terjadi dari dulu hingga sekarang.

Rangkaian foto berikut akan menampilkan hal seperti ini. Semasa Perang Kemerdekaan dulu rupanya ada kalangan yang memunculkan foto-foto sebagai pembuktian bahwa Republik Indonesia itu menyengsarakan dan/atau masyarakat di Nusantara suka dengan pemerintahan Kerajaan Belanda. Kita akan coba untuk meneliti apa yang sebenarnya ditampilkan oleh foto-foto ini.


(klik untuk memperbesar | © Beeldbank WO2 / NIOD)
  • Teks asli penyerta foto:Indonesische militairen lopen mee tijdens een loyaliteitsdemonstratie te Pematang Siantar (Pematangsiantar).
  • Terjemahan:Tentara Indonesia berpartisipasi dalam demonstrasi kesetiaan [terhadap Belanda] di Pematang Siantar (Pematangsiantar).
  • Bahasan: Ini sudah benar kejadiannya di Pematang Siantar, tepatnya tanggal 27 Agustus 1947; tetapi para lelaki yang berbaris bukanlah tentara atau militer Indonesia, melainkan sebuah milisi bernama Batakse Burgerwacht (Penjaga Warga Batak).
  • .Catatan: Lihat juga posting sebelum ini.
Waktu: 27 Agustus 1947
Tempat: Pematang Siantar
Tokoh:
Peristiwa:
Fotografer:
Sumber / Hak cipta: Beeldbank WO2 (Tweede Wereldoorlog) / NIOD (Nederlands Instituut voor Oorlogsdocumentatie)
Catatan: